Truth. Kebenaran.Kebenaran tidak akan goyah. Sesuatu itu akan jadi benar, atau jadi salah. Kebenaran memberikan kita dasar yang kuat untuk bertolak menuju impian kita. Kebenaran dapat menguatkan, menyemangati dan menuntun kamu dengan tepat. Semua orang pernah menjadi salah, tapi perlu berkali-kali salah untuk menjadi benar, bukan?
Pada hari ketiga dari 7 Hari Upgrade Diri, gua
mendapat kata ajaib Truth.
Kebenaran. Seberapa sering kita mempraktekkan kata
ini dalam kehidupan sehari-hari? Bahkan seringkali yang benar malah dicaci, dan
yang salah dipuja. Kebenaran dan kesalahan kadang saling bercampur baur,
tumpang tindih, sehingga susah sekali dibedakan.
Pada hari ketiga ini, gua mencoba untuk menjadi
“benar”. Gua tidak bermaksud menjadi seorang alim ulama. Hanya ingin
mempraktekkan kebenaran sesuai dengan norma hukum dan norma agama.
Apakah kebenaran berpengaruh dalam harapan? Well,
gua tidak mau munafik. Kadang juga dibutuhkan sedikit kelicikan yang dibalut
kekreatifan, agar mencapai harapan. Nah, masalahnya, maukah kita mengotorkan
tangan kita dengan cara demikian? Apakah kita bisa menikmati harapan yang
terwujud, sementara proses mewujudkannya dipenuhi dengan kelicikan.
Orang benar di masa sekarang susah sekali ditemukan.
Karena kebenaran kadang malah kita jumpai di tempat yang tidak terduga. Siapa
sangka gelandangan, ketika menemukan sekarung uang di tong sampah, malah
mengembalikan uang tersebut ke pemiliknya dengan bantuan polisi.
Wah, kalau gua mungkin udah gua pake tuh duit untuk
foya-foya.
Siapa sangka juga, di tempat yang kita anggap
sebagai sarang kebenaran, ternyata itu hanyalah topeng semata. Seperti Mahkamah
Konstitusi yang seharusnya menjadi pilar terakhir dalam menegakkan kebenaran
dan keadilan, ternyata hakimnya sendiri jadi tersangka korupsi.
Kebenaran itu tidak relatif. Kebenaran itu mutlak.
Kebenaran itu cuma satu.
Tidak mungkin ada dua kebenaran dalam satu kejadian
yang sama. Itu kerancuan.
Menjadi “benar” ternyata susah-susah gampang.
Seperti ketika pagi-pagi sudah disuguhi goyang erotis di tivi. Separuh hati
ingin terus menikmati, dan separuh hati berteriak bahwa ini tidak benar. Jangan meracuni otakmu dengan hal seperti
ini.
Akhirnya, gua menghela napas berat, lalu mematikan
tivi. Yah, walaupun diiringi sedikit rasa tidak rela, setidaknya gua telah
mencoba untuk bertindak benar.
Jadi, sudahkah lo bertindak atau mencoba untuk
bertindak benar hari ini?
Silakan berbagi pengalaman di kotak komentar.
Jangan lupa folllow blog gua, supaya lo dapat
informasi tentang artikel terbaru dari gua.
Kalo katanya Shinichi sih, "Shinjuutsu wa itsumo hitotsu!" *zoom in* *zoom out*
ReplyDeletegak ada yang benar atau salah, semuanya abu-abu.. *benerin posisi kacamata*
ReplyDelete