Friday, August 22, 2014

[KONSULTASAL] Para Pejuang LDR



Hai...hai..

Ketemu lagi di segmen KONSULTASAL. Syukur deh segmen ini masih berjalan, dan masih aja orang yang pengen curhat ke konsultan sengklek kayak gua. Jimat penglaris gua kayaknya tokcer juga nih.

Kali ini yang curhat adalah Lolo. Yuk dengerin, eh salah... yuk baca curhatannya..

Untuk bang Arman yang gantengnya luar binasa.... 
Bang, kali ini aku mau cerita mengenai kisah percintaanku. Boleh kan ya? Aihh, tapi jangan diketawain ya. Sebetulnya aku agak malu juga ceritain ini, tapi ya mau gimana lagi, hatiku sudah terlalu dipenuhi dengan rasa bingung dan berbagai jenis rasa lainnya. Sehingga membuat aku gak tau harus berbuat apa lagi selanjutnya. Hahaha.
Okkee, sebut saja namaku Lolo, dan nama cowokku Bolo. Kami adalah anak-anak Tuhan yang terjebak dalam hubungan asmara tapi terhalang jarak, alias El De Er. Ya mungkin tau sendiri kan sakitnya LDR itu kayak gimana, tiap hari harus membendung rindu karena ga bisa ketemu. 
Kalau diibaratkan, LDR itu kayak menanam rindu tiap hari tapi, tidak pernah tahu kapan waktunya rindu itu akan dituai. Mungkin kalau ditabung di celengan, dalam waktu seminggu celengannya udah penuh kali ya. Sesak oleh rasa rindu maksudnya. Dan mungkin aku adalah salah satu orang terkaya yang masuk ke dalam nominasi karna kaya akan rindu. *Oke lupakan*
Hubungan kami sudah berusia 5 bulan waktu bulan Juni lalu, ya selama itu kami belum pernah ketemu. Seperti yang aku jelaskan tadi di atas, yang namanya LDR itu pasti disiksa abis-abisan sama yang namanya rindu. Apalagi kalau ngeliat temen sendiri yang sedang asyik pacaran, sedangkan yang LDR cuma bisa menonton dengan begonya dan membayangkan “kapan ya aku bisa kayak gitu”
Yang namanya suatu hubungan, pasti butuh untuk bertemu. Dan awalnya kami sudah berkomitmen kalau kami akan tetap bertahan dan berusaha melawan rasa jenuh yang ada. Tapi namanya manusia, tidak ada yang sempurna. Hingga suatu saat aku tidak bisa mengalahkan rasa jenuh itu dan akibatnya aku agak nyuekin chatnya. Dia pun akhirnya merasakan sikapku yang mulai beda. Kemudian dia menanyakan mengenai itu dan aku langsung jujur mengutarakan apa yang sedang aku rasakan.
Kemudian karena rasa kecewanya padaku dia langsung memutuskan hubungan kami secara sepihak.Padahal itu sebenarnya bukan inginku, aku hanya ingin menghilangkan rasa jenuh itu dengan tidak berkomunikasi dulu padanya. Tapi dia malah menganggap lain. Aku waktu itu tidak langsung mengiyakannya dan akupun membiarkannya begitu saja.
1 minggu kulewati hari-hariku tanpa dia, ya terasa biasa-biasa aja. Namun, memasuki minggu kedua aku merasakan ada yang beda. Aku merasakan kalau keadaan sudah tidak seperti dulu lagi. dan itu membuatku tiap hari unmood akibat kehilangan dia. Ya, ternyata aku merindukannya. 
Hingga suatu waktu aku menghubunginya dan berusaha meminta maaf serta ingin memperbaiki hubungan kami. dia pun merespon permintaanku. Mungkin dia juga masih sayang samaku dan dia memberikan aku kesempatan untuk memperbaiki hubungan kami. Tapi dengan syarat, sifatnya gak akan langsung balik kayak dulu, melainkan dia mau melihat perubahan sikapku dulu. Akupun menyanggupinya.
Dan aku merasakan bagaimana perubahan sifatnya kepadaku, dia membalas chatku dengan begitu singkatnya setiap hari. Sangat berbeda dengan sifatnya yang dulu. aku merasa nyesek juga. Kadang aku ingin berhenti saja, tapi aku terlalu menyayanginya.
Menurut Abang, aku harus gimana? Apa aku harus berhenti atau malah tetap berjuang? Dan apakah memang awal konflik kami itu adalah sepenuhnya kesalahanku?
Aku tunggu balasannya ya bang. Hehe.Terimakasih sebelumnya. Salam dua jari :D

Bentar.... bentar......
Gua mau menghirup napas dalam-dalam dulu. Menikmati dipanggil ganteng. Hmmmmffffff.........

Ahhh.... segarnya.
Jarang-jarang loh dipuji gitu. Bulu idung gua aja langsung berbunga pas dipuji gitu.

Konsultasal kali ini luar biasa panjangnya ya. Salam kenal Lolo dan Bolo. Dari segi etimologi dan astrologi nama *halah*, kalian itu sebenarnya cocok loh. Nama kalian berdua bahkan diabadikan dalam sebuah lirik lagu.

“Mama...Lolo Lolo......... Papa......Bolo Bolo....”

Tuh kan. Nama kalian sebenarnya berjodoh. Nama doang sih.
Oke abaikan saja itu.

Kisah cinta LDR emang udah terlalu sering memakan korban. Karena ada aja salah seorang dari pasangan yang kurang puas dengan jenis cinta semacam ini. Karena tidak kuat menahan rindu. Tapi bersyukurlah, Lo. Kamu masih membendung rindu karena jarak. Lah gua, tiap hari membendung rindu sama jodoh yang terpisah jarak, bahkan gua gak tau dimana letak jodoh gua. Lebih sesak, Lo. Sesak. Saking sesaknya, terkadang gua membendung air mata juga. :’)

Kok jadi gua yang curhat ya.

Hubungan kalian udah berusia 5 bulan, dan belum pernah jumpa sama sekali? ini jadiannya gimana sih? Ditembak di bandara pas mau pergi, terus jadian di bandara? Kok AADC banget ya kisahnya. Jadi setelah jadian, kalian gak pernah jumpa lagi?

Pantes aja tiap hari kesiksa rindu. Btw, rindu ini siapa sih sebenarnya. Kerjaannya nyiksa orang mulu. Harus diaduin ke KOMNAS HAM nih. “Rindu si Psikopat Masochist”

Lolo. Kalau ada temen yang lagi pacaran di depan lo. Jangan sedih, apalagi cuma menonton dengan bego. Cobalah sekali-sekali menonton dengan makan Kacang Garuda. Lebih asik. Atau sambil makan nasi padang, dengan kuahnya yang agak kuning dan pedes-pedes nikmat. Ditambah kerupuk kecil-kecil. Pasti sedap banget. *jadi laper*.

 Dijamin lo gak akan bete lagi kalau ada yang pacaran di depan lo. Kalau masih bete juga.... BAKAR AJA....BAKAR. ORANG KAYAK GITU EMANG TIDAK BERPERI KEASMARAAN.

Kalau menurut gua sih, akar masalahnya adalah dari sikap lo. Kalau lo emang sudah mulai jenuh dengan hubungan kalian yang datar, hanya saling mengabari lewat hape, hanya bisa mengirim emot peluk {} gitu, lo seharusnya jangan nyuekin chat dia. Lebih bagus kalau lo langsung bilang yang lo rasain sebenarnya. Kalian itu udah terhalang jarak loh, gak usah deh pake kode-kodean segala macam.

Nyawa hubungan kalian kan di chat atau di telpon. Lah kalau lo cuekin, mungkin aja si cowok mikir kalau lo udah punya pacar baru di sana. Karena emosi, makanya dia langsung aja mutusin sepihak tanpa berpikir jernih. Cowok mah emang gitu, kalau lagi emosi main putus-putus aja. Seminggu kemudian pasti udah kangen. Tapi gengsi untuk ngaku.

Apalagi lo langsung nerima gitu aja pemutusan sepihak itu, ya dia makin kesal. Cowok tuh kalau lagi kesal, pengennya cewek yang mengalah. Bukankah cowok udah terlalu sering mengalah demi cewek? Sekali-sekali gantian dong. Coba pas abis dia mutusin lo, lo langsung nelpon dia, trus minta maaf. Pasti dia luluh. Cewek jangan cuma mengharapkan cowok yang romantis dong. Kadang-kadang gantian juga, biar hubungan kalian walaupun LDR, tetap berwarna.

Gua keren ya. Jomblo tapi tau banget perasaan orang pacaran. Jomblo emang sakti.
Setiap hubungan emang perlu diuji. Karena itu kalau pacaran, selalu lah sediakan pensil 2B. Biar lo bisa melewati ujian.

Tapi satu yang harus lo pelajari, Lo. Jangan menguji hubungan lo sendiri.
Kalau yang menguji hubungan adalah pelaku asmara, maka pihak yang lain tidak akan merasa puas. Jadinya ntar malah saling menguji.

Kalau dua-duanya saling nguji, yang menilai siapa? Gue? Temen temen gue? Tukang bakso depan rumah gue? Siapa..? Hah... Siapa? *emosi*

Diawali dengan lo menguji hubungan dengan cuek-cuekan, dia pun bales nguji lo, dengan make senjata lo sendiri. Mungkin dia mau bilang “Gini nih nyet rasanya dicuekin. Makanya jangan sok. Sakit kan. RASAIN.....”

Kalau hal ini berlanjut terus tanpa ada yang mengalah, maka apa artinya hubungan kalian? Hubungan kok kayak perang dingin. Udah LDR, cuek-cuekan lagi. Putus aja mending.

Lain kali, biarkan waktu,situasi, dan kondisi yang menguji hubungan kalian. Kalau lo yang menguji pasangan lo, pasti dia marah dan merasa gak dipercaya.

Saran gua, mending lo bertahan dulu seminggu. Lo coba lagi balikkan situasi hatinya kayak dulu. Ini Indonesia, bukan Eropa. Gak ada salju disini, jadi gak usah perang dingin deh. Masih mending perang bantal, atau perang sambil pelukan, atau perang di kasur. Lebih asik. Eh tapi, lo kan LDR ya, susah juga.

Kalau selama seminggu, lo udah berusaha semampu lo untuk balikkan moodnya dan dia tetep dingin aja responnya. Mending lo siapin hati untuk bilang putus deh. Karena berjuang sendirian dalam hubungan LDR itu sama kayak capek-capek buka kulit durian ternyata isinya pada busuk. Atau capek-capek download film pake IDM, pas udah 99%, file malah error. NYESEK BANGET ITU, SUMPAH.

Masih banyak cowok lain yang bisa lo gebet. Dan kali ini lo juga gak perlu LDR. Cari yang satu kota aja.

Okesip. Demikianlah KONSULTASAL kali ini. Lo juga bisa bantuin pecahin masalah Lolo dengan cara mengisi kotak komentar. Atau lo juga pernah ngerasain kisah kayak gini, yuk bagi-bagi pengalaman dengan yang lain.

Buat lo yang juga pengen ikutan KONSULTASAL, boleh kirim curhatan lo ke alamat email gua di : azeegha@gmail.com

Salam Asal.



Lanjut Baca Terus >>>

Sunday, August 10, 2014

[Cerpen] Rahasia Kematian





Ada yang bilang, kalau kematian telah direncanakan dengan sempurna.
Kematian tidak pernah terjadi secara kebetulan.

Pernahkah kamu bertanya-tanya dalam hati bagaimana kematian bekerja?
Pernahkah tebersit dalam diammu, mengapa hal itu bisa terjadi?

Aku beritahukan satu rahasia besar kepadamu. Rahasia tentang cara kerja kematian. Maka, tegakkanlah dudukmu, simak baik-baik.

Kami. Ya, kami adalah kematian. Lebih tepatnya, kami adalah agen kematian. Menyusun skenario, mengeksekusi para korban, kemudian melaporkannya pada atasan.

Setelah menunaikan tugas, biasanya kami berkumpul di warung kopi, sambil menyulut rokok, terkadang menyuntikkan zat adiktif. Warung kopi itu dipayungi oleh pohon-pohon besar. Mempunyai ranting sebesar paha gajah, dengan batangnya yang kokoh. Bahkan, urat nadi pohon tersebut bertonjolan, menyeramkan. Kurasa 20 orang dewasa pun tak akan bisa memeluk pohon tersebut.

Hei. Bisik-bisik apa itu? Kau tidak percaya kalau disini ada warung kopi? Tidak percaya kalau kami disini juga menenggak minuman keras, menggunakan narkoba, dan juga merokok? Oh, ayolah. Mengapa kami tidak bisa menggunakan benda ciptaan kami sendiri?

Kalian, para manusia saja yang terlalu angkuh, mengklaim semuanya adalah hasil ciptaan kalian.

Begitu juga malam ini. Kami berkumpul disini, sambil berbagi cerita.

“Hari ini hari yang menyenangkan.” Master Ken memulai obrolan. Mengambil sebatang rokok lalu menyulutnya. Dia menaikkan satu kaki ke atas kursi, lalu mengisap rokok dalam-dalam. Dan asap pun membumbung ke langit-langit, membentuk tengkorak yang mengerikan.

 “Tidak kusangka tugasku begitu mudah.  Dengarlah...”

***

“Aahhh,aahhh, Mas. Terus.... ahhh. Enak mas.... teruss.. emhhh....”

Ami mendesah-desah kenikmatan. Di belakangnya, Roni sedang memacu tubuhnya untuk meraih puncak kenikmatan. Tubuh mereka berdua basah karena keringat.

Erangan kenikmatan mengisi setiap pori-pori udara di kamar itu. Sebenarnya hal yang wajar mereka bersetubuh, jika mereka adalah suami istri. Sayangnya, mereka berdua adalah pasangan selingkuh.

Roni sudah memiliki istri dan dua anak yang lucu. Dengan pipi mereka yang seperti bakpao, siap menghambur ke pelukan Roni sepulang kerja. Lalu, dengan hebohnya mereka berebut membawakan tas kerja Roni. Menggemaskan.

Kopi hangat buatan istri juga sudah tersedia di meja. Dan jika Roni sedang menyesap kopinya, tangan sang istri langsung memijit pundak Roni. Romantis.

Tapi, terkadang manusia memang tidak pandai bersyukur. Selalu ingin lebih dan tidak pernah puas.
Maka tiap akhir pekan, dia berasyik-masyuk dengan Ami, yang merupakan istri seorang tokoh agama.

Suami Ami terlalu sering bepergian untuk mengisi ceramah, berusaha mencegah umat dari kenikmatan duniawi. Sayangnya istrinya sendiri dimabuk asmara dengan lelaki lain. Ironi.

Begitu juga dengan hari ini. Mereka bercinta sampai dini hari. Peluh mengucur deras, membasahi tubuh telanjang mereka. Kemudian mereka terlelap, sambil berpelukan.
Bunyi alarm hp menyadarkan Roni dari tidurnya. Dia terkesiap, sejenak merasa  bingung dimana dia berada. Dipandangnya jam dinding...

Gawat,aku terlambat pulang ke rumah, batinnya.

Dia terburu-buru memakai pakaiannya, mencium kening Ami, dan langsung bergegas pulang ke rumah dengan sepeda motornya.

Di otaknya masih terbayang pergulatan mesum mereka semalam. Kehebatan Ami di ranjanglah, yang sanggup membuatnya berpaling dari istrinya. Istrinya sudah terlalu tua, tidak pandai memainkan bermacam gaya. Apalagi onderdilnya sudah mulai karatan, terbatuk-batuk di tengah jalan, lalu mogok.

Roni terlalu asyik dengan pikirannya, sehingga dia terlambat menyadari kalau angkot di depannya berhenti mendadak.

Kaget, Roni langsung berbelok ke kanan, menghindari tabrakan dengan bokong angkot.
“TINNNNN...” Suara klakson truk memekakkan telinga. Truk yang tiba-tiba saja muncul dari arah yang berlawanan. Roni dan supir truk sama-sama terbelalak kaget.
Pikiran Roni dipenuhi adegan mesumnya dengan Ami, beralih ke istrinya yang selalu setia menunggu di teras, kedua anaknya yang suka bergelayut di pundaknya.

BRAKKK.

Truk menggilas sepeda motor Roni tanpa ampun dan menyeretnya. Roni berteriak ketika aspal dan ban truk menggigit-gigit kulitnya, mengiris dagingnya, meninggalkan jejak kemerahan di jalan. Darah berlomba-lomba membanjiri jalanan.Suaranya tercekat ketika akhirnya truk tersebut melindas tubuhnya sepenuhnya. Membelah badannya menjadi dua bagian.
***

Kami bertepuk tangan dengan riuh. Selalu menyenangkan menyaksikan arwah mereka melayang meninggalkan raga. Menarik arwah mereka dari tubuh bagai olahraga bagi kami.

“Skenarioku berjalan lancar. Hahaha. Angkot yang tiba-tiba menurunkan penumpang dan supir truk yang masih mengantuk.” Master Ken terbahak. “Kalian harusnya melihat ekspresi menakutkan di wajahnya ketika dia melihatku. Tapi semuanya sudah terlambat.”
“Manusia gampang dibutakan oleh nafsu.”

“Cerita yang hebat, Teman. Tapi aku punya pengalaman yang lebih seru.” Master Pra mengambil alih pembicaraan. Dia menyesap kopi hitamnya, yang katanya berasal dari ekstrak kotoran harimau.

Dia mendecakkan lidah sejenak, lalu bercerita....

***

Dani bukanlah orang yang suka mencurigai orang. Dia terkenal akan sifatnya yang baik dan juga suka menolong. Prasangka buruk mungkin tidak ada di dalam kamusnya.

Terlebih dia adalah seorang ulama terkemuka. Sering diundang untuk berbicara dalam berbagai forum keagamaan. Semua orang mengenal dia. Dia harus menjaga sikap dan lakunya.

Tapi, tidak untuk kali ini. Sudah beberapa hari ini dia curiga dengan kelakuan istrinya, Ami. Ami sekarang lebih suka memainkan hp, ketimbang ngobrol dengannya. Bahkan Ami sudah mulai berani menolak untuk melayaninya secara biologis. Mungkinkah istrinya sudah mulai terpengaruh dunia maya. Atau malah ada pengaruh yang lain?

Apa hebatnya sih benda mungil ini. Dani mengambil hp Ami yang tergeletak di meja rias. Ami sedang menyusui anak mereka di kamar sebelah.

Dani membuka hp tersebut, dan menemukan alasan mengapa sifat istrinya berubah.
Puluhan sms mesra dari seorang pria, memenuhi kotak masuk. Darah Dani menggelegak sampai ke ubun-ubun.

Jadi begini, cara dia membalas kebaikanku selama ini?

Dia meraih pisau yang entah mengapa bisa berada di atas meja rias. Tapi Dani tidak memedulikannya. Napasnya memburu, amarah begitu menguasai dirinya sekarang. Dibukanya pintu kamar dengan kasar.

Persetan dengan segala kesabaran.

Ami menoleh, menyungging sebuah senyum.

Dani melangkah pelan. Pisau diselipkan di belakang punggungnya.
“Ada apa, Mas?  Mau ikutan nyusu juga?” Ami terkikik geli.
Anak mereka menatap Dani dengan lucu.

“Ah tidak. Aku hanya ingin melihatmu saja.” Untuk terakhir kalinya.
Dani mengangkat pisau tersebut. Kilatan ngeri sang istri terpantul di pisau tersebut. “Apa maksudmu, M-.”

Detik berikutnya, pisau tadi menancap di leher Ami. Lalu dengan gerakan cepat, Dani menggorok leher Ami. Darah memancar bagai mata air. Tumpah bagai air terjun di wajah bayi mereka. Mata Ami terbelalak, meracau untuk sesaat, gelembung-gelembung udara meletup di lehernya yang dibanjiri darah. Dia menggapai-gapai udara, kemudian menegang, dan akhirnya bisu.

Bayi mereka menangis, menjerit. Mengoek-oek berisik. Mengusik heningnya malam. Dia berenang dalam kubangan darah ibunya. Setetes dua tetes darah tertelan olehnya.
Dani menggendong bayinya. Mengusap kepalanya dengan lembut. Berusaha menenangkannya. “Cup...cup...sayang.”

Dani. Itu bukanlah anakmu. Lihatlah betapa berbedanya kau dan dia. Dia pasti anak dari selingkuhan istrimu.

Dani memungut pisau yang telah bersimbah darah tadi, memain-mainkannya di atas tubuh anaknya. Berpikir keras. Menentukan keputusan.

Bunuhh Dani. Bunuh!!

Tangan Dani bergetar. Tapi dia tidak bersalah.

Dia bukan anakmu. Bunuh sekarang!!

Dani berteriak sambil menghujamkan pisau menembus dada si bayi. Sekilas dia bisa melihat bayinya tersenyum dan hendak membelai wajahnya. Hening menyusupi udara. Darah bayinya terciprat ke wajah, leher dan bajunya.
Kamar itu lebih mirip rumah penjagalan hewan.

“Astaga.. A-apa yang telah aku lakukan?”
Dani memandangi tangannya yang bersimbah darah. Pisau terjatuh dari tangannya.
“TIDAKKK.....”

***

Tuan Pra menenggak minumannya. “Dua nyawa dalam satu malam. Itu benar-benar luar biasa. Hahaha.”

“Manusia memang benar-benar bodoh. Kalau sudah emosi, maka logika dan akal sehat tidak akan digunakan.”

“Nurani manusia memang begitu. Tidak mau mencari lebih lanjut kebenaran, yang penting melampiaskan amarah.”

Malam semakin larut. Masing-masing membanggakan hasil kerja mereka. Denting gelas, asap rokok, cerita, tawa, malam yang indah.

 “Sekarang giliranku.” Nona Pat menggosok kedua tangannya dengan bersemangat. “Aku telah melalui penantian panjang untuk mewujudkan tragedi. Bayangkan, 20 tahun aku menanti dengan sabar, untuk melakukan skenario ini.”

“Aku menabur bibit dendam di hati seorang anak berusia tujuh tahun. Dendam akibat pelecehan seksual yang dialaminya. Bibit itu mulai tumbuh. Berkembang. Merambat ke setiap helaan napas kehidupannya. Dia membenci semua lelaki dewasa. Tapi aku telah memoles anak itu dengan topeng. Walau dalam dirinya dipenuhi dendam, tampak luarnya begitu bersahaja.”

“Orang-orang tidak akan menyangka, bahwa dia memiliki perangai yang begitu buruk. Manusia gampang dibutakan oleh penampilan.”

***

Tom hendak ke supermarket pada malam itu. Ketika tiba-tiba dia ditabrak oleh seorang bapak paruh baya. Bapak itu terengah-engah, bagai dikejar setan. Bajunya dipenuhi noda merah yang menguarkan aroma anyir. Badannya bergetar hebat, dengan air mata yang bercampur dengan keringat.

“Ada apa, Pak? Apa Bapak dikejar perampok?”

Bapak itu termangu sejenak. “Y-ya. Saya lagi dikejar oleh sekawanan geng motor. Tolong saya. Mereka akan membunuh saya.” Bapak itu memelas.

“Baiklah, Pak. Rumah saya tidak jauh dari sini. Mari saya tunjukkan. Bapak bisa bersembunyi disana sementara.” Tom memapah Bapak itu ke rumahnya.

“Mari, Pak. Silakan masuk. Anggap saja rumah sendiri. Maaf rumah saya kecil dan berantakan. Nama saya Tom.”

“D-Dani.”

Dani bengong menatap isi rumah tersebut. Rumah yang dikatakan kecil tersebut, mempunyai luas seperti lapangan sepakbola. sebuah tv layar lebar bergantung di dinding, bagai ditempel.Lemari kaca yang dipenuhi dengan kristal-kristal dalam segala bentuk. Karpet yang lembut seakan menelan kaki Dani.

Ah, orang kaya memang pandai merendah.

“Lebih baik bapak membersihkan badan dahulu. Di kamar mandi ada handuk bersih, saya akan mempersiapkan baju untuk bapak.”

“Terimakasih, Nak Tom. Kamu sungguh baik.”

Tom hanya menyungging senyum dan mempersilakan Dani untuk ke kamar mandi.
Di kamar mandi, Dani masih memikirkan perbuatan bodohnya. Seharusnya semua masih bisa dibicarakan baik-baik. Mengapa aku bisa begitu saja membunuh mereka. Aku harus melarikan secepatnya dari kota ini. Sebentar lagi aku akan menjadi buronan polisi.

Dani bergegas membersihkan badannya, menggosok semua darah yang melekat di tubuhnya. Sehabis mandi, dia mengenakan baju bersih yang telah disiapkan Tom.
“Mari pak. Silakan makan dulu.” Tom mempersilakan Dani dengan sopan untuk makan.
“Wah, saya jadi tidak enak ini. Nak Tom tidak perlu repot-repot seharusnya.”

“Tidak apa kok, Pak. Saya senang melakukannya.”

Di meja telah terhidang makanan yang mengundang selera. Nasi putih yang mengepul, ayam goreng yang menggoda, segelas jus apel, dan semangkuk bayam.

“Nak Tom tidak makan?”

“Terimakasih, Pak. Tapi saya sudah makan tadi.” Tom tetap tersenyum ramah.
Dani makan dengan lahap. Memakan banyak bayam. Mungkin aku bisa menjadi sekuat popeye dan mengalahkan polisi.

Meski dia merasakan bayam itu rasanya tidak seperti biasanya, tapi dia merasa tidak enak untuk protes. Sebagai penutup, Dani menenggak  jus apel tersebut.

“Terimakasih Nak Tom. Atas segala kebaikannya.”
“Tidak usah sungkan pak. Saya senang menolong orang.”

Semenit kemudian, Dani mulai merasa pusing dan mual. Dia terjatuh di lantai sambil memegangi tenggorokan dan perutnya yang seperti dililit ular piton. Dia kejang-kejang, menendang apa saja disekitarnya. Gerakannya semakin liar, lalu perlahan melemah, tubuhnya mulai kaku, bola matanya naik ke atas. Buih keluar dari mulutnya.

Asam Oksalat bayam dan Sianida dari biji apel memang tidak pernah mengecewakan. Tom tersenyum dan membereskan semua kekacauan tersebut.

Kamu akan segera bergabung dengan yang lainnya.

***

Nona Pat bertepuk tangan dengan riuh. “Akhirnya, misi 20 tahunku tuntas. Dia telah membunuh genap 666 orang.”
Mereka tertawa puas. Kemudian saling bersulang. Lalu melanjutkan cerita lagi.

Aku pelan-pelan mengundurkan diri. Mencari tempat yang sunyi, untuk menuliskan rahasia ini kepadamu. Ketahuilah, aku bisa disiksa jika ketahuan. Jadi, pastikan jangan bilang siapa-siapa tentang rahasia ini. Dan waspadalah akan sekelilingmu. Karena kematian akan menggunakan segala cara untuk merenggutmu.

Pelajarilah semua catatan kematian dan pembunuhan. Kematian selalu bergerak dalam pola yang sama. Tidak ada yang baru. Kau harus lebih peka. Camkan !

Kematian bisa mencabut nyawamu dengan cara kasar atau lembut. Tergantung pilihan yang kau buat ketika masih hidup.

***

“Hei Tuan Lang. Sekarang giliranmu bercerita.” Mereka berteriak memanggilku.

Aku menoleh dan melambaikan tangan ke arah mereka. “Baiklah.. Aku akan segera menuju kesana.”

Aku menatap kertas penugasan itu dengan pias. Maafkan aku teman. Aku memang membocorkan rahasia ini kepadamu. Karena aku tau kau tidak hidup cukup lama untuk memberitahu orang lain. Namamu tertulis jelas sebagai korbanku malam ini. Jadi, bersiaplah....

-TAMAT-


Kayaknya cerpen kali ini cukup “berat” buat gua. Entah kenapa bisa dapat ide untuk nulis cerita kayak gini. Gua butuh segala kritik dan saran dari lo mengenai penulisan cerpen ini. Silakan tuliskan di kotak komentar ya. Dahh







Lanjut Baca Terus >>>