Monday, January 27, 2014

Hemat Tiada Tara




Gua hobi banget membaca komik. Kebiasaan membaca komik udah gua mulai sejak kelas 3 sd. Dulu, gua dibeliin komik Shinchan, Conan, Donal Bebek, dan Kungfu Boy. Untunglah dulu gua belum mengenal majalah Playboy. Kalau udah, mungkin gua bakal merengek minta dibelikan itu. Sebagai anak SD, pubertas gua emang mengkhawatirkan.

Tapi dari semua itu, gua paling suka baca Donal Bebek. Kenapa? Karena gua mau beternak bebek.

Oke ralat. Gua suka Donal Bebek karena selain lucu, juga ada tokoh yang bernama Paman Gober. Paman Gober ini adalah bebek terkaya di seluruh jagat raya. Dia sampai bikin gudang uang sendiri untuk menampung uangnya yang melimpah. Dia juga suka berenang di antara tumpukan uangnya. Mungkin bulunya terbuat dari baja 24 karat, jadi gak sakit pas berenang di antara uang logam.

Walaupun kaya, Paman Gober ini kikirnya bukan main. Atau dalam bahasa dia, HEMAT. Dia lebih suka numpang makan di rumah Donal, daripada mesan makanan. Dia juga suka datang ke taman untuk membaca koran bekas ketimbang membeli koran baru. Padahal hampir semua restoran dan penerbitan di Kota Bebek adalah punya dia.

Mungkin karena kebanyakan membaca komik ini, gua juga jadi ikutan kikir, eh salah, hemat. Gua berusaha sebisa mungkin untuk melakukan tindakan pengiritan.

Contohnya baju. Gua biasanya make baju yang sama untuk jangka waktu dua hari. Selain untuk menghemat air untuk mencuci, juga karena gua malas nyuci baju. Biasanya sih kalau baunya belum mampu membuat bulu idung mengalami penuaan dini, maka gua akan terus memakai baju itu.

Inilah salah satu enaknya jomblo. Gak ada yang protes dengan bau badan lo yang bisa bikin tikus got mati.

Contoh lain kalau lagi mandi. Di daerah gua, kadang air suka macet. Gak mau ngalir. Sementara gua mau mandi dan air di bak gak mencukupi. Paling cuma bisa beberapa gayung doang. Tapi karena kejadian ini berlangsung cukup sering, gua jadi punya kiat khusus untuk mengatasinya.

Gua kasih tipsnya nih, mandi hanya bermodalkan beberapa gayung.

1. Gunakan gayung pertama untuk membasahi badan.
2. Usapkan sabun di badan, terus gosok gigi, lalu keramas pake shampo. Lakukan semuanya tanpa membilas badan terlebih dahulu.
3. Bilas badan dengan gayung terakhir.

Selesai deh. Lo bisa mandi dengan bersih tapi tetap irit.

Pengiritan lain yang suka gua lakuin adalah masalah kancut. Gua itu juga suka make kancut yang sama selama dua hari atau lebih. Alasannya sederhana, males nyuci. Jadi tinggal tukar tuh kancut jadi side A atau side B.

Pelit? Tidak.
Irit? Iya.
Gatel? Oh jelas.

Kegiatan irit versi gua mungkin menurut lo jorok. Tapi lo harus tau, berapa banyak penghematan yang bisa lo dapat dengan irit. Seperti kasus gua, mungkin udah berapa liter air yang berhasil gua hemat saking iritnya. Mungkin lo bilang, “Indonesia kan dikelilingi air, ngapain juga dihemat.”

Ya, emang bener. Indonesia dikeliling air. Tapi air laut. Bukan air tawar. Kadang malah dikelilingi air banjir. Emang lo mau gunain air kayak gitu. Air bersih masih menjadi persoalan di negara kita. Banyak daerah terpencil yang untuk mandi saja, mereka harus naik motor. Bukan karena rumahnya gede, tapi karena sumber airnya jauh dari pemukiman penduduk.

Sumber air lainnya di Indonesia adalah sungai. Tapi sekitar 65% sungai di Indonesia sudah tercemar. Entah itu limbah pabrik ataupun sampah. Danau pun tidak berbeda jauh keadaannya.

Kabarnya sih, tahun 2025, seluruh dunia akan mengalami krisis air bersih. Walaupun dua pertiga dari permukaan bumi adalah air, tapi hanya lima persen yang bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Tidak ada salahnya kan berhemat dari sekarang. Walaupun itu hanya air. Setidaknya nanti, anak cucu lo bisa mandi dengan air bersih, bukan dengan minyak makan.

"Irit, merupakan sikap yang bijaksana dalam hidup. Bukan hanya dalam rangka menghemat pengeluaran agar dapat menabung beberapa rupiah, namun irit merupakan sikap yang menghargai kehidupan dengan menghindari pemborosan." Kak Akin, blogger tanpa nama.

Bukankah di Indonesia ada pepatah lama yang mengatakan “ Hemat Pangkal Kaya”. Sayangnya pepatah ini, perlahan mulai dilupakan. Sifat konsumerisme dan hedonisme menguasai setiap sel tubuh kita. Sudah saatnya kita mengubah sifat, untuk menjadikan dunia lebih baik.

Apakah sekarang lo tertarik juga untuk hidup lebih hemat? Atau lo juga punya kisah irit yang sama dengan gua. yuk, saling berbagi di kotak komentar.

Lanjut Baca Terus >>>

Saturday, January 18, 2014

Pemerkosaan di Tempat Umum #cerpen

sumber : klik gambar


“Hei, selamat datang. Kamu anak baru ya?” sapa seorang ibu bertubuh gemuk.

Aku mengangguk sambil menyambut uluran tangannya. “Iya. Namaku Nov.”

Dia tersenyum. Senyum yang sangat memikat dan juga menular. “Tiva.”

Aku juga disapa oleh penghuni lainnya. Untunglah,aku langsung mendapat teman disini.
“Eh, kamu harus hati-hati ya disini.” Ibu itu berbisik pelan kepadaku. “Pengunjung disini suka memperkosa barang baru seperti kamu ini.”

Aku terhenyak beberapa saat. Tidak menyangka langsung ditembak dengan perkataan seperti itu. Mustahil rasanya hal seperti itu bakal terjadi di tengah keramaian seperti ini.

Aku berusaha menyungging senyum. “Semoga itu tidak terjadi kepadaku, Bu,” ucapku pelan.

Dia hanya mengedikkan bahunya dan kembali memandangi pengunjung.
Kerumunan orang semakin ramai memenuhi tempat ini. Di ujung sana, ada tiga orang pemuda yang berjalan mendekatiku.

“Eh lihat tuh. Masih baru nih kayaknya. Harus dicoba dulu,” kata seorang pemuda dengan wajah menyeramkan. Wajahnya berwarna merah, penuh oleh tonjolan-tonjolan yang seakan siap meledak.

“Lo amati sekitar. Pastikan keadaan aman.” Kawannya yang berambut gondrong mengulurkan tangannya, hendak membekapku.

Astaga. Sepertinya perkataan Ibu tadi benar. Aku akan diperkosa. Aku melihat sekelilingku dengan liar, berusaha melarikan diri. Tapi mereka telah mengepungku. Aku tersudut. Temannya yang satu lagi, Si rambut jabrik segera meraih badanku dan membawaku ke tempat sepi, sementara teman-temannya berjaga di sekitarnya. Salahku juga mengenakan pakaian transparan seperti ini.

Ibu Tiva hanya memandangiku nanar. Pandangannya seakan mengatakan, “Maaf, aku tidak bisa menolongmu.”

“Nanti kalau lo udah selesai, gantian ya,” bisik si wajah menyeramkan.

Aku bergidik mendengar kalimat itu. Kupandangi si jabrik dan si gondrong bergantian. Aku memohon, memelas, menangis, tapi mereka tidak menghiraukan. Hati mereka seolah terkunci.

Di sekitar kami, orang berjalan lalu lalang. Mereka hanya melirik sekilas ke arahku namun tidak bertindak untuk menyelamatkanku. Dimana hati nurani manusia jaman sekarang?

“Hai manis. Aromamu sangat menggoda. Kamu tahu? Aku gampang terangsang dengan aroma seperti ini.” Wajah si jabrik membentuk sebuah seringai menyeramkan.

Dia mulai menggerayangi badanku. menjamah semua bagian tubuhku satu persatu. Bagian depan dan belakang tidak luput dari jamahan tangannya yang kasar.
Ahhhh. Apakah itu desahanku? Tidak mungkin aku menikmati perlakuannya.

Jari-jarinya menelusuri setiap jenjang tubuhku. Dengan satu tarikan kecil, dia membuka pakaianku mulai dari atas. Aku berusaha berontak, tapi tenaganya terlalu besar.
“Haha. Benar-benar mulus.” Dia membelai tubuhku. Sentuhan itu mengirimkan sengatan listrik ke sekujur tubuhku.

“Ahhhhh. Hentikann. Ohhhh.”

Dia membuka pakaianku perlahan-lahan. Menikmati setiap koyakan dan tarikan yang dia lakukan kepadaku. Benar-benar iblis.

Dia tersenyum. Seakan mengagumi hasil karyanya. Atau lebih tepatnya, mengagumi tubuhku yang sudah telanjang bulat. Aku berusaha sebisa mungkin menutup tubuhku. Aku malu diperlakukan begini.

“Ekhm, Mas.” Tiba-tiba seorang cowok berseragam muncul di belakangnya.
“Selamatkan aku. Tolong..” rintihku.

Cowok itu menunjuk diriku, “Membuka bungkus buku, berarti beli ya, Mas. Silakan segera bayar di kasir.”

Jabrik dan gondrong hanya cengengesan. Muka mereka memerah, seperti kepiting rebus. Sedangkan Si wajah menyeramkan telah melarikan diri. Huh, kenapa mereka semua tidak dihukum saja? Masalah pemerkosaan selesai hanya dengan membayar. Negara macam apa ini.



semoga tidak ada yang tiba-tiba horny ketika membaca cerpen ini. haha. ide ceritanya berasal dari kelakuan gua yang suka bukain buku yang masih disampul di gramed. maafkan aku wahai gramedia








Lanjut Baca Terus >>>

Monday, January 13, 2014

Kematian Drama Queen #FF


sumber : klik gambar


“Ryan. Aku baru saja mendapat pemberitahuan. Waktuku tidak lama lagi. Aku akan segera meninggalkanmu. Huaa.”

Aku melirik jam dinding. Jam 23.55 WIB. Ya, memang waktunya sudah dekat.

“Apa kau tidak takut kehilanganku, Ryan?” tanya Nia.

Hmm. Dia mulai sesenggukan. Apa aku harus jujur atau bohong? Aku memilih yang kedua.

“Tentu saja, sayang. Aku sangat takut kehilanganmu. Tapi inilah kehidupan. Semua datang dan pergi. Cepat atau lambat.”

Aku melirik jam. Tinggal 30 detik lagi. Syukurlah. Ini semua akan berakhir.

“Jangan bersedih kalau aku sudah tidak ada lagi ya. Aku juga mencin....”

Tut....tut.......tut...

Aku melihat layar telepon genggamku. Panggilan telah berakhir.

Dasar Nia. Dia memang drama queen sejati. Selalu melebih-lebihkan. Kematian diri disamakan dengan putusnya sambungan telepon. Huh

One message received. From Nia
Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya, Sayang. :*

BRAKK. Aku membanting hp ku. Kesal



catatan penulis :

kayaknya ff yang ini kurang bagus ya. ceritanya juga terlalu sederhana. lagi kurang mood menulis cerpen soalnya. tapi harus tetap update blog. makanya ini di publish. maaf ya kalau gak bagus. semoga cerpen selanjutnya lebih bagus. mohon kritik dan saran ya.
Lanjut Baca Terus >>>

Sunday, January 5, 2014

Udahan Marahnya



Indonesia. Negara dengan sejuta keindahan. Bahkan dijuluki Zamrud Khatulistiwa. Betapa istimewanya negara kita ini. Indonesia juga terkenal dengan keragamannya.

Sayangnya, keragaman yang dibanggakan itu, malah menjadi bumerang. Ya, keragaman itulah yang seringkali memecah belah negara ini. Perbedaan agama, perbedaan suku, perbedaan strata sosial.

Padahal perbedaan itu penting. Contoh perbedaan jenis kelamin. Lo gak mungkin kan punya pasangan yang jenis kelaminnya sama. Kecuali... kecuali lo ada kelainan.

Kebanyakan masyarakat Indonesia juga gampang banget terpancing emosinya. Tim sepakbola kesayangannya kalah, langsung ribut. Wasit dipukuli, dilempari pake bom molotov. Itu pertandingan sepakbola atau kerusuhan di Timur Tengah?

Padahal wasit juga manusia. Lebih baik dia dipeluk. Siapa tau dia jomblo.

Kalau lagi main ps juga, kadang kalau udah kalah, gak mau menerima. Stik ps nya malah dibanting. Padahal itu ps dan stiknya bukan punya dia. Dia lagi main di rental. Keterlaluan banget kan.

Bahkan, yang terbaru. Ibu Negara juga doyan marah-marah di sosial media. Asal komen yang agak nyelekit, langsung dibalas dengan kata-kata pedas. Apakah Ibu Negara juga mengenal cabe-cabean? Oh, mungkin Ibu marah-marah karena Bapak sudah mau habis masa jabatan ya? Sabar ya, Bu. Oh ya, kalau mampir ke blog ini, jangan marah-marah ya Bu. Damai

Di twitter juga banyak akun yang khusus untuk marah-marah. Ini aneh banget ya. Bahkan marah pun ada spesialisasinya. Ngetwit pake huruf kapital semua. Mungkin capslocknya make kartu Tri. Jadi always on.

Di tingkat pelajar, amarah juga tidak terkendali. Mereka menyalurkan emosi mereka lewat tawuran, demo anarkis, bakar ban supaya jalanan macet. Ini demi apa coba? Mending kalau bakar sate, jadi bisa dibagiin ke pengguna jalan. Lah ini bakar ban, udah bikin macet, nambah polusi. Trus marah karena ozon menipis. Padahal gara-gara dia juga.

Kadang gua heran dengan mahasiswa sekarang. Terlalu mendewakan orasi dan demonstrasi. Menerapkan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, pengabdian kepada masyarakat. Mereka kira itu sama dengan turun ke jalan, terus demonstrasi. Lalu anarkis. Pengabdian macam apa itu.

Para demonstran juga gak mau kalau kehendak mereka gak dituruti. Egois banget sih. Pantes jomblo.

Ya gua tau, mereka ingin seperti Bung Tomo, ingin seperti Soekarno. Yang kalau pidato, bisa mengobarkan semangat banyak orang. Tapi pliss men, jaman udah berubah. Mereka dulu pidato di jalan karena lagi dijajah.

Okedeh kalau topik orasi lo udah mengancam kepentingan negara, seperti inflasi 50%, atau Zimbabwe mau nyerang Indonesia. Kalau cuma masalah Miss World, kenaikan gaji, BBM naik, BBM ada di Android,  gak perlu lah lo demo di tengah-tengah jalan, trus blokir jalan.

Masalah Miss World? Kenapa harus dilarang. Mengeksploitasi tubuh? Gak ada tuh. Mereka malah memperkenalkan kebudayaan Indonesia. Girlband dan Idol grup yang menyajikan paha everywhere, malah didiamkan.

Kenaikan gaji? Kalau lo kerja sungguh-sungguh, gaji lo pasti naik. Kan gaji buruh sudah disesuaikan dengan UMP yang berlaku? Masih kurang juga?

Gua setuju dengan apa yang dikatakan Presiden Uruguay, Jose Mujica.
“ Menurut saya, miskin bukanlah orang yang kehidupannya tidak layak. Miskin adalah mereka yang bekerja keras, supaya bisa mempertahankan gaya hidup mewah.”
Ya, inilah akar masalahnya. Gaya hidup. Kemarin gua liat buruh pada demo, eh kendaraannya yang harga puluhan juta. Kurang sejahtera apa lagi?

BBM naik? Itu emang udah harus naik. Pengeluaran negara udah membengkak.
Cari tahu dulu faktanya sebelum lo demonstrasi.

Contoh lain. Orang pacaran. Yang lagi pacaran tuh seringkali bertengkar. Awalnya sepele, mungkin karna cowoknya menguap terlalu lebar. Yang cewek gak terima, karena paru-parunya mendadak terbakar. Berdebat kusir lah mereka.

Maka masalah menguap, mulai merambat kemana-mana. Bahas mantan lah, belum bisa move on lah, sempak gak pernah dicuci. Ngupil pake kaki. Masalah sepele tadi mendadak jadi sebesar stadion Maracana. Maka beruntunglah lo yang jomblo.

Lo itu gak perlu marah kalau lo benar. Buat apa lo marah? Toh lo benar. Hanya membuang energi kalau lo marah-marah untuk suatu masalah dimana lo berada di pihak yang benar.

Tapi, ada yang bilang, kebenaran itu harus dibela. Segitu menderitanyakah si kebenaran sampai harus dibela? Padahal dia adalah kebenaran, gak perlu dibela pun dia sudah benar. Lo ngerti gak gua ngomong apa? gua sih kagak.

Kalau lo salah, lo juga gak berhak marah. Lo itu salah, jadi sadar diri aja. Udah salah, marah-marah pula. Lo mau dibacok?

Orang yang udah salah tapi marah-marah inilah yang bikin gua males. Gak mau menerima kesalahannya. Malah menyalahkan orang lain. Mencari kambing hitam. Mungkin dia dulu adalah siluman kambing yang gagal move on.

Mengutip kata @pidibaiq,
 “cacian gak akan buat lo hina, pujian juga gak akan buat lo mulia.”
Kalau lo dicaci, yaudah woles aja. Kalau emang cacian itu gak tepat, abaikan saja. Pencacinya bakalan capek sendiri kok.

Gua pernah baca di kolom Buddha, ada cerita bijak.

Seorang tuan rumah, ketika ada tamu yang berkunjung ke rumahnya, maka dia akan menyuguhkan makanan dan minuman. Tapi kalau si tamu, gak mau menerima makanan dan minuman itu, maka hidangan tadi akan kembali menjadi milik tuan rumah.
Begitu juga dengan hinaan. Kalau yang dihina tidak menerima atau membalas hinaan tersebut, maka hinaan itu akan kembali kepada yang menghina.

Daripada marah-marah dan bikin tambah tua, mending kita semua senyum, ketawa. Atau lebih baik lagi kalau kita berdoa kepada Sang Pencipta, biar lebih tenang.
Dengan begitu, kehidupan lebih asik untuk dijalani. Tanpa diganggu oleh amarah tidak penting.

Sekian artikel dari gua. Gua gak bermaksud menggurui. Hanya ingin menyuarakan pemikiran saja. Maaf kalau ada salah kata atau dianggap menghina. Silakan kritik sepuasnya di kotak komentar. Dadahhh.
Lanjut Baca Terus >>>

Thursday, January 2, 2014

Hilangkan Saja Captcha mu

Gua sangat suka blogwalking. Berkunjung ke blog orang lain, memberi komentar di postingan mereka. Saling blogwalking adalah hal yang sangat penting.
Dulu, blog gua sepi kayak kuburan. Setiap bikin postingan gak ada yang komen. Setelah gua rajin blogwalking, maka komentar pun melimpah. Hal ini tentu saja memicu semangat untuk terus membuat postingan.

Tapi, ada satu hal yang gua gak suka tiap kali blogwalking. Itu adalah verifikasi chaptcha. Ini sangat menyulitkan, terutama kalau mata pembaca rada rabun. Gua yang masih bisa melihat dengan jelas aja, kadang bisa salah masukkan kode. Dan bukan cuma sekali dua kali. Kadang bisa sampai empat kali. 

Gua sungguh gak ngerti dengan orang yang mengaktifkan verifikasi ini. Mengharapkan komentar pembaca, tapi menyulitkan pembaca untuk mengomentari. Ini memang untuk mencegah spam. Tapi, kan bisa lo atur moderasi komentar. Itu masih lebih bijak, daripada verifikasi chaptcha.

Dan ajaibnya, ternyata masih ada blogger yang tidak tau cara menonaktifkan verifikasi chaptcha.

Yah, untuk mempermudah gua yang hobi blogwalking, maka gua share disini cara untuk menghilangkan verifikasi chaptcha di blog.

1. Masuk ke dashboard blog, dan klik blog lo. Terus, dari menu-menu ini, pilih setting.


kalau blog lo berbahasa indonesia, maka yang harus di klik adalah "setelan"


2. Setelah nge-klik setelan/settings, maka yang muncul adalah gambar ini. 


klik pos dan komentar



3. klik verifikasi kata atau verifikasi chaptcha. Ubah jadi “tidak”.



4. klik, simpan setelan di pojok kanan atas




Gimana, mudah kan cara menghilangkan verifikasi chaptcha di blog. Kalau blog lo masih mengaktifkan verifikasi chaptcha, buruan deh matiin. Supaya para pembaca blog lo, lebih leluasa untuk memberikan komentar. Dan lo semakin semangat nge-blog.

Demikian tips dari gua, semoga berguna buat lo semua. Gua mau tidur dulu. Posting artikel dini hari emang gak enak banget. Tapi apa daya, insomnia menyerang. Kok malah curhat ya. Hehe


Dahhhh
Lanjut Baca Terus >>>