Sunday, January 5, 2014

Udahan Marahnya



Indonesia. Negara dengan sejuta keindahan. Bahkan dijuluki Zamrud Khatulistiwa. Betapa istimewanya negara kita ini. Indonesia juga terkenal dengan keragamannya.

Sayangnya, keragaman yang dibanggakan itu, malah menjadi bumerang. Ya, keragaman itulah yang seringkali memecah belah negara ini. Perbedaan agama, perbedaan suku, perbedaan strata sosial.

Padahal perbedaan itu penting. Contoh perbedaan jenis kelamin. Lo gak mungkin kan punya pasangan yang jenis kelaminnya sama. Kecuali... kecuali lo ada kelainan.

Kebanyakan masyarakat Indonesia juga gampang banget terpancing emosinya. Tim sepakbola kesayangannya kalah, langsung ribut. Wasit dipukuli, dilempari pake bom molotov. Itu pertandingan sepakbola atau kerusuhan di Timur Tengah?

Padahal wasit juga manusia. Lebih baik dia dipeluk. Siapa tau dia jomblo.

Kalau lagi main ps juga, kadang kalau udah kalah, gak mau menerima. Stik ps nya malah dibanting. Padahal itu ps dan stiknya bukan punya dia. Dia lagi main di rental. Keterlaluan banget kan.

Bahkan, yang terbaru. Ibu Negara juga doyan marah-marah di sosial media. Asal komen yang agak nyelekit, langsung dibalas dengan kata-kata pedas. Apakah Ibu Negara juga mengenal cabe-cabean? Oh, mungkin Ibu marah-marah karena Bapak sudah mau habis masa jabatan ya? Sabar ya, Bu. Oh ya, kalau mampir ke blog ini, jangan marah-marah ya Bu. Damai

Di twitter juga banyak akun yang khusus untuk marah-marah. Ini aneh banget ya. Bahkan marah pun ada spesialisasinya. Ngetwit pake huruf kapital semua. Mungkin capslocknya make kartu Tri. Jadi always on.

Di tingkat pelajar, amarah juga tidak terkendali. Mereka menyalurkan emosi mereka lewat tawuran, demo anarkis, bakar ban supaya jalanan macet. Ini demi apa coba? Mending kalau bakar sate, jadi bisa dibagiin ke pengguna jalan. Lah ini bakar ban, udah bikin macet, nambah polusi. Trus marah karena ozon menipis. Padahal gara-gara dia juga.

Kadang gua heran dengan mahasiswa sekarang. Terlalu mendewakan orasi dan demonstrasi. Menerapkan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, pengabdian kepada masyarakat. Mereka kira itu sama dengan turun ke jalan, terus demonstrasi. Lalu anarkis. Pengabdian macam apa itu.

Para demonstran juga gak mau kalau kehendak mereka gak dituruti. Egois banget sih. Pantes jomblo.

Ya gua tau, mereka ingin seperti Bung Tomo, ingin seperti Soekarno. Yang kalau pidato, bisa mengobarkan semangat banyak orang. Tapi pliss men, jaman udah berubah. Mereka dulu pidato di jalan karena lagi dijajah.

Okedeh kalau topik orasi lo udah mengancam kepentingan negara, seperti inflasi 50%, atau Zimbabwe mau nyerang Indonesia. Kalau cuma masalah Miss World, kenaikan gaji, BBM naik, BBM ada di Android,  gak perlu lah lo demo di tengah-tengah jalan, trus blokir jalan.

Masalah Miss World? Kenapa harus dilarang. Mengeksploitasi tubuh? Gak ada tuh. Mereka malah memperkenalkan kebudayaan Indonesia. Girlband dan Idol grup yang menyajikan paha everywhere, malah didiamkan.

Kenaikan gaji? Kalau lo kerja sungguh-sungguh, gaji lo pasti naik. Kan gaji buruh sudah disesuaikan dengan UMP yang berlaku? Masih kurang juga?

Gua setuju dengan apa yang dikatakan Presiden Uruguay, Jose Mujica.
“ Menurut saya, miskin bukanlah orang yang kehidupannya tidak layak. Miskin adalah mereka yang bekerja keras, supaya bisa mempertahankan gaya hidup mewah.”
Ya, inilah akar masalahnya. Gaya hidup. Kemarin gua liat buruh pada demo, eh kendaraannya yang harga puluhan juta. Kurang sejahtera apa lagi?

BBM naik? Itu emang udah harus naik. Pengeluaran negara udah membengkak.
Cari tahu dulu faktanya sebelum lo demonstrasi.

Contoh lain. Orang pacaran. Yang lagi pacaran tuh seringkali bertengkar. Awalnya sepele, mungkin karna cowoknya menguap terlalu lebar. Yang cewek gak terima, karena paru-parunya mendadak terbakar. Berdebat kusir lah mereka.

Maka masalah menguap, mulai merambat kemana-mana. Bahas mantan lah, belum bisa move on lah, sempak gak pernah dicuci. Ngupil pake kaki. Masalah sepele tadi mendadak jadi sebesar stadion Maracana. Maka beruntunglah lo yang jomblo.

Lo itu gak perlu marah kalau lo benar. Buat apa lo marah? Toh lo benar. Hanya membuang energi kalau lo marah-marah untuk suatu masalah dimana lo berada di pihak yang benar.

Tapi, ada yang bilang, kebenaran itu harus dibela. Segitu menderitanyakah si kebenaran sampai harus dibela? Padahal dia adalah kebenaran, gak perlu dibela pun dia sudah benar. Lo ngerti gak gua ngomong apa? gua sih kagak.

Kalau lo salah, lo juga gak berhak marah. Lo itu salah, jadi sadar diri aja. Udah salah, marah-marah pula. Lo mau dibacok?

Orang yang udah salah tapi marah-marah inilah yang bikin gua males. Gak mau menerima kesalahannya. Malah menyalahkan orang lain. Mencari kambing hitam. Mungkin dia dulu adalah siluman kambing yang gagal move on.

Mengutip kata @pidibaiq,
 “cacian gak akan buat lo hina, pujian juga gak akan buat lo mulia.”
Kalau lo dicaci, yaudah woles aja. Kalau emang cacian itu gak tepat, abaikan saja. Pencacinya bakalan capek sendiri kok.

Gua pernah baca di kolom Buddha, ada cerita bijak.

Seorang tuan rumah, ketika ada tamu yang berkunjung ke rumahnya, maka dia akan menyuguhkan makanan dan minuman. Tapi kalau si tamu, gak mau menerima makanan dan minuman itu, maka hidangan tadi akan kembali menjadi milik tuan rumah.
Begitu juga dengan hinaan. Kalau yang dihina tidak menerima atau membalas hinaan tersebut, maka hinaan itu akan kembali kepada yang menghina.

Daripada marah-marah dan bikin tambah tua, mending kita semua senyum, ketawa. Atau lebih baik lagi kalau kita berdoa kepada Sang Pencipta, biar lebih tenang.
Dengan begitu, kehidupan lebih asik untuk dijalani. Tanpa diganggu oleh amarah tidak penting.

Sekian artikel dari gua. Gua gak bermaksud menggurui. Hanya ingin menyuarakan pemikiran saja. Maaf kalau ada salah kata atau dianggap menghina. Silakan kritik sepuasnya di kotak komentar. Dadahhh.

56 comments:

  1. tulisan yang menarik, sebagian masyarkat Indonesia belum cukup dewasa untuk bisa menerima keterbatasan dirinya :D

    ReplyDelete
  2. Semoga warga indonesia bisa mengontrol kemarahannya,

    Keren nih quote "Cacian gakkan buat lo hina dan pujian gakkan buat loe mulia"

    ReplyDelete
  3. ada beberapa poin (sedikit) yang saya ga sependapat, tp ya wajar kan? tiap org punya pandangan sendiri hehehe

    btw overall, saya sepakat, kadang rakyat Indonesia (mungkin saya termasuk) tidak bisa mengontrol kemarahan dengan baik. sebenarnya, kemarahan bisa jadi 'alat' kuat untuk perubahan, kalau disalurkan dan disampaikan dengan benar. sepakat tuh, pengabdian mahasiswa bukan dengan orasi atau demo di jalan, (demo kan jalan terakhir kalau aspirasi tidak tercapai), pengabdian ya tunjukkan apa yang kau bisa berikan untuk bangsa.. just give the best, urusan berapa yang balik, hasilnya apa, itu bonus dari Tuhan

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya, kadang demo hanya disponsori oleh nasi bungkus. miris

      Delete
    2. hahahaha bener, sponsornya makan siang :3

      Delete
    3. Dan pernah pas ikutan aksi di DPR tahun kemarin jadi seksi konsumsinya. Padahal pengen yg jadi orator.

      Delete
    4. orator selalu dapat perhatian penuh. untung udah gak ada penembak misterius ya

      Delete
    5. Jadi intinya, orator = selebritis demo

      Delete
  4. trend 2013 kayaknya "marahan" yah :D

    ReplyDelete
  5. jadi inget lagunya project pop nih sob,
    "marah marah marah marah marah itu nggak perlu, udahan marahnya, cepetan dong cepetan...." hehew :3

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya. judul artikel ini emang terinspirasi dari situ

      Delete
  6. gue setuju sama lo, gue juga berfikir seperti ini. kakak kelas yang demo-demo sempat nyerang temennya juga di twitter karena temennya yang juga kakak kelas gue itu ngetweet seperti ini, dan akhirnya dia kicep karena nggak bisa ngeladenin. hahaha..

    ReplyDelete
  7. Anarkisme itu keniscayaan, bahkan dibutuhkan, bagian dari sejarah Indonesia dan dunia. Tapi harus jelas tujuannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. oke gua terima kalau bagian dari sejarah. tapi jangan dibawa ke masa sekarang dong. apa iya kalau sekarang anarkis terus merusak fasilitas umum bakal jadi sejarah juga. sejarah buruk sih iya

      Delete
  8. Gue setuju sama elo yang mengenai demonstran itu. Jaman sekarang udah berubah, sekarang kita udah merdeka. Coba deh lihat disekitar, orang pinter dan calon orang sukses. Mana ada sih yang pengin meluangkan dirinya untuk orasi kayak begituan. Harusnya tuh berusaha keras, dan menujukkan kalau mereka bisa lebih baik dari yang mereka maksud itu. Bukan sekedar keluhan aja. Tapi, kalau bisa gantikan mereka dan buktikan..... Menurut gue pribadi, gitu aja sih. Hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener. seakan kerjaan mahasiswa itu cuma demonstrasi doang.

      Delete
    2. sebagian besar kan pengen menunjukkan eksistensinya brader. maklum, di rumah kurang dapet perhatian :)

      Delete
  9. wah keren kak! orang yang belom sadar harus baca nih biar sadar hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. belum sadar?
      masih pingsan mungkin mereka. haha

      Delete
  10. Ya namanya juga orang indonesia, susah buat diaturnya..
    itu kembali ke pribadi masing-masing sih buat ngerubahnya

    ReplyDelete
  11. Setuju sama pendapatnya.. Untuk berubah memang harus dimulai dari hal yang kecil dan dari diri sendiri..

    ReplyDelete
    Replies
    1. kadang untuk berubah, juga butuh jam tangan power rangers. haha

      Delete
  12. jangan marah-marah... nanti lama-lama... #nyanyi #Lupakan
    kalau saya mah selow aja, masuk telinga kanan keluar telinga kanan! :v

    ReplyDelete
  13. jangan marah - marah Ibu Negara.. mungkin lagi PMS #eh :)))

    ReplyDelete
  14. "Kalau yang dihina tidak menerima atau membalas hinaan tersebut, maka hinaan itu akan kembali pada yang menghina." Sip!

    ReplyDelete
  15. :D hahahahahahahahahahahahahahahahahaha..
    *ketawa aja terus..* :D

    ReplyDelete
  16. abis baca tulisan diatas saya cuma fokus sama yg miss world..

    kalo masalah miss world setau ane dalam islam emang gak boleh sih..

    :)

    ReplyDelete
  17. kunjungan pagi sambil minum kopi...
    slm kenal....

    ReplyDelete
  18. keren banget nih bro, kalau dihina diem aja yak? ntar hinaan itu balik jadi milik si penghina *cool* B)

    ReplyDelete
  19. Ibu negara marah2 karna bapaknya mau abis jabatan. Hahaha aku ngakak baca postingannya kak =)) Bagus kak! Lucu! =))

    ReplyDelete
  20. Asik, sedap nih tulisannya. Kalo semua orang yang pada ribut debat itu nyadar mampu koreksi diri, demokrasi bisa berjalan bisa sesuai dengan harapan brader.

    ReplyDelete
    Replies
    1. kita masih labil demokrasi bro. kebebasannya jadi gak bertanggung jawab

      Delete
    2. sebagian brader emang labil brader. tapi sebagian lebih labil lagi. hahaha

      Delete
  21. dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.

    nice post bray.

    ReplyDelete
  22. Punya blog jg y? Bole juga tulisanmu..

    ReplyDelete
  23. Kalo semua bisa jaga emosi, pasti indonesia bisa balik tenang dan damai lagi

    ReplyDelete
  24. Bagus man,“inilah zaman dimana kesalahan orang lain slalu d cari namun kesalahan sendiri tdak d perbaiki

    ReplyDelete
  25. like sma kata-kata yg bhwa miskin adlh mereka yg memperthankn hidup mewahnya.. :)

    ReplyDelete
  26. setuju sama kutipannya " cacian gak bakalan buat kita hina dan pujian gak bakalan buat kita mulia"

    ReplyDelete

Berkomentarlah sebelum berkomentar itu diharamkan