Indonesia. Negara dengan sejuta keindahan. Bahkan dijuluki Zamrud Khatulistiwa. Betapa istimewanya negara kita ini. Indonesia juga terkenal dengan keragamannya.
Sayangnya, keragaman yang dibanggakan itu, malah
menjadi bumerang. Ya, keragaman itulah yang seringkali memecah belah negara
ini. Perbedaan agama, perbedaan suku, perbedaan strata sosial.
Padahal perbedaan itu penting. Contoh perbedaan
jenis kelamin. Lo gak mungkin kan punya pasangan yang jenis kelaminnya sama.
Kecuali... kecuali lo ada kelainan.
Kebanyakan masyarakat Indonesia juga gampang banget terpancing
emosinya. Tim sepakbola kesayangannya kalah, langsung ribut. Wasit dipukuli,
dilempari pake bom molotov. Itu pertandingan sepakbola atau kerusuhan di Timur
Tengah?
Padahal wasit juga manusia. Lebih baik dia dipeluk.
Siapa tau dia jomblo.
Kalau lagi main ps juga, kadang kalau udah kalah,
gak mau menerima. Stik ps nya malah dibanting. Padahal itu ps dan stiknya bukan
punya dia. Dia lagi main di rental. Keterlaluan banget kan.
Bahkan, yang terbaru. Ibu Negara juga doyan marah-marah di sosial media. Asal komen yang agak nyelekit, langsung dibalas dengan kata-kata pedas. Apakah Ibu Negara juga mengenal cabe-cabean? Oh, mungkin Ibu marah-marah karena Bapak sudah mau habis masa jabatan ya? Sabar ya, Bu. Oh ya, kalau mampir ke blog ini, jangan marah-marah ya Bu. Damai
Bahkan, yang terbaru. Ibu Negara juga doyan marah-marah di sosial media. Asal komen yang agak nyelekit, langsung dibalas dengan kata-kata pedas. Apakah Ibu Negara juga mengenal cabe-cabean? Oh, mungkin Ibu marah-marah karena Bapak sudah mau habis masa jabatan ya? Sabar ya, Bu. Oh ya, kalau mampir ke blog ini, jangan marah-marah ya Bu. Damai
Di twitter juga banyak akun yang khusus untuk
marah-marah. Ini aneh banget ya. Bahkan marah pun ada spesialisasinya. Ngetwit
pake huruf kapital semua. Mungkin capslocknya make kartu Tri. Jadi always on.
Di tingkat pelajar, amarah juga tidak terkendali.
Mereka menyalurkan emosi mereka lewat tawuran, demo anarkis, bakar ban supaya
jalanan macet. Ini demi apa coba? Mending kalau bakar sate, jadi bisa dibagiin
ke pengguna jalan. Lah ini bakar ban, udah bikin macet, nambah polusi. Trus
marah karena ozon menipis. Padahal gara-gara dia juga.
Kadang gua heran dengan mahasiswa sekarang. Terlalu
mendewakan orasi dan demonstrasi. Menerapkan salah satu Tri Dharma Perguruan
Tinggi, pengabdian kepada masyarakat. Mereka kira itu sama dengan turun ke
jalan, terus demonstrasi. Lalu anarkis. Pengabdian macam apa itu.
Para demonstran juga gak mau kalau kehendak mereka
gak dituruti. Egois banget sih. Pantes jomblo.
Ya gua tau, mereka ingin seperti Bung Tomo, ingin
seperti Soekarno. Yang kalau pidato, bisa mengobarkan semangat banyak orang.
Tapi pliss men, jaman udah berubah. Mereka dulu pidato di jalan karena lagi
dijajah.
Okedeh kalau topik orasi lo udah mengancam
kepentingan negara, seperti inflasi 50%, atau Zimbabwe mau nyerang Indonesia.
Kalau cuma masalah Miss World, kenaikan gaji, BBM naik, BBM ada di
Android, gak perlu lah lo demo di
tengah-tengah jalan, trus blokir jalan.
Masalah Miss World? Kenapa harus dilarang.
Mengeksploitasi tubuh? Gak ada tuh. Mereka malah memperkenalkan kebudayaan
Indonesia. Girlband dan Idol grup yang menyajikan paha everywhere, malah
didiamkan.
Kenaikan gaji? Kalau lo kerja sungguh-sungguh, gaji
lo pasti naik. Kan gaji buruh sudah disesuaikan dengan UMP yang berlaku? Masih kurang
juga?
Gua setuju dengan apa yang dikatakan Presiden
Uruguay, Jose Mujica.
“ Menurut saya, miskin bukanlah orang yang kehidupannya tidak layak. Miskin adalah mereka yang bekerja keras, supaya bisa mempertahankan gaya hidup mewah.”
Ya, inilah akar masalahnya. Gaya hidup. Kemarin gua
liat buruh pada demo, eh kendaraannya yang harga puluhan juta. Kurang sejahtera
apa lagi?
BBM naik? Itu emang udah harus naik. Pengeluaran
negara udah membengkak.
Cari tahu dulu faktanya sebelum lo demonstrasi.
Contoh lain. Orang pacaran. Yang lagi pacaran tuh
seringkali bertengkar. Awalnya sepele, mungkin karna cowoknya menguap terlalu
lebar. Yang cewek gak terima, karena paru-parunya mendadak terbakar. Berdebat
kusir lah mereka.
Maka masalah menguap, mulai merambat kemana-mana.
Bahas mantan lah, belum bisa move on lah, sempak gak pernah dicuci. Ngupil pake
kaki. Masalah sepele tadi mendadak jadi sebesar stadion Maracana. Maka
beruntunglah lo yang jomblo.
Lo itu gak perlu marah kalau lo benar. Buat apa lo
marah? Toh lo benar. Hanya membuang energi kalau lo marah-marah untuk suatu
masalah dimana lo berada di pihak yang benar.
Tapi, ada yang bilang, kebenaran itu harus dibela.
Segitu menderitanyakah si kebenaran sampai harus dibela? Padahal dia adalah
kebenaran, gak perlu dibela pun dia sudah benar. Lo ngerti gak gua ngomong apa?
gua sih kagak.
Kalau lo salah, lo juga gak berhak marah. Lo itu
salah, jadi sadar diri aja. Udah salah, marah-marah pula. Lo mau dibacok?
Orang yang udah salah tapi marah-marah inilah yang
bikin gua males. Gak mau menerima kesalahannya. Malah menyalahkan orang lain.
Mencari kambing hitam. Mungkin dia dulu adalah siluman kambing yang gagal move
on.
Mengutip kata @pidibaiq,
“cacian gak akan buat lo hina, pujian juga gak akan buat lo mulia.”
Kalau lo dicaci, yaudah woles aja. Kalau emang
cacian itu gak tepat, abaikan saja. Pencacinya bakalan capek sendiri kok.
Gua pernah baca di kolom Buddha, ada cerita bijak.
Seorang tuan rumah, ketika ada tamu yang berkunjung ke rumahnya, maka dia akan menyuguhkan makanan dan minuman. Tapi kalau si tamu, gak mau menerima makanan dan minuman itu, maka hidangan tadi akan kembali menjadi milik tuan rumah.
Begitu juga dengan hinaan. Kalau yang dihina tidak menerima atau membalas hinaan tersebut, maka hinaan itu akan kembali kepada yang menghina.
Daripada marah-marah dan bikin tambah tua, mending
kita semua senyum, ketawa. Atau lebih baik lagi kalau kita berdoa kepada Sang
Pencipta, biar lebih tenang.
Dengan begitu, kehidupan lebih asik untuk dijalani.
Tanpa diganggu oleh amarah tidak penting.
Sekian artikel dari gua. Gua gak bermaksud
menggurui. Hanya ingin menyuarakan pemikiran saja. Maaf kalau ada salah kata
atau dianggap menghina. Silakan kritik sepuasnya di kotak komentar. Dadahhh.
tulisan yang menarik, sebagian masyarkat Indonesia belum cukup dewasa untuk bisa menerima keterbatasan dirinya :D
ReplyDeletesemoga tulisan ini menyadarkan mereka
Deletesy setuju dgn mas naussea... [idem]
DeleteSemoga warga indonesia bisa mengontrol kemarahannya,
ReplyDeleteKeren nih quote "Cacian gakkan buat lo hina dan pujian gakkan buat loe mulia"
iya. stalking aja TL yang punya quote
DeleteNyimak dengan tenang :)
ReplyDeletejangan marah marah ya
Deleteada beberapa poin (sedikit) yang saya ga sependapat, tp ya wajar kan? tiap org punya pandangan sendiri hehehe
ReplyDeletebtw overall, saya sepakat, kadang rakyat Indonesia (mungkin saya termasuk) tidak bisa mengontrol kemarahan dengan baik. sebenarnya, kemarahan bisa jadi 'alat' kuat untuk perubahan, kalau disalurkan dan disampaikan dengan benar. sepakat tuh, pengabdian mahasiswa bukan dengan orasi atau demo di jalan, (demo kan jalan terakhir kalau aspirasi tidak tercapai), pengabdian ya tunjukkan apa yang kau bisa berikan untuk bangsa.. just give the best, urusan berapa yang balik, hasilnya apa, itu bonus dari Tuhan
ya, kadang demo hanya disponsori oleh nasi bungkus. miris
Deletehahahaha bener, sponsornya makan siang :3
DeleteDan pernah pas ikutan aksi di DPR tahun kemarin jadi seksi konsumsinya. Padahal pengen yg jadi orator.
Deleteorator selalu dapat perhatian penuh. untung udah gak ada penembak misterius ya
DeleteJadi intinya, orator = selebritis demo
Deletetrend 2013 kayaknya "marahan" yah :D
ReplyDeletesemoga tidak berlanjut di 2014
Deletejadi inget lagunya project pop nih sob,
ReplyDelete"marah marah marah marah marah itu nggak perlu, udahan marahnya, cepetan dong cepetan...." hehew :3
iya. judul artikel ini emang terinspirasi dari situ
Deletegue setuju sama lo, gue juga berfikir seperti ini. kakak kelas yang demo-demo sempat nyerang temennya juga di twitter karena temennya yang juga kakak kelas gue itu ngetweet seperti ini, dan akhirnya dia kicep karena nggak bisa ngeladenin. hahaha..
ReplyDeletehaha. nyali kok gak ada
DeleteAnarkisme itu keniscayaan, bahkan dibutuhkan, bagian dari sejarah Indonesia dan dunia. Tapi harus jelas tujuannya.
ReplyDeleteoke gua terima kalau bagian dari sejarah. tapi jangan dibawa ke masa sekarang dong. apa iya kalau sekarang anarkis terus merusak fasilitas umum bakal jadi sejarah juga. sejarah buruk sih iya
DeleteGue setuju sama elo yang mengenai demonstran itu. Jaman sekarang udah berubah, sekarang kita udah merdeka. Coba deh lihat disekitar, orang pinter dan calon orang sukses. Mana ada sih yang pengin meluangkan dirinya untuk orasi kayak begituan. Harusnya tuh berusaha keras, dan menujukkan kalau mereka bisa lebih baik dari yang mereka maksud itu. Bukan sekedar keluhan aja. Tapi, kalau bisa gantikan mereka dan buktikan..... Menurut gue pribadi, gitu aja sih. Hehe.
ReplyDeletebener. seakan kerjaan mahasiswa itu cuma demonstrasi doang.
Deletesebagian besar kan pengen menunjukkan eksistensinya brader. maklum, di rumah kurang dapet perhatian :)
Deletewah keren kak! orang yang belom sadar harus baca nih biar sadar hahaha
ReplyDeletebelum sadar?
Deletemasih pingsan mungkin mereka. haha
Ya namanya juga orang indonesia, susah buat diaturnya..
ReplyDeleteitu kembali ke pribadi masing-masing sih buat ngerubahnya
yap. kita mulai dari diri sendiri dulu
DeleteSetuju sama pendapatnya.. Untuk berubah memang harus dimulai dari hal yang kecil dan dari diri sendiri..
ReplyDeletekadang untuk berubah, juga butuh jam tangan power rangers. haha
Deletejangan marah-marah... nanti lama-lama... #nyanyi #Lupakan
ReplyDeletekalau saya mah selow aja, masuk telinga kanan keluar telinga kanan! :v
langsung membal gitu ya. haha
Deletejangan marah - marah Ibu Negara.. mungkin lagi PMS #eh :)))
ReplyDeletehaha. itu mah udah pasti tiap bulan
Delete"Kalau yang dihina tidak menerima atau membalas hinaan tersebut, maka hinaan itu akan kembali pada yang menghina." Sip!
ReplyDeletesilakan diterapkan ya
Delete:D hahahahahahahahahahahahahahahahahaha..
ReplyDelete*ketawa aja terus..* :D
ini ketawa demi apa coba
Deleteabis baca tulisan diatas saya cuma fokus sama yg miss world..
ReplyDeletekalo masalah miss world setau ane dalam islam emang gak boleh sih..
:)
tapi di Arab, ada miss arab juga tuh
Deletekunjungan pagi sambil minum kopi...
ReplyDeleteslm kenal....
salam kenal juga kak
Deletekeren banget nih bro, kalau dihina diem aja yak? ntar hinaan itu balik jadi milik si penghina *cool* B)
ReplyDeletestay cool bro
DeleteIbu negara marah2 karna bapaknya mau abis jabatan. Hahaha aku ngakak baca postingannya kak =)) Bagus kak! Lucu! =))
ReplyDeletemakasih hayu
DeleteAsik, sedap nih tulisannya. Kalo semua orang yang pada ribut debat itu nyadar mampu koreksi diri, demokrasi bisa berjalan bisa sesuai dengan harapan brader.
ReplyDeletekita masih labil demokrasi bro. kebebasannya jadi gak bertanggung jawab
Deletesebagian brader emang labil brader. tapi sebagian lebih labil lagi. hahaha
Deletedan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.
ReplyDeletenice post bray.
Punya blog jg y? Bole juga tulisanmu..
ReplyDeletepunya dong. makasih ya
DeleteKalo semua bisa jaga emosi, pasti indonesia bisa balik tenang dan damai lagi
ReplyDeleteBagus man,“inilah zaman dimana kesalahan orang lain slalu d cari namun kesalahan sendiri tdak d perbaiki
ReplyDeletelike sma kata-kata yg bhwa miskin adlh mereka yg memperthankn hidup mewahnya.. :)
ReplyDeletesetuju sama kutipannya " cacian gak bakalan buat kita hina dan pujian gak bakalan buat kita mulia"
ReplyDelete