Cuaca hari ini sangat terik. Matahari bersinar dengan garang. Di sebuah kerajaan antah berantah, panas juga menyengat. Raja menyeka peluh yang membanjiri keningnya. Meskipun dia telah dikipasi oleh dayang-dayang, tetap saja dia kepanasan.
Namanya adalah Raja Zega. Dia mendapat kerajaan ini ketika
sedang menggosok voucher hp. Setelah dia memasukkan kode rahasia, maka dia mendapat
sms dari “Mama minta-minta” bahwa dia telah memenangkan sebuah kerajaan. Suatu
cara yang aneh untuk mendapatkan kerajaan.
Namun, belakangan ini dia sering merasa gelisah.
Geli geli basah. Karena mengompol.
Sebenarnya dia gelisah karena kedatangan seorang
kakek dua hari yang lalu. Kakek itu mengatakan kepadanya kalau di kerajaan ini
ada sebuah harta karun. Harta yang akan menjadikan penemunya sebagai orang
terkaya di dunia. Kakek itu memberi raja sebuah gulungan petunjuk, tempat harta
karun itu dipendam. Setelah memberikan gulungan itu, sang kakek langsung
menghilang tak berbekas.
Raja Zega kaget bukan kepalang. Setelah mendapat
kerajaan secara cuma-cuma, sekarang dia mendapat petunjuk harta karun. Dia
benar-benar beruntung. Nafsu serakahnya menggelora, aku harus mendapat harta karun ini, batinnya.
“NJUK...... LING.......” Teriakan raja membahana ke
seluruh istana. Dia memanggil dua orang prajurit kepercayannya. “Huh, dimana
sih dua orang ini. Ketika dibutuhkan malah gak ada. Gak dibutuhin, eh wara-wiri
di depan mata.”
Njuk dan Ling adalah dua orang saudara kembar yang
sama sekali tidak mirip. Mereka bagai pinang dibelah duren. Njuk memiliki badan
pendek, namun kekar. Dengan tato “Njuk sayang mama” yang melintang di punggungnya.
Wajahnya lumayan. Lumayan ancur.
Sementara Ling, seorang perempuan yang cantik luar
biasa. Dia adalah mantan model Victoria’s Sakit. Wajahnya dipahat sempurna,
memiliki sepasang mata berwarna Hazel, yang sanggup membuat pria manapun mabuk
kepayang. Sayangnya, Ling adalah seorang Hemaphrodite. Memang tidak ada makhluk
yang sempurna.
Tidak lama kemudian, terdengar derap langkah kaki.
Njuk dan Ling berlari tergopoh-gopoh menghampiri raja. Njuk berlari sambil
sesekali menaikkan celananya yang melorot. Sementara Ling berlari sambil
memegang smartphone. Dia lagi asik
twitteran. Dia ngetwit “Huh raja rese. Gak tau apa gua lagi nonton Putri yang
Dibanting. Ganggu aja.”
Setelah sampai di hadapan raja, mereka segera
bersujud.
“Ampun, Paduka. Ada apa manggil kami sambil teriak.
Kan bisa Ping aja. Sekarang jamannya Burukberry
Messanger,” protes Njuk.
“Iya Paduka. Kita harus mengikuti perkembangan
jaman,” tambah Ling bersemangat.
“Ping pang ping, gundulmu. Kalian kira aku mau
download kayak gituan. Hih. Mending aku download camera 360. Biar makin cakep.”
Jeprett. Raja langsung foto selfie. Mulutnya
dimonyongin, matanya melotot. Persis kayak kuda nil lagi PMS. Dia senyum-senyum
melihat hasil jepretannya.
“Ngomong-ngomong, saya mau memberi tugas baru untuk
kalian, untuk mencari harta karun terpendam di kerajaan ini. Harta karun ini
tidak ternilai harganya. Kalau kalian bisa menemukannya, kalian saya beri
hadiah.”
“Beneran Paduka? Hadiah apa kira-kira.” Mata Njuk
langsung berbinar mendengar kata hadiah. Maklum masa kecilnya kurang bahagia. Setiap ulang tahun tidak
pernah dirayakan.
“Saya akan beri kalian ini.” Raja menjulurkan sebuah
tongkat berwarna hitam. Dengan semacam kotak penyangga di bagian atasnya.
Njuk dan Ling bertatapan. Mereka bingung.
“Kalian gak tau apa ini? Huh, dasar kudet. Ini
namanya tongsis, cinnn. Bisa buat foto-foto. Kayak gini nih.”
Jepret. Raja kembali berfoto dengan tongsis.
Njuk dan Ling muntah. Mereka ingin segera pergi dari
tempat ini.
“Dimana kami harus mencari harta karun itu, Paduka,”
tanya Ling.
Raja melempar sebuah gulungan. Njuk menangkapnya
dengan sigap. Kemudian membukanya lebar-lebar, “Dear diary. Hari ini aku sedih
banget. Aku baru diputusin sama Dina. Dia dilarang pacaran oleh ayahnya.
Katanya status sosial kami berbeda. Aku mau bunuh diri aja, diary.”
“Eehh. Kampret. Itu diaryku. Pake dibaca segala
lagi. Sini kembalikan.” Raja merebut gulungan itu dengan kasar.
Njuk dan Ling tidak bisa menahan tawa. Mereka
tertawa terpingkal-pingkal. Muka sang Raja memerah kayak tomat.
Njuk tertawa paling keras,
“Hahahahahakkkk...kkk.kkk.”
Raja menyumpal mulutnya dengan gulungan yang berisi petunjuk
asli. “Gunakan gulungan itu sebagai petunjuk untuk mendapatkan lokasi harta.
Dan segeralah bawa harta itu kesini. Ingat, jangan buka harta karun itu sebelum
sampai disini. Kalau kalian melanggarnya, kalian akan saya taruh di ruangan
yang penuh dengan bunga Rafflesia Arnoldi,” ancam raja.
Njuk bergidik.
“Baik Paduka. Kami pergi sekarang.” Ling mengangguk
takzim.
“Khamhi undhur dhiri bhaghindha.” Njuk ngomong tidak
jelas karena gulungan petunjuk masih nyangkut di mulutnya.
Raja Zega mengangguk.
Setelah Ling dan Njuk keluar dari pintu, raja
mengambil sebuah gulungan dan menulis, “dear diary.......”
Bersambung ke bagian 2....
Part 2 nya masih dibuat nih. sabar nunggu ya. hehe. jangan lupa kasih kritik dan saran yang membangun untuk cerpen ini. terimakasih :)