Sunday, May 3, 2015

[Cerpen] Masalah Pernikahan


BRAK !

Ryan membanting pintu mobil. Lalu, menderu menuju entah kemana. Sudah beberapa hari ini kami selalu bertengkar karena hal sepele. Padahal, sebentar lagi kami akan melangsungkan pernikahan. Dia juga bertingkah sangat aneh dan kelihatan gugup jika kutanya hendak kemana.

“Sayang. Hari ini, kita ke percetakan ya? Untuk melihat model undangannya.” Ajakku dua hari yang lalu.

“Umm. Kamu bisa pergi sendiri, gak? Aku lagi ada urusan nih. Aku percaya pilihanmu, kok.” Dia memegang tanganku dengan lembut, lalu tersenyum. Maka tak ada gunanya lagi mendebat.

Aku pun pergi ke percetakan dengan rasa kesal. Untunglah aku masih punya akal sehat untuk memilih model undangan yang bagus. Tadinya, aku sempat berpikir untuk memilih model undangan untuk ulang tahun saja.

“Sayang. Kamu bisa gak nemenin aku ke penjahit jam tiga nanti? Mau ngukur badan, nih.”

Ryan bergerak-gerak gelisah. “Jam tiga, ya? Aduh, kayaknya aku gak bisa deh. Aku punya janji dengan klien.”

“Kamu gak bisa melulu. Kamu punya niat menikah gak, sih? Aku capek tau ngurus semuanya sendirian. Yang menikah itu kan kita berdua. Bukan cuma aku sendiri. Kamu selingkuh ya?” emosiku naik ke ubun-ubun.

“Eng-enggak, kok. Sayang, kamu jangan nuduh yang macam-macam dong. Aku beneran ada urusan sama klien. Lain kali aku pasti nemenin kamu, kok.”
“TERSERAH, DEH. Udah, turunin aja aku disini.” Ancamku sambil membuka pintu mobil.

“Tapi, Sayang...”

“Tapi tapi apa? udah deh, cepet turunin aku disini,” jeritku kesal.

“Yaudah, sih. Kamu tinggal turun aja. Kita kan udah sampai daritadi.”

***

Hari ini, aku memutuskan untuk membuntuti Ryan. Kalau dia ketangkap basah sedang berselingkuh, maka akan kucincang habis tubuhnya. Hih. Selingkuhannya juga bakal kutembak pake rudal.

Aku telah membuntuti Ryan sejak dia mengantarku ke kantor tadi. Sudah hampir tiga puluh menit. Aku mulai takut kalau dia memang mau bertemu klien.

Mobil Ryan berhenti di sebuah rumah di pinggiran kota. Rumah ini kecil, mungkin hanya berukuran 10x15 meter. Seorang anak berlari-lari di halaman. Mengejar kucing. Ketika Ryan turun, anak tersebut langsung menghambur ke pelukannya. Seorang bapak-bapak berumur, menyambutnya dengan penuh sukacita. Di balik jendela, seorang gadis mengintip malu-malu.

Mungkinkah?

Mataku terasa panas. Tapi kucoba untuk mencari tahu lebih lanjut. Sebuah plang terpasang di dinding. Tulisannya tidak terlalu jelas. Mungkin pemberitahuan kalau rumah ini akan dijual.

Diam-diam aku memasuki rumah ini. Berjingkat-jingkat bagai pencuri kelas teri. Di dekat pintu masuk, ada sebuah kamar. Pintunya tidak ditutup sepenuhnya. Terdengar suara jeritan dan lenguhan dari dalam sana.

Jantungku berdegup tidak karuan. Kakiku gemetar. Banjir air mata pun tak dapat kubendung lagi.

Teganya dirimu, Ryan.

Kubuka pintu tersebut dengan sekali sentak. Pemandangan di dalam sana mengejutkanku.

“RYAAAANNNNN”

Di dalam sana, Ryan sedang telanjang bulat, dan bapak-bapak tadi memegangi daerah selangkangannya. Apa maksud dari semua ini?

“Nita? Apa yang kamu lakukan disini?” Buru-buru Ryan mengambil handuk untuk menutupi daerah bawahnya.

Aku tak bisa berkata-kata. Tak kusangka kalau selama ini Ryan...

“Sayang. Ini tidak seperti yang kamu duga. Aku bisa jelasin, kok.”

Aku berlari keluar dengan penuh air mata. Semua pengorbanan selama ini. Semua pengeluaran untuk pernikahan ini. Semuanya sia-sia. Sialan kau, Ryan.

Ryan mencengkeram lenganku di teras. “Nita ! Kamu dengerin aku dulu.”

“Apalagi yang perlu dijelaskan, hah? Kamu masih kurang puas menyakiti aku?”

“Ini tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku normal. Seratus persen lelaki tulen.”

“Pemandangan di dalam sana berkata sebaliknya, Ryan.”

Ryan bergerak-gerak gelisah. “Aku akan mengaku sesuatu. Tapi kamu jangan marah.”
Aku cuma diam mematung.

“Oke. Hmm. Jadi, sebenarnya tempat ini adalah... uh, bagaimana menjelaskannya ya.”

“JANGAN BERTELE-TELE, RYAN!”

“Oke..oke.. Sebenarnya tempat ini adalah...umm... Tempat ini adalah tempat untuk... janji jangan marah atau tertawa... Tempat ini adalah tempat untuk... Membesarkan alat vital.”

Butuh waktu bagiku untuk mencerna perkataannya. “J-jadi..”

“Ya, sebenarnya aku sedang membesarkan alat vital. Aku ingin menjadi lelaki yang bisa memberi kepuasan untukmu di ranjang.” Ryan menggaruk-garuk kepalanya yang kuyakin tidak gatal.

Aku mengintip dari sela-sela handuk. Lalu mengerling nakal.

Well. Sepertinya kita harus mencobanya nanti malam, Sayang.”


-Tamat-

Nah, bagaimana menurut kalian cerpen satu ini? Kuharap twistnya terasa. Soalnya aku mulai merasa bodoh sekali dalam membuat cerpen akhir-akhir ini. Ada yang pernah melakukan hal ini? Yuk cerita di kolom komentar. Kritik dan saran sangat ditunggu.

Oh ya, jangan lupa juga share cerpen ini di media sosial kamu. Tombol share ada di kiri bawah postingan.

Sekian untuk hari ini.

Salam Asal.


31 comments:

  1. Mz, tolong twist nya diperparah lain kali. Makasih

    -sijal

    ReplyDelete
  2. Agak absurd. eh, gimana ? :)
    Jika ada waktu, silahkan berkunjung ke strainsofharmony.blogspot.com
    Terima kasih :)

    ReplyDelete
  3. twist nya kerasa banget absurnya -_____-
    jadi........ dia ada di tempat pembesar alat vital......
    sungguh tak tertebak. coba ceritanya dilanjutin, udah masuk kategori cerita dewasa nanti :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. dan kalau udah masuk kategori itu, google langsung nge banned gua. haha

      Delete
  4. Keren mas cerpennya, meski agak bingung di percakapannya

    ReplyDelete
  5. Haha. Hahahaha. Habis ngapain, Kak? Sampe dapet ide buat cerpen ini? :)))
    Twistnya lumayan. Ayo bikin lagi cerpennya. Yang ini aja, dibikin part 2. :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. abis liatin iklan pembesar anu.
      duh, ini aja udah bingung bikin endingnya. gimana mau disambung lagi? haha

      Delete
  6. Kenapa ujungnya malah ke mak erot . .??
    Sumpah absurd abis bang . . kasian yang namanya Ryan ikut tercemar . hahhaaa

    ReplyDelete
  7. Kok cobaknya nantik malem sih? Tunggu ijab qabul dulu doooongs! -_- *pembaca protes*

    ReplyDelete
    Replies
    1. noh sana ngomong sama hape. bilang ke bang febri

      Delete
    2. Wkwkwk.. Ku kan masih kesegel dengan rapi :P

      Delete
  8. Kebelet kawin lo, man hahaha. Atau beneran udah kawin ? o_0

    ReplyDelete
  9. waduh saya pikir ryan gak normal ternyata lagi ada di tempat pembesar anu ya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya. padahal cukup make kaca pembesar aja ya kan mbak

      Delete
  10. Haha. Keren bang. Sumpah, gue kira si Ryan lelaki gay.
    Story nya keren abis.
    Kalo boleh, mampir di blog gue dong http://vebrisatriadi.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya. sama. gua kira juga. jangan jangan kita...

      sip pasti mampir kok

      Delete
  11. Aku udah bisa nebak akhirnya mulai dari bagian yang ada bapak-bapak itu loh, bang. Twist-nya udah lumayan sih, cuma mungkin saran untuk kedepannya, delivery- nya lebih dimainin lagi, supaya aku bener-bener gak bisa nebak endingnya gimana. Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. errr. delivery itu apa ya mbak? semacam layanan pesan antar gitu? gak paham isitilah ginian :(

      Delete
  12. TAE. ARMAN. WAKAKAKA. Gue kira apaan. Taunya gedein si Ujang. XD

    Keren-keren. Dapet banget twist-nya. :)

    ReplyDelete
  13. bener-bener keren, twistnya terasa banget.

    ReplyDelete
  14. Aki kira ryan baru akan disunat. :v soalnya pernah nonton sinetron yang batal kawin gegara belom disunat. Dan itu apa maksudnya mau nyoba woii... nikahannya aja belooommm... Kalo cerpen mah gak harus ngetwist, Man. Yang penting alurnya enak dan ada kejutannya. Ini udha memenuhi malah.

    [Haw, penikmat sinetron]

    ReplyDelete
    Replies
    1. buset. segede gitu disunat. alot dong. haha
      tapi, menurut pengamatan gua sih, pembaca akan lebih inget dengan ending. dan ending yang twist akan membekas. hehe.

      Delete
  15. wduh bahaya nih......kalo sudah di coba belum waktunya. cerpen oh cerpen. :)

    ReplyDelete
  16. wah bisa bahaya kalo batal nikah gara2 siudin kurang besar hahaha

    yaa cukup lah twistnya

    ReplyDelete

Berkomentarlah sebelum berkomentar itu diharamkan