Monday, September 29, 2014

Akan Tiba Saatnya

sumber

Akan tiba saatnya, kamu memanggil wanita yang selama ini menyusuimu dengan panggilan “Mama” dan memanggil pria yang selama ini hanya menggendongmu dengan raut wajah keras, tapi memiliki tatapan teduh, dengan panggilan “Papa”

Akan tiba saatnya, kamu belajar untuk berjalan, meski sering terjatuh. Tapi kamu tahu kedua orangtuamu siap menjagamu, siap menopang setiap langkah kecilmu.

Akan tiba saatnya, kamu mulai bersekolah, dan memperhatikan kerutan semakin bertambah di wajah orangtuamu.  Putih mulai mewarnai rambut legam mereka. Mereka sibuk memikirkan biaya pendidikanmu, kebutuhanmu, dan keinginanmu.

Akan tiba saatnya, kamu merasa orangtuamu tidak lagi menyayangimu. Mereka hanya memberikan materi, tanpa kasih sayang. Padahal mereka sedang menyayangimu sepenuhnya.

Akan tiba saatnya, kamu mulai memberontak terhadap mereka. Mengabaikan nasihat mereka. Membiarkan mereka cemas berjam-jam karena menanti kabar darimu.

Akan tiba saatnya, kamu lebih suka berkumpul dengan teman-temanmu, memperluas pergaulanmu, dan waktumu untuk berkumpul dengan orangtuamu berkurang drastis.

Akan tiba saatnya, kamu jatuh cinta dengan orang yang menarik di matamu. Lalu kamu bersedia melakukan hal-hal konyol agar dia terkesan. Dan orangtuamu diam-diam membicarakan tingkahmu di dalam kamar, sambil mengulum senyum.

Akan tiba saatnya, kamu mengalami patah hati. Kecewa dengan dia yang kamu anggap terbaik, ternyata rela mencampakkanmu. Lalu orangtuamu, dengan penuh kasih akan menyemangati buah hatinya, Kamu.

Akan tiba saatnya, kamu meninggalkan mereka untuk sementara. Entah karena sekolah atau bekerja di kota lain. Dan orangtuamu hanya bisa bersujud kepada Yang Kuasa, berdoa agar engkau baik-baik saja disana. Sementara mereka sendiri dirajam rindu.

Akan tiba saatnya, kamu menikah. Lalu mempunyai anak-anak yang lucu. Menyaksikan anakmu tumbuh dan berkembang, seperti dirimu ketika kecil. Dan orangtuamu pun dengan siap siaga bersedia menjaga cucu-cucunya kalau kamu sedang sibuk. Setidaknya, mereka bisa mengisi waktu tua mereka dengan kegiatan.

Akan tiba saatnya, mereka mulai jatuh sakit, tapi tetap merasa kuat. Kamu pun akan berusaha sekuat tenaga, mengupayakan apa saja demi kesembuhan mereka.

Akan tiba saatnya, semua posisi dibalik. Sekarang kamulah yang menyuapi mereka. Kamulah yang menjaga mereka ketika berjalan. Kamulah yang membersihkan kotoran mereka. Lakukanlah segalanya dengan senang hati.

Akan tiba saatnya, mereka yang kamu cintai akan direnggut darimu. Ketika mereka akhirnya kembali ke hadapan Sang Khalik. Kamu akan menyadari bahwa tidak ada yang abadi dunia ini.

Akan tiba saatnya, kamu hanya menatap pusara mereka. Berbagi ceritamu, sambil mengenang masa-masa kecilmu. Lalu, satu dua tetes air mata menyeruak keluar tanpa bisa dibendung. Kamu menangis. Menangis karena merasa belum bisa membahagiakan mereka. Padahal melihatmu bertumbuh dan menjadi anak yang luar biasa adalah kebahagiaan tiada tara bagi mereka.

Dan akan tiba saatnya. Ketika kamu juga dipanggil oleh Dia. Ketika kamu juga dimasukkan ke tanah. Karena dari debu tanahlah kamu diciptakan. Dan dari debu tanahlah juga kamu akan kembali. Semoga ketika itu terjadi, tidak ada rasa penyesalan di hatimu.

Semua ada masanya. Jangan sampai merasa menyesal karena telah melewatkan masa-masa terbaik di dalam hidupmu. Lakukan yang terbaik di dalam kehidupanmu, dan di atas semuanya, lakukanlah yang terbaik untuk kedua orangtuamu.

Ciumlah mereka sekarang, sebelum kamu cuma bisa mencium batu nisan mereka.

Peluklah mereka sekarang, sebelum kamu cuma bisa memeluk gundukan tanah merah yang menaungi tubuh mereka. Kasih orangtua tetap sepanjang masa



Kalau kamu menganggap artikel ini bermanfaat, silakan bagikan agar yang lain tau. Atau kamu punya cerita tentang orangtuamu? Silakan berbagi di kotak komentar ya. 


Salam Asal
Lanjut Baca Terus >>>

Tuesday, September 16, 2014

Mengenang Umur Belasan





Bulan Agustus kemarin, umur gua genap dua puluh tahun. Gua mulai menyadari kalau gua udah makin tua aja. 20 tahun yang gua jalani di dunia ini bener-bener gak kerasa. Kayaknya baru kemarin deh gua masih menyusu sama Mak gua.

Kuliah gua juga tinggal beberapa semester lagi. Which means, bentar lagi gua bakalan skripsi. Nulis kata skripsi aja udah bikin asam lambung naik bergulung-gulung kayak gelombang tsunami. Mengerikan. Ternyata gini banget ya efek skripsi.

Bulan Agustus kemarin gua juga resmi menanggalkan gelar “Umur Belasan” dan beralih ke “Umur Puluhan”. Rada sedih juga sih.

Menurut gua, umur belasan adalah masa yang amat menyenangkan. Masa dimana kita masih sibuk mencari jati diri, mencari pacar, ada juga yang masih mencari orientasi seksualnya apa. Pokoknya ini adalah masa dimana gua belum terlalu memikirkan masalah kehidupan. Dan masa ini pun berlalu dengan sangat cepat.

Di umur yang udah segini, gua pengen mengenang masa-masa remaja gua. Masa berumur belasan. Apa-apa aja yang udah gua lakuin selama berumur belasan. Semoga ini bisa menjadi semacam panduan bagi yang sekarang berumur belasan juga.
Yuk disimak...

1. Pubertas

Gua memasuki umur pubertas ketika kelas 1 SMP. Sekitar umur 13 belas lah. Ketika itu gua baru aja disunat. Dan gua dengan bangganya memamerkan titit gua ke tetangga. Berharap mereka akan menjadikan titit gua sebagai berhala.

 “Puja titit ajaib...” teriak mereka sambil sujud menyembah titit gua. Keren abis.


Ketika pubertas suara mulai berubah menjadi lebih besar. Lebih ngebass. Bulu-bulu halus juga udah mulai tumbuh. Baik di tempat yang terlihat maupun yang tersembunyi.
Yang kurang gua suka dari pubertas adalah, bau badan gua bertambah sejuta kali lipat. Udah kayak bangkai dinosaurus. Ini juga untuk pertama kalinya gua memakai deodoran. Jerawat gua juga bertumbuh ketika pubertas. Sial.

Oh ya, ketika pubertas, akhirnya gua merasakan yang namanya mimpi basah. Serrr.

2. Jatuh Cinta

Gua juga mulai merasakan yang namanya cinta. Diam-diam mengamati cewek pujaan gua. Sayangnya gua terlalu pengecut untuk sekedar mengungkapkannya. Gua cuma bisa diem kayak Malin Kundang yang dikutuk, kalau cewek yang gua suka lewat di depan gua.

Jatuh cinta itu menyenangkan. Beneran. Melihat dia tersenyum aja rasanya udah seneng banget. Meskipun gua tau, senyum itu bukan buat gua  :’)

Sebenarnya ketika SMP, ada cewek yang suka sama gua juga. Bahkan dia sampe nulis surat cinta untuk gua. Tapi, mata gua telah buta, ditutupi oleh gemerlap cewek yang gua suka. Sehingga tidak menyadari kalau ada yang lebih tulus sayang sama gua. Gua emang bego :’)

3. Mulai Memberontak

Karena sudah mulai puber, rasa egois mulai tinggi. Gua mulai kurang suka terlalu diatur atau terlalu diawasi oleh orangtua. Gua beranggapan kalau gua udah gede, udah bisa jaga diri sendiri, udah sepatutnya diberi kepercayaan.

Tak jarang, gua berselisih paham dengan orangtua. Bahkan gua bisa mogok bicara kepada mereka. Kadang juga gua suka menganggap kalau sebenarnya gua itu bukanlah anak mereka. Karena gua terlalu sering dibandingkan dengan anak tetangga. Mungkinkah gua adalah anak tetangga? Kebetulan tetangga gua punya gajah. Jangan-jangan gua adalah anak Dewa Ganesha.

Tapi sekarang, gua menyadari kalau mereka sudah lebih dahulu merasakan asam manis perjalanan hidup. Pengalaman hidup mereka lebih banyak dari gua. Kesalahan di masa muda mereka juga pasti udah menggunung. Mereka cuma tidak mau hal yang sama terjadi untuk gua. I love them.

4. Diospek

Gua pertama kali merasakan yang namanya ospek ketika umur 16 tahun. Ketika masuk SMA. Pas SMP namanya MOS. Ketika MOS, para senior tidak ikut campur. Gurulah yang memberi pembekalan kepada kami.

Ketika SMA, yang ngospek emang bukan senior, tapi menwa, resimen mahasiswa. Serem. Gua masih SMA, tapi yang ngospek udah mahasiswa. Kurang greget apalagi.
Ketika masuk kuliah, barulah gua merasakan gimana capek dan malunya diospek. Mulai dari perlengkapan yang aneh-aneh, ditambah kegiatannya, yang meskipun edukatif dan memperat kekeluargaan, tetep aja gak asik. Dibentak-bentak, dikerjain habis-habisan. Banyaklah.

Tapi semua itu tetap akan menjadi kenangan yang indah bagi gua.


5. Ingin tahu

Rasa ingin tahu adalah cara untuk dapat menikmati pendidikan. Ketika mempelajari sesuatu timbul dari keingintahuan kita sendiri, kita akan lebih semangat mempelajarinya.

Gua juga begitu. Gua mencoba ngeblog di usia belasan, gua juga belajar main gitar, belajar menggambar, gua juga belajar cara menikung pacar orang.

Gua juga suka menjadikan diri gua sebagai bahan eksperimen. Seperti mengubah-ngubah bentuk rambut, meskipun aneh, tapi gua lebih suka menggila di masa muda, daripada penasaran ketika masa tua.

Cuma gua membatasi diri untuk tidak ingin tahu rasanya merokok, rasanya make narkoba, atau gimana rasanya menghamili anak orang.

6. Hidup Berkelompok

Ketika SMP atau SMA, gua kurang bisa bergaul dengan semua kalangan. Gua cuma punya beberapa teman. Nah itulah yang menjadi kelompok gua nanti. Temen untuk menggila bareng, ngerjain tugas dan lain-lain.

Gua gak menyarankan lo untuk melakukan hal ini. Karena sekarang gua rada nyesal. Lebih baik perluas lingkup pertemananan lo sejak dini. Karena banyak pengetahuan baru, atau cara memandang hidup dari sudut pandang lain, yang bakal lo dapat.

Dari sini gua juga belajar, kalau pertemanan itu tidak ada yang abadi. Teman datang dan pergi. Cuma beberapa orang yang bener-bener meninggalkan kesan mendalam.

7. Belajar Arti Hidup

Di akhir umur belasan, dan memasuki umur dua puluh, gua sering bertanya-tanya. “Buat apasih gua ada di dunia ini? Cuma menuhin kuota manusia, atau ada hal khusus sehingga gua diizinkan lahir di dunia ini?”

Pikiran-pikiran semacam ini sering menghantui gua. Gua juga khawatir dengan masa depan gua. Melihat temen-temen yang jago, udah bisa meraih beberapa hal, terus terang menjadikan gua iri. Gua pengen kayak mereka.

Yah, sekedar pengen pasti gak ada hasilnya. Gua akan terus berusaha supaya kehadiran gua di dunia ini gak sia-sia.

Gua juga sering dihadapkan dengan beberapa pilihan dilematis. Akhirnya gua belajar kalau hidup itu bukan hanya masalah pilihan. Hidup adalah gimana lo menjalankan pilihan lo dan bersiap menerima segala konsekuensinya.

8. Ingin Menyerah dan bermalas-malasan saja

Umur belasan masih bisa dikategorikan labil. Terlalu gampang diombang-ambingkan oleh masalah. Kadang gua ingin menyerah saja. Gua merasa beban yang diberi ke gua terlalu berat.

Gua juga kadang pengennya males-malesan aja. Gak mau ngerjain pekerjaan rumah, gak mau ngeblog, gak mau mencuci baju yang udah menggunung, dan banyak gak mau lainnya.

Gua juga pernah males banget ke sekolah. Bawaannya pengen cabut mulu. Gua merasa sekolah itu gak ada gunanya. Apalagi pelajaran kayak Matematika, Fisika dan Kimia. Wah otak gua bakalan jadi serpihan atom.

Tapi, gua sadar, bermalas-malasan tidak akan membawa gua kemana-mana. Gua hanya jalan di tempat, bahkan mundur teratur. Gua pernah baca, kalau sebenarnya manusia itu lebih bahagia kalau mereka sibuk, tapi kebanyakan orang memilih untuk bermalas-malasan.

Gua gak mau lagi jadi manusia kayak gitu.

Gua pasti akan terus berkembang dan beradaptasi dengan semua masalah. Dan pada akhirnya masalah itu hanyalah suplemen supaya gua tambah kuat.

Nah itulah hal-hal yang gua alamin ketika gua berumur belasan. Banyak yang aneh, dan banyak juga yang lebih aneh. Gua harap lo enggak mencontoh yang buruk, dan mengambil sisi positifnya aja.

Kalau lo punya pengalaman lain di umur belasan, boleh dishare di kotak komentar loh. Atau malah sekarang lo lagi berumur belasan? Yuk ceritakan pengalaman lo.
Selamat menikmati umur belasan.


Salam Asal
Lanjut Baca Terus >>>

Sunday, September 7, 2014

[Cerpen] Makan Siang



Aku menangkap lirikan mata cewek itu ketika sedang memilih-milih novel detektif. Dia mencuri-curi pandang. Ketika aku balas menatapnya, dia mengalihkan pandangannya ke tumpukan buku.

Mata itu terus berputar di ingatanku. Sepertinya aku pernah melihatnya. Atau malah mengenalnya?

Cewek itu berada di depan rak novel detektif. Walaupun aku juga mencari novel, mataku tetap awas akan kehadirannya. Mataku lebih canggih dari radar manapun kalau urusan melacak cewek.

Wahh. Novel Sherlock Holmes yang baru. Keren nih. Sesaat perhatianku tertuju pada novel di hadapanku.

“Suka novel detektif juga ya?” Sebuah suara merdu menyentuh gendang telingaku.
Aku mendongak lalu menatap matanya. Lalu menatap ke sekeliling.

“Kamu bicara samaku?” Aku menunjuk diri sendiri.

Cewek di hadapanku ini cantik. Oke, cantik banget. Dengan rambut diikat gaya ekor kuda, senyum yang menyenangkan, ditambah penampilannya yang  agak tomboi. Dia bahkan bicara sambil mengunyah permen karet. Tingkat kecantikannya nambah 50%.

“Yaiyalah. Emang ada siapa lagi di depanku?”

Iya juga sih. Aku menggaruk kepalaku. Lalu tertawa gugup. Aku berpura-pura membaca bagian belakang novel.

“Eh kamu belum jawab pertanyaanku tadi. Suka novel detektif juga ya?”
“Iya. Suka banget sama novel detektif. Kamu juga?”
Dia mengangguk. “Kayaknya aku pernah melihatmu deh. Dimana ya?”

Nah apa kubilang. Aku pernah melihat cewek ini di suatu tempat.

“Mungkin di dalam mimpimu. Aku sebagai jodohmu. Hahaha.”

Keheningan tiba-tiba menyeruak. Dia menatapku tanpa ekspresi. Tawaku lenyap ditelan udara. Bahkan pengunjung lainnya membeku di tempat dan ikut menatapku. Rasanya seperti tenggorokanku kemasukan kecoa.

“Hahahahaha. Kamu lucu juga.” Tiba-tiba dia tertawa lepas.
“Ha...ha...ha..” Aku tertawa canggung.

Entah siapa yang aneh di antara kami.

“Kenalin. Fina.” Dia memperkenalkan diri di sela-sela tawanya. Gingsulnya menyembul seakan ingin berkenalan juga.
“Deri.” Aku menyambut tangannya.
“Emm. Mau ngobrol tentang detektif sambil makan siang gak?”

Tawaran dari cewek semanis ini rasanya sulit ditolak. Tapi, sebagai cowok, aku harus tetap melibatkan logika. Aku punya uang 300 ribu rupiah di kantung. Sisa belanja bulanan. Makan di mall biasanya 50 ribuan. Dan tentu saja aku harus membayar cewek ini. Hmmm. Mungkin kalau aku bisa memanfaatkan temen kosku sebagai lahan makanan, aku bisa bertahan hidup.

Kalkulasi selesai. “Boleh deh.”

Kami berdua pun berjalan menuju restoran sambil ngobrol santai. Dia ternyata sangat enak diajak ngobrol. Dia bisa tertawa oleh jokes garing yang kukatakan.

Sesampainya di restoran, mataku melotot ketika melihat daftar menu karena harganya lebih mahal dari perkiraanku. Bisa jebol nih dompetku.

Tapi, ucapan Fina menenangkanku.

“Emm. Aku lagi diet nih. Jadi aku mesan jus aja deh ya. Aku jarang makan berat kalau siang.”
Tanpa sadar, aku menghembuskan nafas lega.

“Kecuali kalau disini ada steak. Aku sudah lama tidak makan steak.”
Aku melihat daftar menu. Tak ada menu steak disana. Aku hendak menggeleng ketika....

“Oh. Kami mempunyai menu steak, Mbak. Hanya saja belum tertulis di menu. Karena ini baru saja digagas.” Pelayannya langsung menyambar dengan senyum yang dibuat-buat.
Aku menatap pelayan tersebut sambil menaikkan satu alis. Pelayan ini emang minta ditabok.

“Pesan steak sapi satu, jus..?”
“Jus jeruk aja.” Jawabnya
“Oke. Steak sapi satu. Jus jeruk satu. Aku.... aku nasi goreng aja pake air putih.”
“Oke mas. Ada pesanan lain?”
“Kentang goreng satu porsi deh, Mas. Makasih.” Fina memesan lagi. Tanpa malu-malu.

Aku terhenyak. Ini cewek katanya mau diet. Tapi mesen makanan banyak amat. Aku juga pengen mesan jus dan kentang goreng. Tapi, dompetku tidak bersahabat. Aku mendadak iri dengan makanannya.

“Kamu mesan nasi goreng siang-siang begini? Aku pernah baca di tabloid, katanya gak sehat kalau makan makanan yang digoreng pada siang hari. Nanti kamu tidak semangat menjalani hari.”

Aku tersenyum masam. “Aku sudah terbiasa dengan gorengan kok. Dan juga air putih. Lebih sehat.” Emang  kentang itu digoreng pake apa? pake solar? Aku ngedumel dalam hati.

Dia hanya mengangkat bahu. Lalu kami bercerita panjang lebar. Mulai dari novel detektif, Conan Doyle, orang botak yang duduk di depan kami. Kami berdua cukup nyambung, dan memiliki beberapa kegemaran yang sama. Seperti sama-sama gemar bernapas. Aku lewat hidung, dia lewat bokong.

Untuk sejenak, aku bisa melupakan masalah tagihan makanan.

Makanan kami pun datang. Dia makan dengan lahap, sedangkan aku hanya menyuap pelan. Nasi goreng yang kering ini terasa menyiksa tenggorokanku. Jus jeruknya terlihat sangat menggoda. Dengan es batu yang bergemerincing, setiap dia menggerakkan sedotan. Air liurku menetes-netes melihat dia makan dengan lahap.
Kutatap minumanku. Air putih. Biasa. Tanpa es. Tanpa warna. Menyedihkan.

“Sepertinya kamu biasa makan siang dengan menu yang banyak ya. Seharusnya kamu mencontoh aku. Aku hanya makan satu jenis makanan saja. Aku bisa mengajarimu untuk diet,” cerocosnya.

Kayaknya cewek ini gegar otak deh. Kapan aku makan banyak? Ini banyak dari mana? Nasinya doang yang banyak. Baru kali ini aku melihat orang diet tapi makan steak dan kentang goreng.

“Aku memang hanya makan satu macam,” kataku datar, sambil menusuk telur dadar.
“Ya. Aku juga hanya makan satu macam. Kau tahu, cewek itu memang suka diet. Untuk mempertahankan bentuk tubuhnya di depan orang yang dia sukai. Tidak ada cewek yang ingin terlihat jelek, bukan?”

Aku hanya mengangguk-angguk. Hasrat bercerita sudah menguap. Aku ingin menguji cewek ini.
“Kamu masih lapar?”

“Ah tidak.” Dia mendorong piring kosong ke depan. “Aku udah bilang tadi kan. Aku lagi diet. Aku hanya makan satu macam ketika makan siang. Kecuali disini ada sushi. Aku kangen makan sushi.”

Nah benar dugaanku. Perut cewek ini dari karet. Kayaknya dia pas kecil suka ngemil ban dalam. Aku bahkan hanya makan sushi sekali setahun. Dan itu adalah pemberian tetanggaku yang kebetulan keturunan Jepang. Kelihatannya aku akan makan kerupuk sampai akhir bulan.

Aku melambai ke arah pelayan. Aku sudah tidak kuat mas. Tolong aku...tolong.. singkirkan makhluk-halus-pemakan-apa-saja-yang-katanya-diet ini dari hadapanku
Sayangnya bukan itu yang terucap.

“Mas. Disini ada sushi?”

Aku sangat berharap dia akan menggelengkan kepalanya. Tapi senyum lebarnya memupus harapanku.

“Ada, Mas. Itu juga menu baru yang belum sempat ditampilkan di buku menu. Kami impor langsung dari Jepang.”

Kampret. Ini restoran apaan sih. Yang tidak tercantum di buku menu tiba-tiba muncul secara mendadak. Aku ingin menggodanya sebentar.

“Mas. Disini ada jodoh juga gak?”
“Maaf, Mas. Ini restoran, bukan biro jodoh,” katanya datar. Dia menatapku seakan aku ini makhluk menyedihkan. “Jones ya, Mas?”

Aku pengen jadiin dia sushi saat itu juga.

Sambil menahan kesal, aku memesan seporsi sushi.
“Kamu gak mesen juga?”
“Enggak. Aku gak biasa makan sushi,” elakku.

“Iyasih. Memang ada beberapa orang yang lidahnya gak sesuai. Mungkin juga selera makanmu hilang karena makan yang terlalu berminyak.”

Hooh. Aku lebih berselera terhadap kerupuk pake kecap.

Kami menunggu sushi dihidangkan. Kepanikan menyergapku. Bukan soal apakah aku bisa bertahan hidup sampai akhir bulan, tapi apakah aku sanggup membayar semua tagihan ini. Sangat memalukan jika aku meminjam uang darinya.

Apa aku lebih baik pura-pura ke toilet, terus kabur? Tapi apakah cewek ini juga punya uang untuk membayar tagihan? Satu-satunya cara adalah meninggalkan KTP ku disini. Dan berjanji menebusnya lain waktu. Duh, Gusti. Cobaan jenis apa ini.

Sushi datang. Tampak lezat. Dengan aromanya yang mengundang selera. Menggelitik hidungku. Fina menyantapnya dengan lahap. Dalam hitungan menit, sushi itu menguap. Sedangkan nasi gorengku masih tersisa setengah. Aku meneguk air putih untuk menghilangkan godaan.

Aku sudah tidak bersemangat untuk melanjutkan makan.
“Mau pesan eskrim?” tawarku.
“Hmm. Boleh.”

Aku udah gak peduli lagi. Persetan. Aku bisa minjam uang temenku nanti. Aku memesan dua gelas eskrim cokelat.

“Aku pernah baca di suatu majalah.” Katanya sambil menikmati eskrim. “Kalau kita mencoba makanan yang rasanya berbeda-beda, kita selalu ingin tambah lagi.”
Alisku naik. Aku mengulas senyum. “Ah ya, bener sekali. Percayalah, aku telah menyaksikannya. Kamu masih lapar?”

“Ah tidak. Aku udah kenyang. Aku sedang diet. Dan satu jenis makanan sudah cukup banyak untukku.”

“Aku percaya itu. Kamu malah terlihat kurus setelah selesai makan. Kayaknya aku emang harus belajar darimu.” Aku tidak bisa menahan senyum.

Eskrim sudah habis, dan kamipun melanjutkan perbincangan mengenai detektif. Tapi, Fina mulai terlihat gelisah. Dia berkali-kali melirik jam tangannya. Aku mengerti kode tersebut. Kupanggil pelayan dan meminta tagihan.

Tagihan datang dan ketika kubayar, uangku hanya tersisa lima ribu rupiah. Aku memberikannya kepada pelayan sebagai tip. Fina menatap uang tersebut, lalu menatapku, sambil tersenyum. Yah, aku memang terlalu cepat luluh dengan senyuman.
Ketika keluar restoran, aku menghirup udara. Udara yang siap besertaku untuk menjalani hari-hari tanpa uang sesen pun.

“Sebaiknya, lain kali kamu hanya makan satu jenis makanan saja. Kamu juga harus segera berdiet.”
“Ah. Jangan khawatir. Aku bahkan tidak akan makan apa-apa untuk malam ini.”
Dia tertawa. “Kamu lucu, Deri. Sangat lucu.”

Kami pun berpisah di depan mall. Lain kali aku harus berhati-hati dengan cewek cantik yang langsung mengajak makan siang.


*Tamat*


Cerpen ini terinspirasi dari cerpen terjemahan yang berjudul “MAKAN SIANG” karya William Somerset Maugham. Tema cerpennya cukup unik menurut gua, jadi gua pengen remake gitu. Semoga tidak mengecewakan kalian. Ini adalah pertama kali gua remake cerpen. Kritik dan saran ditunggu ya.
Salam Asal











Lanjut Baca Terus >>>

Wednesday, September 3, 2014

Kenangan Hampa

Akhir-akhir ini gua lagi suka nonton film Thailand. Ternyata banyak juga yang asik, kocak, apalagi kisah cintanya. Benar-benar memikat. Dulu film Thailand yang gua tau cuma Ong Bak doang. Tentang seseorang yang gemar bertarung menggunakan lutut. Saking kerasnya itu lutut, helm bisa pecah. Amazing. Gua mau memperkerjakan orang semacam ini untuk memecahkan kulit durian.

Kerjaan gua pas liburan emang cuma nonton aja. Mental pengangguran udah mulai keliatan.

Kemarin gua nonton film A Crazy Little Thing Called Love. Mungkin lo udah pada nonton dari tahun kapan. Tapi, gua baru nonton kemarin. Gua emang out of date.
Film itu bercerita tentang seorang cewek, yang memendam rasa cinta sama seorang cowok. Tapi dia gak berani menyatakan cintanya. Dia cuma bisa kode-kode. Terkutuklah kode-kode sialan.

Ketika dia akhirnya menyatakan perasaannya kepada cowok itu, ternyata cowok itu baru aja pacaran. Nyesek banget. Ditambah, ternyata dia gak tau kalau cowok itu juga suka sama dia.

Ceritanya sih happy ending. Dia akhirnya menyatu juga dengan cowok itu. Tapi setelah bertahun-tahun. Wahai wanita... ITULAH AKIBATNYA DARI KODE-KODE.

Film itu sukses mengingatkan gua tentang masa-masa sekolah.
Dulu, gua selalu berpikir yang mengatakan, “Masa SMA adalah masa yang paling indah”, hanyalah guru. Mereka membuat slogan begitu supaya siswanya pada rajin ke sekolah dan ngerjain Pr. Gua dulu nganggep itu semua bullshit.

Well, sekarang gua kena karmanya.
GUA KANGEN!

Gila, gua kangen banget masa-masa sekolah. Dan semakin gua ingat-ingat, gua semakin sadar, tidak terlalu banyak kenangan yang bisa gua kenang di masa SMA. Gua pas masa SMA kayaknya cuma sebatas figuran doang. Numpang lewat.

Ketika SMA, gua adalah sosok yang cuek. Sok sok gak mau kenalan sama cewek, gak mau pacaran, gak mau hangout. Gua dulu kuper banget. Merasa gak butuh temen banyak-banyak. Gua terlalu terpengaruh dengan sifat Bohemiannya Sherlock Holmes. Gua menganggap kesendirian, ketertupan, introvert, dan misterius adalah hal yang keren.

Kalau gua punya mesin waktu, gua pengen balik ke masa lalu, trus nonjok diri gua pas SMA dan bilang “KEREN, NENEK LO KIPER.”

Masa SMA gua tuh hampa banget. FYI, gua gak pernah pacaran pas SMA. Entahlah gua harus nganggep ini sebagai anugerah karena kesucian gua, atau malah menganggap ini musibah, karena gak ada satupun kenangan manis bersama cewek yang nemplok di ingatan gua.

Kenangan manis gua paling cuma sama mbak-mbak kantin, yang selalu menatap dengan tajam ke arah setiap pembelinya. Takut mereka gak bayar, atau malah bayar pake duit monopoli. Gua pernah nyoba bayar pake daun, biar dia ngira gua makhluk halus. Hasilnya, badan gua patah-patah karena tertimpa gajah afrika.

Gua juga ingat pernah dimintain tolong untuk FOTOIN beberapa cewek sama salah satu cowok. Itu anjrit banget. Dengan muka ditekuk kayak origami, gua motoin mereka. Berkali-kali. Sepatu gua udah gatal pengen nyiumin muka mereka satu-satu. Abis motoin, cuma dibilang makasih doang. Gondok abis.

Padahal, kayaknya gua bisa aja kenalan ke adek kelas, pedekate, trus pacaran, trus putus. Bahkan, dulu pernah ada cewek yang nekat pdkt ke gua, tapi dasarnya gua nya lagi kesurupan suster keramas, gua tolak tuh cewek.  Iya baru pdkt aja udah gua tolak, gua emang songong.

Sekarang, gua cuma bisa guling-guling di aspal, sambil nari hujan, dan berteriak “KENAPAAAHH, GUA BEGOKK BANGET YA TUHANNN, KENAPAHH. APA SALAH HAMBA?”

Kadang gua beranggapan, gua itu pengidap cewekphobia. Gua takut berhadapan sama cewek cakep. Apalagi kalau cewek yang gua suka. Gua pasti selalu masang tampang sok gak peduli, padahal dalam hati udah kebat-kebit kayak gendang orang kawinan. Penyakit ini juga mengakibatkan gua menjadi diam seribu bahasa di dekat cewek. Gila aja gua disuruh nguasain seribu bahasa.

Ketika gua udah ngumpulin keberanian untuk nembak cewek, ketika kata-katanya udah diujung lidah, selalu susah mengungkapkannya. Mulut gua terasa kayak dijahit pake senar gitar. Cuma berdenging nggak jelas.
Hasilnya malah gini..

Gua : Emm. Kamu pulang sekolah nanti, mau kemana?
Cewek : Ke rumah doang. Trus makan, trus mandi, trus jalan deh sama pacarku. Emang kenapa?
Gua : Oh enggak. Engggg. Eh liat deh itu ada kecoak lewat... wah lucu ya. Eh liat dia terbang.. eh dia terbang ke arah sini. Arghhhh tidak..... mama.... tolong anakmu...

Gua pun lari sambil angkat celana. Setidaknya kecoak tersebut menjadikan gua punya alasan untuk kabur.

Gua sebenarnya punya banyak temen cewek ketika masa SMA. Tapi semuanya gak ada yang jadi pacar gua. Gua cuma dianggap teman. Gila, Friendzone massal. Lo baru ngerasain satu jenis friendzone aja udah sakit, lah gua? massal bro. Ini hampir sama kayak dikencingin massal.
Kalau lo tau sakitnya, Sakitnya tuh disini, *nunjuk organ vital*

Gua juga baru aja nonton You Are The Apple Of My Eye. Dan gua kembali galau. Galau karena ending filmnya yang gak sesuai harapan gua, dan juga galau karena gua gak pernah ngerasain masa-masa indah kayak gitu.

Udah gua bilang tadi, gua adalah orang yang kuper. Gua terlalu memperhatikan apa kata orang. Gua takut ketika kenalan dengan cewek, temen-temen gua bakalan nyorakin. Gua paling gak suka digituin. Alhasil, pas SMA gua cuma bisa jadi secret admirer. Mengagumi keindahan para cewek dari jauh. Berat langkah untuk berkenalan, sukar mulut untuk menyapa.

Kadang gua merasa hidup ini gak adil. Kenapa gua gak pernah ngerasain kisah-kisah indah kayak orang lain? Kenapa masa muda gua kayaknya terlalu banyak diisi dengan kesendirian? Dan kenapa Andhika Kangen Band poninya harus begitu? Ini masalah rumit.

Bukan berarti gua mau ngabisin masa muda dengan hura-hura. Cuma, rasanya gak ada kenangan yang bisa gua kenang selama gua remaja. Gak ada kenangan ketika merasakan cinta monyet yang pertama kali, gak ada kenangan ketika gua pedekate sama cewek. Hampa.

Tapi Tuhan emang bekerja dengan cara yang ajaib. Gua disadarkan kalau “Kisah indah di orang lain tidak harus terjadi di kehidupanmu.” Masa muda gua masih panjang, masih banyak yang bisa gua perbuat.


Ketimbang menyesali yang telah lewat, lebih baik bersiap untuk masa depan. Karena gua udah merasakan sakitnya mengenang kenangan yang hampa, gua gak mau itu terulang kembali. Gua gak mau jadi orang yang kuper lagi. Gak mau jadi orang yang menganggap bahwa lo bisa menjalani dunia ini sendirian, tanpa ada orang lain yang berdiri bersama.
Jadi gua akan berusaha....

Berusaha terus menerus......

Mencari DVD film romantis lain.

Buat lo yang masih duduk di bangku sekolah, saran gua nikmatilah itu semua. Jangan banyak mengeluh. Bertemanlah sebanyak mungkin. Jadikan kisah lo di masa sekolah penuh dengan kenangan. Supaya ketika lo udah kuliah, lo gak kayak gua. Cuma bisa menyesal. Percayalah, menjadi sok keren itu gak menjadikan lo keren.

Karena sakit rasanya ketika menyadari, betapa banyak hal yang seharusnya bisa kita perbuat di masa lalu, tapi kita tidak mau berbuat hal tersebut. Karena alasan gengsi, malas ataupun hal lain.

Tapi, kalau lo mau merasakan kayak gua, ya silakan aja sih. Hahaha. Gua malah seneng dapat kawan. Minimal nanti dapat temen cerita.

Postingan ini udah hampir habis. Kalau lo juga pernah ngerasain yang kayak gua alamin, silakan share di kotak komentar ya. Atau lo sekedar pengen mentertawakan kesialan gua, silakan tumpahkan semuanya di kotak komentar.

Dadahhhh J




Lanjut Baca Terus >>>