Saturday, November 30, 2013

Awas! Jangan dibaca


Hei, kamu. Kenapa sih kamu harus muncul kembali. Kenapa harus muncul di saat aku sudah terbiasa dengan hilangnya dirimu. Disaat luka hatiku perlahan pulih. Kenapa baru sekarang kamu menegurku?

Kemana kamu selama ini?

Oh, aku tau. Pasti kamu sedang asik dengan pacar barumu kan? Orang yang telah memisahkan kita berdua. Menjadikan kenangan selama setahun kisah cinta kita, kandas begitu saja.

Lantas, sekarang kenapa kamu menanyakan kabarku? Apa aku masih penting? Toh, ketika aku menangis, kamu hanya terdiam. Tidak ada pelukan menenangkan. Tidak ada kata-kata hiburan. Tidak ada semua itu.

Kamu hanya memandangiku tanpa ekspresi. Dan kemudian berjalan menjauh. Meninggalkan aku dalam kubangan kesedihan.

Aku hanya memandangi punggungmu yang terus menjauh. Dan tangisanku pun makin hebat. Badanku terguncang. Hatiku remuk. Pikiranku kalut. Kemana kamu pada saat itu?
Dan sekarang, seperti tanpa dosa, kamu kembali datang. Kembali memberi perhatian. Sialan kamu.

Tidak usahlah membuka luka lama. Aku sedang berusaha belajar untuk melupakanmu. Benar-benar melupakan semua kenangan tentang kita. Berusaha menepis canda tawa yang tiba-tiba muncul di kepalaku. Seperti sekarang ini.

Apa sekarang kamu sudah putus dengan dia? Dan kemudian menawarkan harapan baru dalam diriku. Menerbangkanku jauh ke atas awang-awang. Melayang ke langit ketujuh. Untuk kemudian kamu hempaskan lagi?

Cukup. Aku bukan boneka. Aku ingin melupakan dirimu.

Cari saja pengganti yang lain. Yang bisa kamu permainkan sesuka hati. Yang menerima hubungan tanpa status, tapi saling mengucap kata sayang.

Jujur, aku belum bisa melupakanmu seutuhnya. Masih ada rasa yang selalu bergejolak tiap kali melihat kicauanmu di dunia maya. Juga rasa marah berapi-api jika melihat foto mesramu yang seenaknya kau pajang di berandamu. Foto mesramu dengan dia yang telah merebutmu. Si bajingan itu.

Tolong, jangan bangkitkan rasa itu lagi.

Ataukah aku yang terlalu besar kepala menanggapi kicauanmu. Kicauanmu yang hanya terdiri dari dua kata. “Apa kabar?”

Tapi, demi Tuhan. Balasanmu itu seperti ganja. Membuatku girang setengah mati. Bahkan, tertawa tanpa sadar. Dan aku mulai kecanduan. Aku ingin lebih dan lebih. 

Kemudian, jemariku pun gatal untuk membuka akun twittermu. Dan aku kembali terluka. Terluka karena kamu masih bersama dia. Terluka melihat kicauanmu  yang penuh dengan kata sayang untuknya.

Jangan menyiksaku seperti ini. Tolonglah.
Hatiku senang, sekaligus perih.
Tolong. Jangan dekati aku lagi. Walaupun itu hanya sekedar balasan kicauan. Sekedar pesan menanyakan kabar. Jangan !

 Sebelum aku mulai gila. Kemudian membunuhmu. Karena jika aku tak bisa memilikimu. Maka orang lain juga tak akan bisa.
***

Postingan ini beresiko membuat pembaca jadi galau. Kan udah gua kasi peringatan di judul. Gua lagi pengen bergalau-galau dulu sejenak. Maaf kalau postingan ini tidak sesuai dengan harapan kalian.

Kalau ada yang lagi ngalamin kayak postingan di atas, silakan share ya. Atau ada kejadian yang lebih galau lagi? Ayok di share juga. Biar kita saling diskusi.


Lanjut Baca Terus >>>

Saturday, November 23, 2013

Momen Tak Terlupakan (Cerpen)

“Lebih baik kita break dulu. Aku capek." Ucapmu pelan. Kemudian berbalik dan berjalan menjauh.
Kuikuti dengan mataku, langkah demi langkah yang kau jalani. Sampai akhirnya menghilang, ditelan tikungan jalan. Aku masih membatu,  tak mempercayai pendengaranku. Break? Apakah dia ingin mengakhiri hubungan kami? Mengakhiri kenangan tiga tahun kebersamaan kami?
Lanjut Baca Terus >>>

Monday, November 18, 2013

Pergantian Cita-Cita


“Cilla, kalau gede mau jadi apa?”
“Jadi doktel, bial bisa nyembuhin orang banyak.” Senyum polos pun membingkai wajah mungilnya.

Tanpa sadar gua jadi ikut tersenyum melihat iklan ini, dan teringat akan cita-cita gua pas masih kecil. Ya, dulu gua juga bercita-cita menjadi seorang dokter. Dan mungkin cita-cita gua sama dengan cita-cita lo. Entah kenapa menjadi dokter adalah cita-cita yang terlalu mainstream Indonesia.
Lanjut Baca Terus >>>

Sunday, November 10, 2013

Damn, I Love Indonesia

Hai hai epribadeh. *sok bule* *dilempar telur busuk*.
Pada kangen sama gua ya? 
nggak?
oh yaudah. cukup tau aja.

Kemarin gua jalan-jalan ke forum blogger paling kece, yaitu Jamban Blogger. Dan ngeliat ada tematic blog tentang Indonesia banget. Tapi gara-gara gua terlalu sibuk ngupil, maka setelah lewat hampir satu bulan, tematic blog nya baru bisa gua tulis sekarang. Maafkan daku wahai sesepuh jamban *sungkem*.
Lanjut Baca Terus >>>

Tuesday, November 5, 2013

Bahkan Kopi Bisa Berkonspirasi 2 (cerpen)


baca cerita sebelumnya

“ Jangan sok pahlawan makanya, mas. Malu tuh jadinya” Si pelayan mencibirku setelah menerima uang ganti rugi dari cewek yang ingin kutolong.

Aku hanya memandanginya tajam, setajam silet. Untung saja dia cewek . Kalau cowok, mungkin aku udah kabur. Gak berani soalnya.
Lanjut Baca Terus >>>