Monday, November 18, 2013

Pergantian Cita-Cita


“Cilla, kalau gede mau jadi apa?”
“Jadi doktel, bial bisa nyembuhin orang banyak.” Senyum polos pun membingkai wajah mungilnya.

Tanpa sadar gua jadi ikut tersenyum melihat iklan ini, dan teringat akan cita-cita gua pas masih kecil. Ya, dulu gua juga bercita-cita menjadi seorang dokter. Dan mungkin cita-cita gua sama dengan cita-cita lo. Entah kenapa menjadi dokter adalah cita-cita yang terlalu mainstream Indonesia.
Gua pengen jadi dokter karena keluarga besar gua, banyak banget yang bergelut dalam dunia medis. Kakek dan nenek gua adalah mantri. Bukan, mereka bukan menteri kesehatan, mantri adalah sebutan untuk orang medis jaman dulu, dan mungkin sekarang juga masih.

Paman gua adalah dokter spesialis bedah. Kebanyakan tante gua adalah pekerja di rumah sakit, sebagai perawat. Makanya kalau ada keluarga sakit, gak perlu berobat ke RS. Cukup istirahat di rumah, dan salah seorang tante gua bakalan meriksa. Hemat. 

Hal inilah yang kemudian mencuci otak gua pake rinso sehingga gua juga bercita-cita jadi dokter.

Dan tentu saja keluarga gua mendukung. Mereka bilang jadi dokter itu hebat, tugas yang mulia, padahal karna kebanyakan dokter kaya, makanya dianjurkan jadi dokter.

Namun,  jauh di dalam hati, gua gak kepengen menjadi dokter. Lihat darah aja, gua langsung pingsan. 

Gua cuma ingin menyenangkan hati mereka. Dan gua pun belajar dengan tekun, berusaha mencerna semua pelajaran IPA yang sama sekali tidak menarik minat sebenarnya. Dan akhirnya pas ujian itung-itungan, gua mencontek juga. 

Tapi, lama kelamaan gua menjadi lelah. Ini bukanlah dunia gua yang seharusnya. Gua sama sekali gak pintar dalam matematika, biologi, fisika dan hal eksak lainnya. Ini bukanlah panggilan hidup gua.  Gua lebih suka menulis, lebih suka membaca, lebih suka fotografi. Lebih suka main sabun. Oke, yang terakhir silap.

Gua dihadapkan pada realitas hidup. Semakin gua tumbuh besar, gua menyadari ada mimpi yang memang berasal dari diri kita. Ada juga mimpi karena pengaruh keluarga. Ada mimpi yang harus kita pertahankan, ada juga mimpi yang harus kita buang. Seperti mimpi gua menjadi Power Rangers. 

Dan menjadi dokter bukanlah mimpi gua, meskipun sudah menjadi cita-cita dari TK sampai SMA. Karena tidak semua cita-cita adalah mimpi, namun mimpi bisa membuat lo bercita-cita.

Akhirnya, pada  malam pergantian tahun menuju 2012 gua pun memberanikan diri untuk berbicara dengan keluarga besar. Membicarakan tentang jurusan apa yang bakal gua ambil di perkuliahan. Meminta maaf kalau tidak bisa memenuhi keinginan mereka.

Gua lebih suka mengambil ilmu komunikasi. Karna gua ingin menjadi wartawan. Dan tidak pernah ada seorang pun wartawan di keluarga gua. 

Keluarga gua jelas kaget, marah, dan kecewa. Terjadi perdebatan di ruang keluarga. Tapi, syukurlah mereka mau menerima keputusan gua. Walaupun tidak semua setuju. Masih ada anggota keluarga yang mengejek cita-cita gua yang baru.

“Huh, wartawan itu gajinya sedikit”
“Wartawan itu cuma orang yang ingin tahu kehidupan orang lain”
“Kamu gak akan hidup bahagia kalau cuma menjadi wartawan”

Dan segala cibiran lainnya.

Gua cuma bilang gini 
"Om, tante, bisa gak melalui hari tanpa baca koran, nonton berita, atau sekedar mendengar radio?"
Mereka terdiam, "Dan siapakah yang menyediakan semua itu kalau bukan wartawan?" lanjut gua.

Hening. Tidak ada komentar lagi. Dan gua rasa, gua tau siapa yang telah memenangkan debat itu.

Gua tetap berusaha tegar. Menghadapi semua dengan senyuman. Dan menjelaskan kepada mereka kalau inilah jalan hidup gua. Inilah keinginan gua. Walau nantinya gua gak kaya, biarlah. Hidup bukan hanya perkara materi saja. Dan kaya bukan berarti sukses. 

Sukses menurut gua, adalah ketika mimpi,  bahkan yang paling absurd sekalipun, bisa gua wujudkan. 

Dan gua gak perlu membuktikan apapun kepada mereka perihal kesuksesan gua. 
Yang penting gua mengerjakannya dengan rasa senang, bukan terpaksa.

Sekarang gua kuliah di Universitas Medan Area, mengambil jurusan Ilmu Komunikasi. Dan gua sadar, menjadi wartawan, berarti gua harus mengasah pena. Bukan dalam arti sebenarnya. Mengasah pena adalah berlatih merangkai kata, berlatih menyusun kalimat, sehingga menghasilkan berita yang enak dibaca.

Dan gua memilih blog untuk menyalurkan itu semua. Blog bagi gua bukan hanya sekedar tempat untuk melampiaskan emosi atau curhat. Lebih dari itu, blog adalah tempat bagi gua mengasah pena sebelum terjun ke dunia jurnalistik yang sesungguhnya.

This is the end of the post. Dalam postingan kali ini gua lebih banyak bijak sepertinya. Bukan gokil dan absurd kayak biasa. Tapi gapapalah, mencoba hal-hal baru bisa membuat kaya pengalaman.

Gua membuat artikel ini dalam rangka giveaway yang diadakan oleh Terlahir Botak. Jangan tanya gua kenapa dia terlahir botak, karena setau gua gak ada orang yang terlahir gondrong. Atau baru lahir langsung mohawk.

Giveaway ini bertema mimpi. Kalau lo mau ikutan giveaway ini, silakan langsung menuju blognya. Tenang aja, blognya tidak berisi tips cara menjadi botak secara syariah. Blognya asik kok dibaca.


Dan, mungkin ada di antara lo yang punya cerita unik mengenai mimpi, cita-cita, atau kesuksesan, silakan share di kotak komentar ya. Dan doakan gua menang giveawaynya. Hehe. Ciaoo.


update 8 desember 2013


gua menang loh giveaway yang ini.
nih penampakan hadiahnya


sampul buku masih belum dibuka


abaikan wajah gua


 Sebagai bukti kemenangan, silakan cek pengumuman pemenangnya disini


73 comments:

  1. iya elah bang, kok ceritanya mirip kayak ceritaku saat mau masuk kuliah *toss :D kita buktikan kalo kita bisaa :)))

    ReplyDelete
    Replies
    1. *toss

      iya bisa dong. kalau sesuai dengan minat, apapun bisa

      Delete
  2. kalo aq malah ga pnah skolah, cuma skolah agama,mnurut gue ilmu dunia itu mudah diplajari jdi gue ga pnah nyesel ga skolah sd/smp/sma.
    trus gue pengen succes tanpa sekolah biar bsa jdi inspirasi orng2 yg putus skolah(sapa tw di undang di acara hitam putih ntar(˘̶▿˘̶)), mengenai cita2, gue pengen jadi translator japanese/english/indonesia.

    walau ga pnah kuliah, tapi gue yakin skill gue ga kalah ama anak jurusan sastra jepang

    I will survive without any diploma

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gue ngerti yang beginian. Intinya Lillahita'ala dulu ya hehe.

      Delete
    2. wah inspirasi banget ya rizu.
      semoga lo bisa masuk hitam putih deh. gua pasti nonton.
      semoga cita-cita lo juga berhasil ya

      Delete
    3. Keren nih ka rizu..
      Good Luck ya Semoga tercapai cita-citanya :)

      Delete
  3. Semangat terus bang raih cita-citanya :')
    Gue juga punya keinginan jadi consultant design yaa walaupun design gue masih sering dikritik tajam sama guru dan pembimbing T_T

    ReplyDelete
  4. kalau cita-cita awal gue pengen jadi pemain voli, tapi melihat kondisi fisik yg cemen, gak jadi aja :|

    ReplyDelete
  5. cita" ane jadi President tapi Kalah ama SBY gan , , ,

    :D:D:D:D

    mampir diblog q yaa , , ,

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha. kan masih ada kesempatan beberapa tahun lagi bro

      Delete
  6. hope luck's with us... fighting!

    ReplyDelete
  7. cita cita gue, haha
    visit ni gan :)

    ReplyDelete
  8. good luck sob, yang pasti makin mature cita-cita kita makin konkrit, sukses! thanks udah berkunjung ke blog gw ya :)

    ReplyDelete
  9. emang lagi dalam kondisi begini. sangat tersiksa sama kurikulum baru. baru SMA udah mikirin jurusan dan cita cita. kalau ngga bakal didepak dari jurusan T^T

    setelah baca artikel ini, setidaknya bikin gue mikir lagi gue bakal jadi apa.

    ReplyDelete
  10. iya, aku dulu ga pernah bercita-cita buat jadi ahli kelautan loh. malah dulu aku pengen jadi arsitek.
    Tapi Tuhan punya rencana lain, aku malah bisa sukses di kelautan. kuncinya cuma tekun dan nikmati kak :)

    ReplyDelete
  11. Semoga menjadi wartawan, ya! haha sebelumnya gue juga bercita-cita menjadi penulis, tapi sekarang entah beralih ingin jadi editor buku,sesuai jurusan kuliah gue.

    ReplyDelete
  12. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  13. yah namanya juga dulu masih labil bro, yang penting jalanin aja sesuka hati, yang penting itu cita-cita harus dicapai (y)

    ReplyDelete
  14. di paksakan kehendak yang ga sesuai dengan pasionnya kita bakalan jadi beban.
    good luck jurnalisnya bro

    ReplyDelete
  15. Gue juga sempet pengen jadi wartawan, pengen jadi reporter perang gituuu kayaknya seru

    ReplyDelete
    Replies
    1. seru sih. tapi harus siap kena peluru nyasar juga

      Delete
  16. gue sempet jd orang kaya gan tapi nasib tak kunjung datang... wkwkwkw

    ReplyDelete
    Replies
    1. sempet jadi orang kaya?
      jadi sekarang udah jatuh miskin bro?
      haha

      Delete
  17. sepertinya ini semua orang kecilannya kayak gini deh bro, gue dulu juga gitu , tapi bedanya gue gak pengen jadi dokter, tapi jadi PNS .. mulia banget yak gue :DD

    ReplyDelete
    Replies
    1. mulia banget lo bro. asal gak nyogok aja sih. haha

      Delete
    2. hahahaha tapi gue udah gak pengen lagi jadi PNS sekarang, ogah ... saingannya masuk aja udah pada nyogok .. gimana kalo udah kerja sob :))

      Delete
    3. kalau udah kerja, ya korupsi lah sob. supaya balik modal.
      hahaha

      Delete
  18. Wuidih men, bener banget tuh.

    Tapi men, apapun cita-citanya kalo masih masuk logika. Itu bisa dikejar.

    Intinya sih harus konsisten sama cita-citanya dan berusaha. Kalahin itu rasa malas, baru deh bisa sukses karena cita-citanya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener banget men.
      kalau bercita-cita tapi gak ada usaha, ya sama aja boong kan

      Delete
  19. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  20. Keren bangeeeeeeet. Goodluck deh jadi wartawannya :')

    ReplyDelete
  21. Betul! Cita-cita harus dari diri sendiri, bukan paksaan. Biar 'plong' waktu ngejalanin nya...

    ReplyDelete
  22. Toss! Dulu aku jg sempet punya cita-cita jadi wartawan. Tapi makin ke sini, cita-cita itu berubah. Karena aku merasa lebih nyaman menulis fiksi. Walaupun intinya tetep di bidang penulisan hehe.
    Tetep semangat ya! Semoga cita-cita kita terkabul. Amin ~

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah. semoga jadi penulis yang terkenal ya mbak.
      amin

      Delete
  23. gue penegen jadi penulis,, tapi......................... hahahahahahaa,, ditunggu kunjunganya ya, prasojojoo.blogspot.com.. folbek,, thankss

    ReplyDelete
  24. Waktu kecil cita2 gua banyak gan, Astronot, President, penulis, guru, bahkan gue pengen jadi doraemon -__- hahaha

    ReplyDelete
  25. semangat ya mengejar impiannya. jadi wartawan atau penulis atau apapun yang berkecimpung dengan kata-kata itu kan pekerjaan hebat juga! jangan mau kalah hahaha.

    btw ini aku udah main. ngga perlu tiap postingan dikomentarin "main balik ya" ya hehe kan udah saling follow, postinganmu yang baru ada kok di dasbor blog aku :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih semangatnya ya.

      oh, aku gak tau kalau udah difollow. hehe. maaf deh ya. gak lagi kok

      Delete
  26. Semangat terus meraih Cita-cita, hihi :D

    ReplyDelete
  27. Memilih yang kita sukai akan membuat kita lebih menikmatinya.
    Mantap, lanjutkan mimpinya gan!

    ReplyDelete
  28. Cita-cita gue dulu pengen jadi pilot, udah gede malah pengen jadi suaminya cinta laura.. halah ! :)

    ReplyDelete
  29. cita-cita masih kecil emg dipengaruhi sama lingkungan ya, kalo udh besar baru deh mulai mikir dan milih sendiri sesuai passion :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya. beranjak dewasa lebih bisa memahami dunia nyata

      Delete
  30. Wah . Semngat terus ngejar mimpi ya. Gmana menang gak giveaway ny ? :D
    Keep writing!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. menang sih GA nya. tapi hadiahnya belum dikirim. lagi uts yang ngadain GA. hehe

      Delete
  31. bener tuh, sampe sekarang aja gue ga tau mau jadi apa nih, yg penting dalemin aja hobi gue deh. http://catatankiting.blogspot.com/

    ReplyDelete
  32. Hehehe saya juga pernah beberapa kali ganti cita-cita, toh akhirnya dapet passion pas kuliah kok. Jangan menyerah!

    Salam ya :)

    ReplyDelete
  33. wah bener banget tuh bang, kita itu punya mimpi sendiri bukan mimpinya orang tua, emang sih orang tua ngasih saran untuk jadi itu jadi ini supaya kita senang, alias kerjaan yang berduit banyak kayak dokter tadi. tapi kalau kita gak iklash menjalaninya sama aja tar kedepannya kita bakal rusak juga :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener banget. karna yang ngejalanin masa depan itu kan kita. bukan orangtua

      Delete
  34. good decision. persis seperti adik saya, dia juga diminta ngikut jejak saya yg masuk dunia kesehatan, tapi ngotot pgn jadi wartawan dan masuk ke Komunikasi UNPAD>

    btw, memang perlu passion utk mengejar kesuksesan, dan jelas passion itu akan didapatkan bila kita berada di jalur yg kita senangi. apalagi bila ternyata kita perlu melalui perjuangan dari harus bertentangan dgn org tua, ujian masuk yg sulit, dan lain sebagainya, maka passion itu akan lebih kerasa. sekarang, setelah kita berada dalam jalur tersebut, bagaimana agar kita bisa survive, bukan hanya sekedar selamat sampai tujuan, tp bisa menunjukkan sesuatu yg spesial agar diri kita tidak terlihat biasa2 saja, karena mencapai di jalan ini pun kita perlu perjuangan, sayang sekali kalau udah berhasil masuk di jalan yg kita senangi, tp hasilnya ya rata-rata air saja.

    good luck sob!

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah. terimakasih atas komentarnya bro. benar-benar membangkitkan semangat untuk serius menggeluti dunia jurnalistik. kita memang harus konsisten dengan pilihan kan sob.

      Delete

Berkomentarlah sebelum berkomentar itu diharamkan