Monday, December 30, 2013

Mereka Teroris (FF)



“Ingat, ini bukan latihan! Ini adalah pertempuran yang sebenarnya.”
Komandan memandangi kami satu persatu. Aku berusaha menenangkan degup jantungku.

Mobil yang kami naiki masih menderu. Membelah kepekatan malam. Sesekali kami terlonjak dari tempat duduk, karena jalan yang tidak rata. Aroma kematian seakan menggantung di udara.

“Sarang teroris ini telah kita amati sejak lama. Siapapun yang berusaha melawan, tembak tanpa ampun ! Mengerti ?”

“Siap ! Mengerti Dan!” Kami menjawab serempak.

Mobil berhenti. Komandan memandangi kami dengan tajam, kemudian mengangguk. Aku menarik napas panjang. Kami bergegas turun. Kupegang erat senjata M4 yang kubawa. Ini adalah nyawaku.

BRAKKK.

Pintu didobrak paksa.

Ada dua orang disitu. Mereka mengenakan topeng berwarna merah dan biru. Aneh, tidak ada senjata yang mereka pegang.

“Fiko, Dani, Ikut aku. Ryan jaga dua orang ini !” Perintah komandan. Dia kemudian memeriksa bagian rumah  bersama anggota densus yang lain.

Aku mengangguk sambil tetap mengacungkan moncong senjataku ke arah dua orang tawanan kami.

Dasar teroris, Kerjanya cuma mengganggu ketentraman saja. kutukku dalam hati. Ingin rasanya meledakkan kepala dua orang ini.

Mereka berdua saling pandang. Kemudian yang bertopeng merah mengangguk. Sepertinya mereka merencanakan sesuatu. Kusiapkan jariku di pelatuk.

Si topeng merah berusaha meletakkan sesuatu di lantai. Aku langsung sigap.

“Jangan bergerak ! Atau peluru ini akan tertanam di otakmu !” Ancaman klasik yang sering kulihat di tv. Kali ini aku yang mengucapkannya. Ada sedikit rasa senang menggelayut di hatiku. Kujaga nada suaraku tetap tenang tapi mengancam.

Namun, mereka tidak menggubrisnya. Sekarang mereka berdua ingin meletakkan sesuatu di lantai.

Detonator bom? Aku menerka-nerka yang sedang mereka lakukan.

DORR. Tembakan peringatan kulepaskan ke udara.

Mereka tidak menggubris, mereka malah berusaha mengacungkan sesuatu ke arahku. Mereka ingin membunuhku. Kurang ajar.

DORR... DORR... DORR... DORR...

Kutembaki dua orang di depanku secara brutal. Tepat di kepala.Tubuh mereka terlontar akibat tekanan peluru. Darah muncrat dimana-dimana.

Rasakan itu.

Benda yang mereka pegang tadi terlempar di dekat sepatuku. Kupungut benda lusuh ini. Hanya secarik kertas ternyata. Kertas yang bertuliskan...

KAMI MENCINTAIMU, NAK

Apa-apaan ini. Apa maksudnya?

Aku kalap. Kuraih tubuh kedua orang tersebut. Kubuka secara paksa topeng yang menutupi wajah mereka.

Bulu kudukku meremang. Lidahku terasa kelu.
Kepalaku bagai dihantam godam raksasa. Mataku berkunang-kunang.
Di hadapanku, terbaring kaku dua sosok yang sangat kukenal. Senyum menghiasi wajah mereka. Senyum yang dibaluri dengan darah.

AYAH. IBU.

Ini tidak mungkin. Tidak mungkin.
Aku menjambak rambutku.

TIDAAAKKK.....



“Renooo. Ayo makan siang dulu,” Teriak mama dari dapur.

*Game Paused*

Huh, padahal sedang seru-serunya ini game.

“Iya Ma. Bentar,” Sahutku. Aku pun bergegas ke dapur. Tidak sabar rasanya melanjutkan game itu kembali.




nb: ini adalah ff pertamaku. jadi pasti masih banyak kekurangan. mohon kritiknya ya. terimakasih



36 comments:

  1. Wah tumben nulis begini. Btw, keren, gue agak terhanyut juga, loh.

    ReplyDelete
  2. wahaha keren nih man.. ditunggu tulisan kayak begini selanjutnya.. :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha. tergantung ide juga sih. mau datang atau kagak

      Delete
  3. Bang, aku kasih masukan ya :D
    Gue mau kasih koreksi aja sih hehe, kalau percakapan langsung (percakapan menggunakan petik), kalau habis tanda petik terakhir itu huruf selanjutnya bukan huruf kapital tapi tetep huruf kecil. Misal gini, "Renooo. Ayo makan siang dulu," teriak mama ....
    Gitu :)) udah bagus ceritanya! Lanjutkan!

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh gitu toh. makasih Rian. dari dulu gak ada yg koreksi ginian. jadi kirain bener. hehe.
      makasih makasih

      Delete
  4. Mantabz (eh perasaan gue komennya kaya gini mulu dah)

    ReplyDelete
  5. Bedebah, gue tertipu lagi disini. Hahaha.
    Awalnya gue kira cerita ini sadis beneran.
    Eh, yang terjadi di endingnya malah lagi main games. Biadab lo, Ga!!!! :))

    ReplyDelete
  6. endingnya sebenarnya lebih menggetarkan kalo berhenti saat mengetahui bahwa itu adalah ayah ibu.....nggak usah dilanjutin lagi dengan kisah main gamenya...
    Keep happy blogging always…salam dari Makassar :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya. tadinya juga mau buat gitu. tapi aku gak mau ending yg terlalu sedih. sudah terlalu byk di setiap cerpenku

      Delete
  7. ff itu apa ya? fanfict?

    haha seperti biasa, loe selalu membuat ceritanya jadi "OH TERNYATA" keren nih, gue suka ceritanya

    ReplyDelete

  8. gue kira, ternyata cuma gem-_- padahal lagi asik sambil ngupil.

    ReplyDelete
  9. susah ditebak ternyata endingnya .___. hahaha
    nice story broh :)

    ReplyDelete
  10. pas pertama kali baca judulnya gue kira semacam ulasan berita. tau-taunya .... ah sudahlah -__-

    ReplyDelete
  11. Keren banget awalnya.... bisa bikin cerita kayak gitu. Eh taunya gamee, makin keren lagi xDD Keep it up!!

    ReplyDelete
  12. Wah kereeen.. asah terus bro biar lebih ok..
    gue pengen nih nulis nulis yang gini.. cuman belum bisa..

    ReplyDelete
  13. nice zega, walopun i like this plot

    ReplyDelete
  14. keren nih ceritanya, rada menegangkan gitu ._.

    ReplyDelete
  15. Hahaha, gue suka nih cerita. tapi kenapa pas baca rasanya pengen ngakak ya -__- suka bangeett haha :D

    ReplyDelete
  16. Pas sampe di bagian yg ditembak ternyata ayah sama ibu, itu DEG banget. Eh, endingnya ternyata lagi main game hahaha. Maksudnya dia lagi main game tapi ngebayanginnya kemana-mana gitu kan? *tetep minta dijelasin*
    Keren! Keep writing ya^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. bukan. maksudnya aksi tembak-tembakan itu hanya game doang. bukan dibayangin

      Delete
    2. hehe. terus berkunjung ke sini ya

      Delete
  17. gue kira beneran . ternyata cuma game -__-

    ReplyDelete
  18. anjrit unpredictable endingnya, keren bro...

    ReplyDelete

Berkomentarlah sebelum berkomentar itu diharamkan