Friday, February 27, 2015

[Movie Review] Dragon Blade



Aku masih tak menyangka, di usia yang udah tidak bisa dibilang muda lagi, Jackie Chan masih membintangi film laga. Di saat orang seusianya udah pengen santai menikmati hidup, dia masih terus berkarya. Di saat yang lain bermasalah dengan osteoporosis, dia malah berantem. Keren !

Dragon Blade bercerita tentang sekelompok orang yang sedang melakukan ekspedisi untuk mencari benteng yang hilang. Benteng yang sangat legendaris. Dua orang dari mereka berhasil menemukannya. Mereka melakukan visualisasi bentuk reruntuhan berdasarkan bentuk sebenarnya. Setelah itu, alur cerita pun mundur ke belakang.

Cerita berlanjut di masa lalu ketika Jackie Chan yang menjadi ketua kelompok penjaga perdamaian di Jalur Sutra, berusaha mendamaikan dua suku yang akan bertarung. Jalur sutra ini adalah jalur perdagangan yang menghubungkan kerajaan-kerajaan barat dengan kerajaan di timur. Di film sih, katanya ada 36 bangsa yang mendiami sekitar Jalur Sutra.

Pertarungan dimulai.

Seorang dari suku White Indian memacu kudanya. Merangsek maju. Menyerang pemimpin suku Han. Tapi, White Indian kalah sebelum dia sempat menyentuh pemimpin suku Han. Dikalahkan oleh burung. Mungkin karena dia belum minum White Koffee. Kopi Luwak tidak bikin kembung. *Loh, ini kok malah promosi.*

Jackie pun turung tangan mendamaikan mereka tanpa kekerasaan. Hanya modal ngomong doang. Dengan sikap hormat ke masing-masing pemimpin suku. Memang sih dia berantem dengan seorang wanita bercadar dari suku Han.  Bukan berantem juga sih. Dia lebih ke mempertahankan diri. Dan tidak sengaja membuka cadar wanita tersebut.

Bukan hukuman yang dia dapat. Di istana wanita tersebut, wanita bercadar tadi malah menanggalkan pakaian dan....

*jeng jeng*
Apa yang terjadi? Nonton makanya.

Kebahagiaan tidak berlangsung lama. Jackie dikhianati oleh seseorang. Jackie dan kelompok penjaga perdamaian akhirnya dihukum karena dituduh menyelundupkan emas. Mereka dikirimkan ke Gerbang Angsa untuk membantu pembangunan gerbang tersebut. Namanya doang sih gerbang, aslinya kayak benteng yang luas banget. Dan disitu terdapat berbagai suku yang sedang menjalani hukuman.

Awal konflik adalah ketika bangsa Romawi berniat menguasai banteng tersebut. Pertarungan pun tak terhindarkan. Awalnya sih aku pikir semua pasukan bakal bertempur. Ternyata yang bertarung hanyalah Huo An (Jackie Chan) dan Lucius (John Cusack). Pertarungan yang malah menjadi awal persahabatan mereka.

Jackie masih mempertahankan gaya bertarungnya dengan ciri khas komedi. Apalagi pas dia bertarung dengan wanita bercadar dari suku Han. Bikin ngakak. Hal inilah yang membedakan dia dengan aktor laga lainnya. Tapi, di beberapa adegan pertarungan, gaya komedinya hilang. Berganti dengan seni beladiri yang membuat mulut berdecak kagum.

Di film ini juga ada adegan ketika Jackie dan “kelompok timur”bernyanyi dengan bahasa mandarin. Lagu yang gembira. Kemudian dibalas dengan sebuah anthem kebangsaan bangsa Romawi, mewakili “kelompok barat”. Sekilas aku merasa seperti mendengar lagu anthem Liga Champions. Mereka bernyanyi tanpa diiringi alat musik. Tapi bisa membuat merinding. Rasa nasionalisme mereka keluar dengan dahsyat ketika menyanyikan lagu tersebut. Bahkan beberapa di antara prajurit Romawi menangis. Lumayan bikin haru.

Yang membuat bikin haru juga adalah ketika prajurit Romawi dan penghuni Gerbang Angsa, bahu-membahu menyelesaikan pembangunan gerbang. Mengajarkan arti persahabatan.

Ketika konflik semakin memuncak, ditampilkanlah laga kolosal yang benar-benar bikin susah bernapas. Pertarungan antara bangsa Romawi dengan jumlah prajurit ratusan ribu, melawan 5 suku yang mendiami wilayah Jalur Sutra. Mengapa bangsa Romawi malah bertarung dengan suku-suku di wilayah Jalur Sutra? Makanya nonton. Biar gak penasaran.

Oh ya. Akting Adrien Broody sebagai Tiberius, wajib diacungi jempol. Benar-benar keren. Perilakunya yang kejam dan tak kenal ampun, dibalut secara sempurna dengan ketenangan emosi dan tatapan mata sendu. Cewek kalau ditatap gitu pasti hidungnya langsung insomnia. 

Yang kurang aku sukai adalah ketika Jackie berpidato ke penghuni Gerbang Angsa. Karena dia nyerocos dalam bahasa mandarin, rada bosen dengernya. Kalimat motivasi gitu deh. Kalau dibawa ke versi Indonesia, mungkin kayak motivator yang membangkitkan kesedihan peserta dengan memutar lagu sedih dan mendayu-dayu. Lalu mengingatkan kebaikan orangtua kita, rasa capek mereka di ladang, lalu kita cuma menikmati aja tanpa bersyukur. Kita malah sering membentak mereka. Kemudian peserta nangis. Antara nangis beneran atau pencitraan doang. Pernah ngalamin motivasi jenis ini gak?

Satu lagi yang bikin aku iri dengan Jackie Chan adalah yang jadi pacar atau istrinya di film pasti cantik-cantik banget. Dia udah kayak James Bond versi China. Di film ini dia punya istri yang muda banget. Malah lebih cocok jadi adik daripada istri. Para jomblo iri dengan sukses.

Hal lain yang kurang sreg, Jackie kayak Dewa Perang. Dia udah kena panah di punggung dan kaki, kena tombak di lambung. Tapi, masih bisa bertarung dengan jago. Dan kamu masih sedih karena masih jomblo? Malu tuh sama Jackie.

Untuk film ini, aku ngasih rating 4.00/5.00.

Btw, ini adalah pertama kali aku bikin review tentang film. Semoga tidak mengecewakan. Kuharap juga bisa terus membuat review yang lebih baik.

Sekian movie review hari ini. Buat yang udah nonton, yuk ceritain bagian mana yang kamu suka dari film ini. Yang belum nonton, gih sana beli tiket bioskop. Trus nonton. Gak usah ajak pasangan. Sendiri aja. #JombloCariKawan.
Salam Asal.


8 comments:

  1. Itu motivasi yang bikin nangis retret. xD

    Bagus kok cara ngeriviewnya, Man. Yang penting gak ada spoiler adegan klimaksnya aja sih. Ini komentar gue udah cocok belom buat ngomentarin review film?

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha. lo pernah ngalamin motivasi gitu juga ya?

      komentar lo sih udah cocok banget, Haw

      Delete
  2. Udah lumayan bagus kok cara ngereviewnya. Ga. Lo kasih rating 4.00 gue jadi kepengin nonnton. :)

    Anyway, sebenernya gue males baca review film, buku, dll. Takutnnya dalam review tersebut ada kebocoran pada plot kuncinya. Entah kenapa gue lebih suka saat lo me-review koala kumal. Lo lebih banyak memasukkan sudut pandang lo mengenai bukunya, dibanding menceritakan isi bukunya.

    Jangan dimasukin hati omongan gue, Ga. Biasanya jomblo kawakan, pertahanan sabarnya lebih kuat. hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. elah. pake bawa nama jomblo lagi. nyebut,Mat. nyebut. nanti lo kena azab loh. hahaha

      iya. emang gua agak bedain review film dan novel. jadi, ya gini deh. silakan ditonton

      Delete
  3. Kirain udah pensiun.
    Keren deh, di usia yang udah akil baligh ke 2 masih bisa bikin film.
    Biasanya filmnya kocak, yg ini ada humornya juga ga, bro?

    ReplyDelete
    Replies
    1. yang ini ada humor. tapi gak terlalu banyak. mungkin karena dia udah makin tua, dia lebih banyak masukin unsur kebijaksanaan.

      Delete
  4. Mungkin si Jackie harus dipertanyakan kemanusiaannya. Dia manusia atau apa, masih segar bugar gitu. :))

    Belum nonton filmnya. :))

    Cara reviewnya bagus.. Ajarin dong. Aku belum pernah bikin review buku, film, makanan, dll. Hehehe. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. mungkin dia manusia setengah salmon.

      tonton dong

      Lah, lo lebih jago dari gua sebenarnya -_-. tapi suka merendah mulu.

      Delete

Berkomentarlah sebelum berkomentar itu diharamkan