Aku masih tak menyangka, di usia yang udah tidak bisa dibilang muda lagi, Jackie Chan masih membintangi film laga. Di saat orang seusianya udah pengen santai menikmati hidup, dia masih terus berkarya. Di saat yang lain bermasalah dengan osteoporosis, dia malah berantem. Keren !
Dragon Blade bercerita tentang sekelompok orang yang
sedang melakukan ekspedisi untuk mencari benteng yang hilang. Benteng yang
sangat legendaris. Dua orang dari mereka berhasil menemukannya. Mereka
melakukan visualisasi bentuk reruntuhan berdasarkan bentuk sebenarnya. Setelah
itu, alur cerita pun mundur ke belakang.
Cerita berlanjut di masa lalu ketika Jackie Chan
yang menjadi ketua kelompok penjaga perdamaian di Jalur Sutra, berusaha
mendamaikan dua suku yang akan bertarung. Jalur sutra ini adalah jalur perdagangan
yang menghubungkan kerajaan-kerajaan barat dengan kerajaan di timur. Di film
sih, katanya ada 36 bangsa yang mendiami sekitar Jalur Sutra.
Pertarungan dimulai.
Seorang dari suku White Indian memacu kudanya. Merangsek maju. Menyerang pemimpin suku Han. Tapi, White Indian kalah sebelum dia sempat
menyentuh pemimpin suku Han. Dikalahkan oleh burung. Mungkin karena dia belum minum White Koffee. Kopi Luwak tidak bikin
kembung. *Loh, ini kok malah promosi.*
Jackie pun turung tangan mendamaikan mereka tanpa
kekerasaan. Hanya modal ngomong doang. Dengan sikap hormat ke masing-masing
pemimpin suku. Memang sih dia berantem dengan seorang wanita bercadar dari suku
Han. Bukan berantem juga sih. Dia lebih
ke mempertahankan diri. Dan tidak sengaja membuka cadar wanita tersebut.
Bukan hukuman yang dia dapat. Di istana wanita
tersebut, wanita bercadar tadi malah menanggalkan pakaian dan....
*jeng jeng*
Apa yang terjadi? Nonton makanya.
Kebahagiaan tidak berlangsung lama. Jackie
dikhianati oleh seseorang. Jackie dan kelompok penjaga perdamaian akhirnya
dihukum karena dituduh menyelundupkan emas. Mereka dikirimkan ke Gerbang Angsa
untuk membantu pembangunan gerbang tersebut. Namanya doang sih gerbang, aslinya
kayak benteng yang luas banget. Dan disitu terdapat berbagai suku yang sedang
menjalani hukuman.
Awal konflik adalah ketika bangsa Romawi berniat
menguasai banteng tersebut. Pertarungan pun tak terhindarkan. Awalnya sih aku
pikir semua pasukan bakal bertempur. Ternyata yang bertarung hanyalah Huo An
(Jackie Chan) dan Lucius (John Cusack). Pertarungan yang malah menjadi awal
persahabatan mereka.
Jackie masih mempertahankan gaya bertarungnya dengan
ciri khas komedi. Apalagi pas dia bertarung dengan wanita bercadar dari suku
Han. Bikin ngakak. Hal inilah yang membedakan dia dengan aktor laga lainnya.
Tapi, di beberapa adegan pertarungan, gaya komedinya hilang. Berganti dengan
seni beladiri yang membuat mulut berdecak kagum.
Di film ini juga ada adegan ketika Jackie dan “kelompok
timur”bernyanyi dengan bahasa mandarin. Lagu yang gembira. Kemudian dibalas
dengan sebuah anthem kebangsaan
bangsa Romawi, mewakili “kelompok barat”. Sekilas aku merasa seperti mendengar
lagu anthem Liga Champions. Mereka
bernyanyi tanpa diiringi alat musik. Tapi bisa membuat merinding. Rasa
nasionalisme mereka keluar dengan dahsyat ketika menyanyikan lagu tersebut.
Bahkan beberapa di antara prajurit Romawi menangis. Lumayan bikin haru.
Yang membuat bikin haru juga adalah ketika prajurit
Romawi dan penghuni Gerbang Angsa, bahu-membahu menyelesaikan pembangunan
gerbang. Mengajarkan arti persahabatan.
Ketika konflik semakin memuncak, ditampilkanlah laga
kolosal yang benar-benar bikin susah bernapas. Pertarungan antara bangsa Romawi
dengan jumlah prajurit ratusan ribu, melawan 5 suku yang mendiami wilayah Jalur
Sutra. Mengapa bangsa Romawi malah bertarung dengan suku-suku di wilayah Jalur
Sutra? Makanya nonton. Biar gak penasaran.
Oh ya. Akting Adrien Broody sebagai Tiberius, wajib diacungi jempol. Benar-benar keren. Perilakunya yang kejam dan tak kenal ampun, dibalut secara sempurna dengan ketenangan emosi dan tatapan mata sendu. Cewek kalau ditatap gitu pasti hidungnya langsung insomnia.
Oh ya. Akting Adrien Broody sebagai Tiberius, wajib diacungi jempol. Benar-benar keren. Perilakunya yang kejam dan tak kenal ampun, dibalut secara sempurna dengan ketenangan emosi dan tatapan mata sendu. Cewek kalau ditatap gitu pasti hidungnya langsung insomnia.
Yang kurang aku sukai adalah ketika Jackie berpidato
ke penghuni Gerbang Angsa. Karena dia nyerocos dalam bahasa mandarin, rada
bosen dengernya. Kalimat motivasi gitu deh. Kalau dibawa ke versi Indonesia,
mungkin kayak motivator yang membangkitkan kesedihan peserta dengan memutar
lagu sedih dan mendayu-dayu. Lalu mengingatkan kebaikan orangtua kita, rasa
capek mereka di ladang, lalu kita cuma menikmati aja tanpa bersyukur. Kita
malah sering membentak mereka. Kemudian peserta nangis. Antara nangis beneran
atau pencitraan doang. Pernah ngalamin motivasi jenis ini gak?
Satu lagi yang bikin aku iri dengan Jackie Chan
adalah yang jadi pacar atau istrinya di film pasti cantik-cantik banget. Dia
udah kayak James Bond versi China. Di film ini dia punya istri yang muda
banget. Malah lebih cocok jadi adik daripada istri. Para jomblo iri dengan
sukses.
Hal lain yang kurang sreg, Jackie kayak Dewa Perang.
Dia udah kena panah di punggung dan kaki, kena tombak di lambung. Tapi, masih bisa bertarung dengan jago. Dan kamu masih sedih karena masih jomblo? Malu
tuh sama Jackie.
Untuk film ini, aku ngasih rating 4.00/5.00.
Btw, ini adalah pertama kali aku bikin review tentang film. Semoga tidak mengecewakan. Kuharap juga bisa terus membuat review yang lebih baik.
Btw, ini adalah pertama kali aku bikin review tentang film. Semoga tidak mengecewakan. Kuharap juga bisa terus membuat review yang lebih baik.
Sekian movie
review hari ini. Buat yang udah nonton, yuk ceritain bagian mana yang kamu
suka dari film ini. Yang belum nonton, gih sana beli tiket bioskop. Trus
nonton. Gak usah ajak pasangan. Sendiri aja. #JombloCariKawan.
Salam Asal.
Itu motivasi yang bikin nangis retret. xD
ReplyDeleteBagus kok cara ngeriviewnya, Man. Yang penting gak ada spoiler adegan klimaksnya aja sih. Ini komentar gue udah cocok belom buat ngomentarin review film?
hahaha. lo pernah ngalamin motivasi gitu juga ya?
Deletekomentar lo sih udah cocok banget, Haw
Udah lumayan bagus kok cara ngereviewnya. Ga. Lo kasih rating 4.00 gue jadi kepengin nonnton. :)
ReplyDeleteAnyway, sebenernya gue males baca review film, buku, dll. Takutnnya dalam review tersebut ada kebocoran pada plot kuncinya. Entah kenapa gue lebih suka saat lo me-review koala kumal. Lo lebih banyak memasukkan sudut pandang lo mengenai bukunya, dibanding menceritakan isi bukunya.
Jangan dimasukin hati omongan gue, Ga. Biasanya jomblo kawakan, pertahanan sabarnya lebih kuat. hahaha.
elah. pake bawa nama jomblo lagi. nyebut,Mat. nyebut. nanti lo kena azab loh. hahaha
Deleteiya. emang gua agak bedain review film dan novel. jadi, ya gini deh. silakan ditonton
Kirain udah pensiun.
ReplyDeleteKeren deh, di usia yang udah akil baligh ke 2 masih bisa bikin film.
Biasanya filmnya kocak, yg ini ada humornya juga ga, bro?
yang ini ada humor. tapi gak terlalu banyak. mungkin karena dia udah makin tua, dia lebih banyak masukin unsur kebijaksanaan.
DeleteMungkin si Jackie harus dipertanyakan kemanusiaannya. Dia manusia atau apa, masih segar bugar gitu. :))
ReplyDeleteBelum nonton filmnya. :))
Cara reviewnya bagus.. Ajarin dong. Aku belum pernah bikin review buku, film, makanan, dll. Hehehe. :D
mungkin dia manusia setengah salmon.
Deletetonton dong
Lah, lo lebih jago dari gua sebenarnya -_-. tapi suka merendah mulu.