Wednesday, December 31, 2014

Secuil Kisah Pulang Kampung 2

Sekitar empat hari setelah sampai di Nias, ada kejadian menggemparkan di malam hari. Semua orang berbondong-bondong melihatnya. Ya, aku juga ikutan dong. Aku nyusul mereka dari belakang. Setelah beratus-ratus meter, ternyata tujuannya adalah pelabuhan.

Aelah. Kirain tempat apaan. Apa sih istimewanya pelabuhan? Cuma sekumpulan kapal yang berlabuh. Bukan jodoh juga yang berlabuh. Iseng-iseng nanya, ternyata ada kapal besar yang akan berlabuh. Yahhh... padahal sih aku berharap ada Katara yang lagi nunjukin pengendalian airnya.

Kotaku ini benar-benar kekurangan hiburan deh kayaknya. Jadi kedatangan kapal besar aja, bisa memancing ratusan orang datang ke pelabuhan. Disini emang gak ada warung-warung ber-AC sebangsa Ind*maret atau Alf*mart. Adasih minimarket, tapi bukan waralaba. Beda dengan Medan, dimana tiap 100 meter ada Ind*maret. Disini lebih banyak warung tradisional.

Yah, karena udah terlanjur disini, aku berjalan-jalan sejenak. Pelabuhan ini beneran rame banget. Hampir penuh. Mulai dari tukang becak, pedagang asongan (btw, mereka dagangnya di atas gerobak pasir. Anti-mainstream), calon penumpang, polisi, sampai ke orang iseng kurang kerjaan kayak aku.

Di suatu sudut pelabuhan, ada sebuah keluarga. Sang Ayah jongkok sambil nyuapin anak dan istrinya. Makanan mereka cuma sebungkus nasi dan sebotol air mineral. Agak nyess melihatnya. Benar-benar wujud harafiah dari “mencari sesuap nasi”. Tapi mereka senang-senang aja. Senyum tetap terukir di wajah mereka.

Aku berjalan beberapa langkah. Sekelompok anak perempuan sedang asyik bermain di atas batu yang lumayan besar. Mereka bertingkah layaknya petinju pro, kaki sibuk menari-nari untuk menjaga keseimbangan. Dan sekali lagi, dengan permainan sederhana seperti itu, tawa riang terdengar. Aku bahkan udah lupa cara bermain imajinasi seperti itu. Semakin dewasa malah semakin rasional dan menolak berpikir imajinatif.

Tidak jauh dari situ, ada sebuah keluarga dengan dua orang anaknya yang masih kecil. Dengan pipi tembam menggemaskan. Si kakak tiba-tiba berdiri, menyambar botol mineral dari tangan ayahnya. Dia lalu berlagak layaknya David Beckham. Bersiap-siap menendang sebotol mineral. Dia berlari kecil dengan gayanya yang lucu, mengambil ancang-ancang...dan menendang botol aqua sekuat tenaga dan.... sandalnya terlepas. Melayang. Nyaris masuk ke dalam laut. Dia lalu jatuh terduduk.

Si Adik melihat itu, langsung tertawa terbahak-bahak. Khas tawa anak kecil. Diikuti dengan kedua orangtuanya. Mereka tertawa begitu lepas. Kakaknya yang awalnya kebingungan, ikut tertawa juga sambil bergelayut di pundak ayahnya. Menyembunyikan rasa malu.

Rasanya sudah lama sekali aku tidak mendengar tawa selepas itu. Tawa yang dulu hanya kusaksikan di TV, sebagai gambaran keluarga ideal. Siapa sangka aku kembali menyaksikannya di tempat seperti ini. Di pelabuhan. Bahagia memang betul-betul sederhana.

Kota ini memang kekurangan hiburan. Lebih tepatnya hiburan modern. Disini tidak ada supermarket, mall, bioskop dan lain-lain. Tapi mereka tetap bisa menghibur diri dengan hal-hal kecil nan sederhana. Mereka bermain dengan imajinasi. Ada baiknya juga modernisasi tidak terlalu kuat pengaruhnya disini.

TUUUTTT. Terdengar peluit nyaring. Ah, itu dia si kapal besar. Dia sudah hampir berlabuh. Ratusan orang melambai dari kapal. Mengingatkanku akan film Titanic. Aku bergegas mendekat. Siapa tau bisa berjumpa dengan Jack dan Rose. Hehe.



18 comments:

  1. enak banget ya yg pulang kampung naik kapal besar, semoga nantinya bisa kembali ke tempat tujuan dgn selamat...

    ReplyDelete
  2. iya justru suasana kayak gitu walaupun sederhana tapi jauh lebih menyenangkan untuk dinikmati, ketimbang hiburan modern :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener nih. hiburan modern sekarang malah semakin menjauhkan

      Delete
  3. Itu lo pas ngintilin orang org sendirian bang?
    Btw ini bagus ceritain orangnya wkwk
    Tapi gue lebih suka yg kesatu..
    Gue tunggu yang ketiga yah bang hehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. ngintilin itu apa sih?
      kayaknya yang ketiga gak ada sih. gua gak suka orang ketiga soalnya

      Delete
  4. selamat tahun baru sobat,,,
    salam kenal

    ReplyDelete
  5. kayak titanic gitu ya jack sama rose :)

    ReplyDelete
  6. Bahagia itu sebenarnya sederhana. Standarnya kalok bisa bareng keluarga terus ya pasti bahagia. :)

    ReplyDelete
  7. hahaha. lucu bro...
    salam kenal and visit back yaa..
    katamiqhnur.com

    ReplyDelete
  8. hahaha.. terus gimana ketemu ga sama jack dan rosenya ? kalo ketemu salamin lah :D

    ReplyDelete
  9. Jadi kangen suasana kaya gitu lagi. Suasana di postingan lo ini dulu banget gue rasain pas masij kecil. Sekarang boro2.

    Gue pulkam juga sama aja. Udah berubah. Bahkan lapangan buat main masa kecil aja udh jd rumah menyedihkan :( boca-bocah SMP udah pd gegayaan ngebut2an naik motor. Hadeh~~

    ReplyDelete

Berkomentarlah sebelum berkomentar itu diharamkan