Sunday, June 29, 2014

[Review Novel] Ayahku (bukan) Pembohong

Judul : Ayahku (Bukan) Pembohong
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 200 Halaman
Harga Buku : Rp 55.000
Penulis : Tere Liye



Blurb :

Kapan terakhir kali kita memeluk ayah kita? Menatap wajahnya, lantas bilang, kita sungguh sayang padanya? Kapan terakhir kali kita bercakap ringan, tertawa gelak, bercengkerama, lantas menyentuh lembut tangannya, bilang kita sungguh sayang padanya?
Inilah kisah tentang seorang anak yang dibesarkan dengan dongeng-dongeng kesederhanaan hidup. Kesederhanaan yang justru membuat ia membenci ayahnya sendiri. Inilah kisah tentang hakikat kebahagiaan sejati. Jika kalian tidak menemukan rumus itu di novel ini, tidak ada lagi cara terbaik untuk menjelaskannya.
Mulailah membaca novel ini dengan hati lapang, dan saat tiba di halaman terakhir, berlarilah secepat mungkin menemui ayah kita, sebelum semuanya terlambat, dan kita tidak pernah sempat mengatakannya.

Keren ya blurbnya. Gua merinding baca blurb tersebut. Sehingga memutuskan untuk membeli novel ini. Novel Ayahku (bukan) Pembohong.

Novel ini dimulai dari seorang anak bernama Dam, yang sangat menggilai sepakbola. Sang Kapten adalah pesepakbola favoritnya. Dan terlebih lagi, ternyata Sang Kapten adalah teman baik ayahnya. Bukankah itu luar biasa? Ibaratnya Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi adalah teman dekat ayah lo. Teman main guli pas kecil. Temen main petak umpet. Siapa anak yang tak bangga?

Cerita mengenai Sang Kapten, hanyalah satu dari sekian banyak cerita yang diceritakan ayahnya kepadanya. Cerita yang mengajarkan dia mengerti tentang kesederhanaan, bagaimana menghadapi cemooh, bagaimana seharusnya kita bersikap kepada yang lebih tua. Tapi kesederhanaan Dam, malah mengundang amarah temannya, yang iri karena banyak yang menyukai Dam.

Tapi, seiring berjalannya waktu, Dam mulai meragukan cerita ayahnya. Ia pun mencari tahu kebenaran cerita-cerita tersebut. Puncaknya adalah ketika ibunya meninggal, dia membenci ayahnya. Membenci semua cerita ayahnya. Dia meninggalkan ayahnya sendirian, dan pergi melanjutkan sekolah.

Walaupun, nanti ayahnya bergabung dengan keluarga Dam, Dam tetap membenci ayahnya dan cerita-cerita yang dianggapnya hanyalah dusta, hanya karangan ayahnya. Karena itu dia berusaha sebisa mungkin menjauhkan anak-anaknya Zas dan Qon dari pengaruh cerita ayahnya.

Karena suatu sebab, Dam mengusir ayahnya dari rumah. Keesokan harinya, ayahnya ditemukan pingsan di pusara ibunya. Dam mulai membuka hatinya lagi terhadap ayahnya, dan mendengarkan cerita terakhir darinya. Cerita yang mengajarkan tentang cara menemukan kebahagiaan sejati. Setelah selesai bercerita, ayahnya meninggal keesokan harinya.

Di pemakaman ayahnya itulah, semua rahasia mulai terkuak. Kebenaran memang akan muncul dengan sendirinya. Kebenaran hanyalah satu. Dan ketika itu telah muncul, kadang hanya penyesalan yang bisa kita ratapi.

Novel ini menggunakan alur campuran. Terkadang bercerita tentang Dam yang sekarang, Dam yang telah membenci cerita ayahnya. Tapi, lebih sering bercerita tentang pengalaman Dam kecil, dan bagaimana cerita ayahnya berpengaruh besar dalam membentuk sifatnya.

Tere Liye memang dikenal piawai dalam memainkan emosi pembaca. Lewat jalinan ceritanya yang seakan-akan membuat kita merasakan langsung cerita tersebut.
Tapi tetap saja ada sedikit kesalahan dalam novel ini. Bukan kesalahan dalam editorial, tapi lebih ke kesalahan logika berpikir.

Dimulai dari halaman 8, paragraf pertama. Ini cerita ketika dia menggunakan alur mundur. Disitu tertulis  “30 tahun yang lalu”. Tapi di halaman 13, paragraf awal juga, pada saat kejadian yang sama, disitu tertulis “Dini hari itu, 20 tahun silam”. Bukankah itu aneh. Ada jarak 10 tahun



























Lalu di halaman 9, paragraf ketiga, baris akhir. Tertulis “ Dua klub terbesar dari dua negara saling bertemu.” Lalu disambung “ Sang juara bertahan, melawan klub underdog”. Nah mari kita pikir, apakah klub underdog adalah klub terbesar? Bukankah klub underdog adalah klub yang tidak diperhitungkan? Kenapa dia malah menyandang gelar klub terbesar? Hal ini ditegaskan di halaman 11, “Tanpa Sang Kapten, tim mereka hanya sekumpulan pemain biasa berseragam merah.”


Nah kan, bukankah klub terbesar itu adalah klub yang mempunyai segudang pemain bintang? Bukan cuma satu orang pemain bintang.

Lanjut ke halaman 244-255, paragraf akhir dan paragraf awal. Tertulis “ Senyum gadis itu mengembang. Rasa-rasanya aku mengenalnya. Tentu saja cantik. Sejak kecil dia sudah terlihat cantik”


























Kita ambil kesimpulan, dia sudah mengenal gadis itu sejak kecil.

Tapi di paragraf kelima, halaman 255, dia kembali menyangkal kesimpulan tersebut dengan “ Aku termangu. Benar, aku mengenal gadis ini, entah kapan, aku lupa”
Kalau Dam lupa kapan mengenal gadis ini, kenapa dia tau kalau sejak kecil gadis itu sudah terlihat cantik? Bukankah itu janggal?


Novel ini bergenre dewasa. Entah kenapa ditulis novel dewasa. Padahal menurut gua, ini adalah novel yang cocok dibaca semua umur. Tidak ada bahasa vulgar dan semacamnya. Murni pemahaman tentang hidup.

Secara keseluruhan, novel ini gua beri rating 4,5/5.

Sangat gua rekomandasikan buat lo baca. Karena kita bisa belajar banyak dari novel ini. Di dalam novel ini juga banyak banget kata-kata ajaib, yang bisa membuat lo termotivasi. So, grab it fast in bookstore

Ini adalah review novel pertama gua. Silakan beri kritik dan saran terkait cara penulisan gua. Supaya bisa gua jadikan pelajaran di review berikutnya.

Buat yang udah baca, bisa saling share pengalaman setelah membaca novel ini.
Jangan lupa follow blog gua, supaya lo bisa update artikel terbaru dari gua.
Ciaoooo

13 comments:

  1. Menarik, buat penasaran, dan mungkin akan tersentuh, tapi yang jelas, gue jadi makin kangen Ayah. :'))

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. Pokoknya endingnya seru. Ternyata selama ini bapaknya si Adam gak pernah bohong....

      Delete
    2. wah wah. spoiler kelas berat ini.
      gaes, abaikan komentar ini ya. hahaha

      Delete
  3. Belum baca. Tapi beberapa novel Tere Liye lainnya sudah gue baca. Cara mereviewnya udah keren kok.

    http://bukuguebaca.blogspot.com/2014/04/55-resnov.html ---- Hafalan Solat Delisa
    http://bukuguebaca.blogspot.com/2014/04/54-resnov.html ----- Berjuta Rasanya
    http://bukuguebaca.blogspot.com/2014/04/resensi-novel-daun-yang-jatuh-tak.html --- DYJTPMA

    ReplyDelete
    Replies
    1. serius? wah makasih ya kak.
      wah, banyak review karya Tere Liye lainnya ya

      Delete
  4. Temen gue beberapa hari lalu beli, dan langsung nangis di awal2 baca. Ditambah, abis baca review ini makin tertarik buat minjem bukunya.

    ReplyDelete
  5. Udah lama banget nggak baca novelnya Tere Liye, dan ini salah satunya yang belum aku baca. Penasaran sama novelnya gara-gara baca sekilas sinopsis ceritanya.

    Udah keren kok kalau menurut aku, cara kamu ngereview...
    FYI, blog aku isinya kebanyakan tentang review novel semua :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. monggo dibeli kak.
      wah seriusan :o
      padahal ini pertama kali loh. makasih ya kak.
      oke meluncur ke blognya :))

      Delete
  6. Udah pernah baca. Dan menurut gue ini novel fiksi terbaik di Indonesia yang pernah gue baca. Kereenn abis novelnya Tere Liye.

    ReplyDelete

Berkomentarlah sebelum berkomentar itu diharamkan