Saturday, May 31, 2014

[CERPEN] Dinding Rahasia




BRUKK.

Kuhempaskan koperku ke ubin. Hidungku menghisap oksigen dengan ganas. Uaahhh, capek sekali rasanya. Aku baru saja pindah ke kos-kosan ini. Dari dulu aku paling tidak suka berpindah-pindah. Menyusun barang-barang dalam dus, mengangkutnya ke tempat tinggal baru, membukanya dan kembali menyusunnya. Memikirkannya saja sudah membuatku lelah.

Tapi aku terpaksa pindah ke tempat ini. Di kosanku yang lama, semakin sesak saja. Ditambah mereka yang berpacaran, seenak upilnya keluar masuk. Membuatku jengah. Dan membuat iri tentu saja.

Kupandangi keadaan kamar kosku yang baru. Masih banyak debu menempel disana sini. Jaring laba-laba menempel di sudut langit-langit. Uhh, besok aku harus membersihkannya. Dindingnya dipenuhi coretan-coretan aneh. Pemilik sebelumnya pasti bercita rasa seni tinggi.

Kurebahkan badanku di kasur. Hidungku mengendus-endus bau tak sedap dari bantal. Selain berseni tinggi, pemilik sebelumnya juga sangat jorok. Tapi ya sudahlah, aku terlalu capek untuk memikirkan ini semua. Mataku semakin berat, langit-langit kamar terasa berputar, dan detik berikutnya aku sudah melayang ke pulau kapuk bersama Maudy Ayunda.
***
Hmfff....Hmfff......

 Sesuatu terasa menggelitik hidungku. Kukerjap-kerjapkan mataku. Kesadaranku masih belum utuh. Bayangan samar menari-nari di pelupuk mataku. Lama-kelamaan bayangan itu mulai nampak jelas.Bayangan seorang....

“Selamat pagi, Tetangga. Wah, ternyata dirimu capek sekali ya. Kau sudah tertidur sekitar 12 jam 5 menit 30 detik. Kau pindahan darimana? Kok pindah kesini? Oh ya, kenalin namaku Dira, aku penghuni kos sebelah.” Seorang wanita yang tidak kukenal mengoceh panjang lebar.

Kepalaku masih berdentam-dentam. Siapa cewek ini? Kenapa dia bisa ada disini?  Dan Kenapa dia cerewet sekali.

“Ah kau pasti masih capek. Mau kubuatkan teh manis, kopi, cappucino, jus?” tawarnya.
Selain cerewet ternyata dia juga pelayan.

“Tidak usah. Aku tidak lapar. Eh,haus.” Nyawaku belum terkumpul semua.
“Ngomong-ngomong, kenapa kau ada disini?” Kulirik pintu kamarku, masih terkunci rapat. Aku memikirkan kemungkinan terburuk. Apakah dia pemerkosa?

“Emm. Sebelum kujawab, mungkin kau ingin membetulkan letak celanamu. Sesuatu tampaknya menonjol dari situ.”
Aku menatap celanaku. “dia” menyapaku dari balik celana. Holy shit. Fuck men,fuck. Umpatku.

Aku menarik selimut dan membungkus badanku rapat. Aliran darah terasa memenuhi wajahku. Hangat. Dira tertawa keras. Rasanya kalau ada telor diceplok ke wajahku sekarang, pasti langsung matang saking panasnya wajahku.

“Santai aja lagi. Gak usah malu-malu gitu.” Dira susah payah menahan tawa. Dan aku susah payah menahan malu.

“Eh, kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kau bisa ada di kamarku!?” bentakku.
Wajahnya sedikit memucat. Mungkin dia kaget dibentak seperti itu. Tapi dengan cepat dia menguasai keadaan.

“Sini, aku tunjukkan satu keajaiban.” Dia beringsut menuju pojok kamarku. Aku hanya menatapnya. Enggan mengikuti geraknya.

Dia meraba-raba sisi dinding. “Bersiap-siaplah untuk melihat keajaiban.” Seulas senyum nakal dia lempar ke arahku. Tangannya menekan dinding. Dan luar biasa, dindingnya berputar secara vertikal, memperlihatkan sisi lain dari kamar. Ini seperti film- film yang sering kutonton. Rumah-rumah yang dilengkapi dengan dinding rahasia. Untuk memudahkan tokoh utama kabur ketika dia dalam keadaan terjepit.

Rasa ingin tahuku menggelegak. Kulempar selimut dan bergegas menghampiri dinding tersebut. Kulongokkan kepalaku kedalam dinding tersebut.

TOKK.

“Aduh. Apa-apaan sih. Main ketok aja. Kalau mau ketok, tuh sana kerja di ketok magic, jangan kepalaku yang diketok.” Aku meringis kesakitan. Kampret juga nih cewek lama-lama.

“Makanya jangan sembarangan, ngintip-ngintip kamar orang lain. Itu kan kamar cewek, cowok gak boleh lihat.”

“Lah. Terus kau, masuk ke kamar cowok, gangguin orang tidur. Itu apa namanya? Kalau kau bisa , kenapa aku gak.” Disaat inilah emansipasi cowok harus ditegakkan.

“Hahaha. Ya jelas dong. Cowok kan selalu salah.” Dia menutup dinding rahasia itu lagi. “Pokoknya hanya aku yang bisa menggunakan dinding ini. Kau tidak boleh.”

Huh. Dasar cewek aneh. Aku menghampiri kasurku. Ingin melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. Duh, Maudy Ayunda pasti kesal kutinggal sendirian di pulau kapuk.

“Eh,eh. Kau mau ngapain? Temenin aku ngobrol dulu lah. Minimal kita kenalan dulu.”
Aku meraih guling. Mengambil posisi tidur membelakangi Dira, “Bodo amat.”

“Yah, parah amat sih. Jarang-jarang kan bisa kenalan sama cewek secantik aku.” Dia mendekat ke arahku. Mencolek-colek pinggangku.

“BODOOOO!!!!”

***
Aku tersadar sekitar 8 jam kemudian. Mataku mengerjap-ngerjap. Berusaha menggali ingatan, sedang dimanakah aku sekarang?

Potongan berbagai kejadian berkelebat di kepalaku. Gambar tentang aku yang baru pindah kos, tentang cewek aneh, dan tentang dinding rahasia. Kupalingkan kepalaku ke arah dinding rahasia tersebut. Tampak biasa saja.

Aku beringsut mendekatinya. Berlagak detektif, kuketok-ketok dinding tersebut, memastikan ruang disebelahnya kosong. Suara yang terdengar padat, tidak nyaring. Aku menggaruk kepalaku, apa itu semua mimpi ya?

Kudorong dinding itu sekuat tenaga. Tapi dia bergeming.

Perutku mulai keroncongan. Lebih baik aku makan dulu, baru kupikirkan masalah ini. Di depan kosan, seorang tukang bubur sibuk menjajakan dagangannya. Aku memesan seporsi bubur ayam dan teh manis hangat.

“Pendatang baru ya?” tanya seorang cowok kepadaku.
Aku mengangguk. “Baru datang kemarin. Tinggal disini juga?” tanyaku.
“Iya. Aku tinggal di kamar nomor 14. Ngomong-ngomong, namaku Panji.” Dia mengulurkan tangan.
“Ryan.” Aku menyambut uluran tangannya. “Aku tinggal di kamar nomor 12.”

Dia hanya mengangguk, kemudian meneruskan makan.
Pesananku datang. Masih mengepul, menguarkan aroma yang menggelitik hidung. Air liurku terbit. Aku makan perlahan, sambil meniup setiap suapan.

“Eh. Kau tau cewek penghuni kamar disebelah kamarku?” Aku berusaha mencari informasi mengenai cewek aneh kemarin.
Panji menoleh. Dahinya berkerut. “Cewek yang mana? Kayaknya yang tinggal disini cowok semua deh.”

“Itu tuh cewek yang tinggal di kamar nomor 13. Kemarin dia malah main ke kamarku. Pake dinding rahasia gitu.” Aku tertawa, sambil tetap menyuap bubur ayam. Hmm, enak juga. Harus berlangganan nih.

Panji meletakkan sendoknya. “Bukan Dira kan maksudmu?” Dia menatapku tajam.
“Nah itu.” Aku menyesap teh ku. “Dira. Kau kenal juga rupanya.”
Kebisuan tiba-tiba menyerang. Bahkan burung seperti malu bersiul. Aku melirik Panji sekilas.

Wajahnya mendadak seperti tanpa darah. Pucat pasi. Bibirnya bergetar. “T-tidak mungkin. Kau pasti bercanda, kan?”
Aku mengernyitkan dahi. Buat apa juga aku bercanda? “Nggak kok. Serius, dia kemarin main ke dalam kamarku. Aku udah takut bakal diperkosa.Hahaha.” Tawaku berderai.

Panji menunduk. “ Dia sudah meninggal tiga bulan yang  lalu. Bunuh diri di kamar tersebut.”
Tawaku menggantung di awang-awang. Berganti dengan rasa ngeri yang menjalar di tulang punggungku. Bulu kudukku perlahan meremang.

“J-jadi dia sudah...” Aku mengusap wajah. “Lalu siapa yang datang ke kamarku itu?” Ototku lemas. Bubur ini mulai terlihat tidak enak lagi.

Panji mengedikkan bahu. “Mungkin dia ingin menyapamu.  Atau ingin membawamu.” Panji tersenyum ganjil.

Aku menatap Panji. Bukan, lebih tepatnya aku menatap sesuatu di belakangnya. Seseorang yang berpakaian putih dengan wajah sepucat salju, dan lelehan darah kering mengalir di mulutnya. Dengan bola mata yang menjuntai keluar.

Aku tercekat. Tak bisa berkata apa-apa. Segenap bulu di tubuhku meremang sempurna.

DIRA !!


Nah, gimana cerpennya. Bagus gak? Gua masih belum cukup bisa mengolah cerita horor. jadi sangat mohon saran dan kritik lo semua. silakan di share di kotak komentar semua saran dan kritik lo. terimakasih





48 comments:

  1. Awalnya lucu kenapa jadi horror sih...

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya emang mau buat twist gitu sih maksudnya. gagal kayakna

      Delete
  2. well sudah di posting duluan malahan haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha. maaf ya nof. kehabisan bahan blog soalnya. gapapa kan ya?

      Delete
  3. gua msh hrs`asah skill cerita horor nih.
    makasih sarannya dea

    ReplyDelete
  4. kaget! hahaha lucu permainan alurnya.. gue gak ketakutan sih, mungkin karena eventnya terlalu cepat. kalo dikembangin bagus kali jekkk hihi

    ReplyDelete
  5. Hahaha..
    Ini namanya horor komedi sobat. :D
    Kayaknya semua tokoh orang batak ya sobat. Hihihi..

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini kayaknya aku tau nih siapa yang komen. iya kan sobat?

      Delete
  6. tulisannya lumayan. kenapa enggak buat novel aja ? :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah masih byk kekurangan gini kok. belum pede buat novel. hehe

      Delete
  7. Bagus juga nih. Tapi kurang 'greget' , next time bisa diperbaiki lagi ya hehe.
    Tapi udah bagus kok :)

    ReplyDelete
  8. Keren nih, Bro. Tapi, pas si Dira-nya nongol, feelnya nggak dapet. Semoga cerpen selanjutnya lebih baik lagi ya :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. ah imas udah pake bra bro aja nih.
      amin deh :)

      Delete
    2. Hahaha kan biar kayak anak gaul. Kalo nggak pake bro, terus pake apa dong?

      Delete
  9. gaberani baca terusannya yang pas lagi ngobrol di tukang bubur.

    Hei, lo dapet Liebster Award dari gue http://aulizaizaa.blogspot.com/2014/06/the-liebster-award.html

    ReplyDelete
    Replies
    1. loh kok gak berani. klimaksnya disitu padahal.
      makasih awardnya ya

      Delete
  10. Gua kayaknya kebawa suasana dalam ceritanya hahah.
    Gimana sih, biar bisa nulis kayak gini?
    Sebelum klik publish, biasanya dibaca-baca ulang berapa kali?

    ReplyDelete
    Replies
    1. duh bro. gua kurang jago kalau buat pelatihan menulis. hehe
      biasanya sih gua baca dua kali dalam seminggu. ini udah mengendap selama sebulan

      Delete
  11. Replies
    1. wah masa sih bro? yg lain pada gak setuju tuh kayaknya

      Delete
  12. Lumayan nih asik ceritanya, tapi horrornya gak dapet gara2 awalnya lucu

    Gue nyoba2 nulis horror gak bagus2 hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah. jadi berbeda dua suasana gitu ya.
      gua juga gak bagus nih nulis horor

      Delete
  13. keren, sebenarnya dari awal ada yang gak beres ama si DIRA tapi gak tahu apa, kubacai satu huruf ke kata ke kalimat ke paragraf dan ending ternyata si DIRA kampret adalah hantu

    nice work cuy, salam dari penikmat fiksi

    ReplyDelete
    Replies
    1. ah. kau udah tau aja ada yg gak beres. haha
      kau bilang kampret pulak. nanti didatanginya kau.
      haha. salam kembali cuy

      Delete
  14. lebih oke kalau nulis cerita komedi, sepertinya.
    kiasan-kiasannya bagus--dan bikin iri. tulisan-tulisanku selalu terkesan serius karena langsung pada intinya--mengalirkan cerita dengan baik. meski kiasannya terkesan lucu, mungkin karena jiwa komedi penulis.

    ReplyDelete
    Replies
    1. bikin iri kenapa?
      wahahaha, masa sih gua cocok nulis komedi. gua padahal terkesan serius juga.

      Delete
  15. Hi Arman, you got The Liebster Award from me!
    http://siregarkhairunnisa.wordpress.com/2014/06/05/the-liebster-award/

    ReplyDelete
  16. Wah bagus, Bang ini ngetwistnya nggak maksa lho :))
    Udah serem gini tapi untung aja ngga ada gambar seremnya, kalo sampe ada aku nggak mau main ke Coretan Asal lagi ya. Titik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah, makasih ya ma.
      duh, serem juga ancemannya. lebih serem dari cerita ini

      Delete
  17. bang Liebster Award nih dari gua terima ya. :D http://syarifatuladibah.blogspot.com/2014/06/liebster-award.html

    ReplyDelete
    Replies
    1. okee. jadi gua udah dapat 3 award, dan belum menyelesaikan satupun.

      Delete
  18. gue tadinya sih mikir nya si dira itu cuma di mimpi doang, ternyata setan. Jiah..

    Nice story gan. Lanjoot!

    ReplyDelete
  19. udah 4 award. mulai puyeng gua ini

    ReplyDelete
  20. Terlalu simpel.. kurang aja rasa penasaran nya..hahaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. jarang-jarang kau mau ngomen di blogku fi. haha
      iya, nanti dibuat yang lebih bikin penasaran

      Delete
    2. Hahaaha keajaiban dunia kan :p

      Delete
  21. Keren bang. Gue suka gimana cara lo pelan-pelan ngajak pembaca ke akhir cerita. Endingnya sukses bikin merinding.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah ada yg merinding juga ternyata. terimakasih Tuhan. *sujud syukur*

      Delete
  22. Baca judulnya langsung bikin gue berkhayal ceritanya bakalan ala-ala detektif.. Tau2nya cerita horor... Tapi bagussssss...

    Yang gue gak suka cuma satu, gak usaj sok akrab sama Maudy Ayunda deh. Haha

    Ditunggu cerpen2 nya lagi deh.. Tapi tanpa maudy ayunda ya.. Wkwkw

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih Cup :)

      emang lo siapanya Maudy Ayunda? yee. kok dilarang. hahaha

      Delete
  23. Ga, diksinya masih terlalu santai. Kalau mau membangun kesan horror, pilihan diksi yang sedikit formal bisa membantu membangun kesan horornya. Karena ada 'kekakuan' di dalam diksinya.

    Tapi alurnya ......gimana ya...dibilang bagus sih enggak, tapi unik. Hahaha. Kembangin lagi aja Ga.

    :*
    Much Love

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh jadi kalau horor harus pake bahasa formal gitu ya kak? oke. catet.
      hiks, alurnya dibilang gak bagus. :(((

      Delete

Berkomentarlah sebelum berkomentar itu diharamkan