Kusesap perlahan kopi yang sedari tadi belum kusentuh. Kepulan asapnya
sudah mulai menghilang, tapi aromanya masih tajam. Kulirik perlahan jam
tanganku. Sudah pukul 12.30 WIB. Berarti sudah hampir setengah jam aku di sini,
di Bandara Polonia Medan. Sahabatku, Ryan, akan datang berkunjung, dan aku
berbaik hati menjemputnya. Sialnya, aku terlalu cepat datang.
Jadi, disinilah aku. Duduk sendirian ditemani secangkir kopi yang sudah
dingin. Sementara kawanku akan datang sekitar setengah jam lagi. Hebat.
Kuamati keadaan sekitar, sekedar mengusir rasa suntuk.
Di luar kafe, seorang anak kecil berteriak girang sembari bertepuk tangan
dengan heboh ketika seorang pria paruh baya mendekatinya. Mungkin itu
ayahnya. Dan wanita di samping anak itu pasti ibunya.
Mereka bertiga berpelukan. Ah, seperti teletubbies saja, pikirku.
Si ayah mencium kening istrinya lembut. Anaknya juga melonjak-lonjak, ingin dicium.
Oke, sekarang aku cemburu. Jomblo sepertiku mendapatkan ciuman dari siapa?
Senyum sumringah tidak hentinya menghiasi wajah mereka. Mungkin mereka
telah berpisah sekian lama. Aku jadi ikut tersenyum. Membayangkan apakah aku
bisa memiliki keluarga seperti itu.
Kuedarkan lagi pandanganku. Kali ini aku melihat sepasang kekasih sedang
memadu cinta di pojokan kafe. Ah, anak muda jaman sekarang. Taunya cuma
pacaran. Huh.
“ Ah, kamu cuma iri saja. Karena tidak pernah pacaran.” Kata hatiku
sendiri.
“ Hei. Aku cuma ingin fokus belajar” dalihku membela diri.
“ Heleh. Kamunya saja yang terlalu pengecut untuk mengungkapkan perasaan.”
“ Mereka tuh yang tidak bisa membaca pikiranku.” aku ngotot.
“Sejak kapan kamu punya pikiran?”
Oke. Ini mulai konyol. Aku bertengkar dengan diriku sendiri. Dan sialnya
lagi, aku kalah.
***
Pintu kafe terbuka. Seorang cewek masuk. Dia duduk tepat di seberangku. Kuperhatikan
dirinya diam-diam. Saat ini aku merasa bagai detektif yang sedang menguntit
tersangka. Dia memesan secangkir cappucino, dicampur susu dan 3 buah es batu.
Wajahnya oriental, cantik. Terlalu cantik malah. Perawakannya sedang, dan
gaya berpakaiannya modis sekali. Sebuah kacamata hitam, bertengger di atas
hidungnya. Apa dia bisa melihat sekitar dengan kacamata hitam itu? Karena
penerangan kafe ini tidak terlalu bagus.
Mungkin dia tidak bisa membedakan antara pantai dengan kafe. Sebentar lagi
dia pasti mulai mengoles sunblock. Aku semakin penasaran dengan mangsa baruku
ini.
Seakan mendengar gerutuanku, dia membuka kacamatanya. Dan menatap ke arahku
sekilas. Tepat di manik mataku. Cuma sekilas memang. Sepersekian detik. Karena dia
langsung sibuk dengan handphonenya.
Tapi itu sudah membuatku grogi setengah mati. Bagai maling yang tertangkap
basah Jantungku berdegup kencang tidak karuan. Ah, apa-apaan ini. Hanya dengan
tatapan mata saja, aku malah grogi.
Kutarik napas panjang, dan kuhembuskan perlahan. Mengusir segala rasa aneh
yang bermunculan. Kutundukkan kepala menatap gelas kopi.
“Tunggu apalagi. Ajak kenalan dong”
Kutajamkan pendengaranku. Keningku berkerut. Siapa yang ngomong barusan?.
Apa hatiku lagi? Masih belum puas meledekku sepertinya.
“ Di bawah sini bodoh. Aku yang ngomong. Gak usah celingukan gitu kayak
maling”
Sepertinya aku tidak enak badan. Aku mulai berhalusinasi. Masak kopi bisa
ngomong.
Permukaan air kopiku bergelombang. Seakan menyanggah pernyataanku.
“ Cepetan sana deketin. Masak udah seperempat abad masih jomblo aja. Lihat
tuh yang pacaran di pojokan. Masih smp loh. Sedangkan kamu, belum laku juga, gak malu apa menyandang gelar fakir asmara seumur hidup?”
“Sialan. Malah ngejek pula. Aku gak berani deketin dia. Punya ide gak?”
“Sebentar ya.” Entah apa yang bisa dilakukan secangkir kopi.
Hmm. Apa sekarang aku bisa berkomunikasi dengan benda mati?. Mungkin aku
ada bakat terpendam menjadi seorang telekinesis juga.
Kucoba menggerakkan jari ke arah tisu di meja. Tapi tisunya tetap
bergeming. Aku semakin penasaran. Kugoyang-goyang kedua tanganku di atas tisu
dengan heboh. Tapi tisunya tetap tidak bergerak. Aku malah kelihatan seperti
orang tolol.
“Prangggg.”
Aku terkesiap. Kulihat cewek di depanku sedang sibuk mengelap baju dan celananya yang
tertumpah cappucino. Pecahan gelas berserakan di bawah meja. Wajahnya tampak
panik. Pelayan cafe mendatanginya.
Astaga, semoga itu bukan karena gerakan tanganku.
Kulirik gelas kopiku. Dia tersenyum.
“Ayo. Sekarang giliranmu. Tawarkan sapu tangan mu. Tunjukkan empati.”
Konspirasi jenis apa ini. Tapi, entah kenapa kuturuti juga perintahnya.
Mungkin aku memang sudah gila.
“ Gimana sih mbak. Gelasnya kok malah dipecahin.” Pelayan cafe marah-marah
sambil berkacak pinggang. Kejadian ini menjadi tontonan pengunjung sekitar.
Khas Indonesia sekali. Bukan dibantuin, malah dijadikan tontonan gratis.
Aku jadi iba. Wajah cewek itu sudah memucat. Dia hanya diam sambil ikut
memunguti pecahan gelas.
“Sudah mbak. Biar saya aja yang bayar gelasnya nanti. Berapa harganya
mbak?” Semoga uangku cukup.
Pelayan itu memandangiku dari ujung rambut ke ujung kaki. Mungkin dia
terpesona dengan kaos kaki baruku.
“Emang mas bisa bayarin? Penampilannya aja gak meyakinkan”. Katanya meremehkan.
Kurang ajar
benar ini pelayan. Apa dia tidak diajari cara melayani pelanggan. Harga diriku
terusik. Egoku tertantang. Kurogoh dompet ku di saku belakang celana. Lihat lah
ini isi dompetku wahai pelayan yang sombong.
Hmm. Sepertinya bukan di kantong belakang. Kurogoh kantong depan. Kuraba
saku bajuku.
Deg. Jantungku berhenti berdegup. Keringat dingin mulai muncul. Ketiak
mulai mengeluarkan aroma tak sedap. Bulu kakiku rontok satu persatu.
Kamprettt. Sepertinya dompetku ketinggalan. Oke, bukan sepertinya. Dompetku
memang ketinggalan.
Kutatap kembali si pelayan, dan kupasang senyum paling manis untuknya.
Tidak mempan.
Dia hanya memandangiku dengan garang.
Kutatap cewek di depanku, ekspresinya datar.
Kulirik gelas kopiku, dia hanya mengangkat bahu.
Aku berharap ditelan bumi saat itu juga. Oh Tuhan, apa sesusah inikah
mendapatkan pasangan.?
kopi hitam kupu kupu , , ,
ReplyDeletemampir diblog saya gan . . .
Cerpennya bagus. Tapi maaf, ya... Saya termasuk orang yg terganggu dengan musik yg otomatis terputar di blog ini :"(
ReplyDeleteoke. musik nya udah gua hapus kok. makasih kritik nya
Deletejgn khawatir, suatu hari nanti cinta sejatimu itu akan datang kok.. dan si kopi pasti akan terlupakan
ReplyDeletehaha. ini cuma cerpen kok. bukan kejadian nyata
Deletemakasih udah berkunjung ya
Nggak sabar baca cerita selanjutnya!! :D
ReplyDeletetenang aja. lo bakal gua kabarin
Deleteternyata mas ini pengasah naluri juga ya,
ReplyDeletesaya tertawa sendiri ketika membaca kalimat ini
"Mungkin dia terpesona dengan kaos kaki baruku."
yah kalau dipikir-pikir pelayan juga bisa heboh mode :D
saya tunggu akhir pedekatenya mas.
siap sob. haha
Deletesemoga sambungannya bisa memuaskan anda. haha
hahaahahha ayoo kopdar kita para blogger hahaha kopdar
ReplyDeleteini kenapa jadi kopdar ya
Deletehahahhaha ngomong sama kopi. ditunggu kelanjutan ceritanya yaa. :))))
ReplyDeletesiap mbak.
Deletesering sering berkunjung ya
ditunggu part 2 nya. hehehe
ReplyDeleteoke mas.
Deletehehe
Sambungannya belum ada ya.
ReplyDeleteKeren. Bermain dengan sudut pandang orang. :D
okesip. sambungannya uda ada kok. tapi masih gua edit edit dulu
Deleteah lucuu terakhirnya, nggak nyangka kalo dia lupa bawa dompet.. hihi
ReplyDelete:)
hehe.
Deletemakasih kunjungannya ya
lanjutkan gan :)
ReplyDeleteoke gan. ini mau dilanjutkan
DeleteBagus ceritanya, lucuu :D "terpesona dengan kaos kaki baruku" bruakakakak lanjutkan gan :D
ReplyDeleteudah lanjut kok gan. silakan di cek lagi
DeleteAkkk baguss.. Gue telat bacanya.. Lanjut ke session 2 nya ahh... Sukses terus yaa :)
ReplyDeletemakanya sering sering mampir cup biar gak telat.
Deletemakasi komennya ya
bahasa-nya puitis.. cerpen begini nih yang layak buat diterusin.. semangat bang! :D
ReplyDeleteby the way, follow balik blog saya kak. :)
makasi ya.
Deletegua udah follback blog lo kok. silakan di cek
hahaha..soal dompet kadang bikin cinta jadi kampret :D
ReplyDeleteiya mbak
Deletemakasih udah mampir ya
Wihh asli cerpennya keren bang ,lucu dan konyol tapi saya suka :)
ReplyDeletewah makasih ya. tapi kok jadi spam gini
DeleteWihh asli cerpennya keren bang ,lucu dan konyol tapi saya suka :)
ReplyDeleteWihh asli cerpennya keren bang ,lucu dan konyol tapi saya suka :)
ReplyDeletekeren..imajinatif walau rada satir buat nyindir jombloers :D
ReplyDeletewah, maafkan aku ya mblo
DeleteDeg! dompet gue ketinggalan!!!!
ReplyDelete