Sampailah kami di depan rumah itu. Ilalang tumbuh subur di
pekarangan rumah tersebut. Tanaman rambat sudah menjalar di pilar dan tembok
nya. Menambah kesuraman rumah tersebut. Angin malam yang dingin mulai membelai
leher gua. Membuat bulu kuduk gua merinding dengan hebatnya.
“yakin lo mau uji nyali? Lo bisa ngundurin diri kok selagi
masih sempat. Anak-anak emang gak boleh main ke rumah ini” abang gua mulai
dengan jurus sarkasme nya. Tentu aja gua gak terima di katain anak-anak.
“yakin kok. Jangan-jangan malah lo yang takut. Ayo ngaku
aja lo.” Bales gua gak kalah sarkastik. Gua melihat sedikit rona merah
menghiasi pipinya. Haha. Ternyata lo sama-sama takut. Sok nantangin lo kampret.
“udah jangan banyak omong deh lo. Langsung masuk aja”
tukas abang gua. Sepertinya dia kesal dengan ucapan gua barusan. Bodo amat deh.
Gua mengikuti langkahnya dengan deg-degan. Gua komat-kamit
baca doa di dalam hati. Soalnya kalau komat-kamit baca mantra, disangka gua
dukun. Oke, lupain lelucon garing barusan.
Krieeettt..............
Pintunya mendecit perlahan ketika dibuka. Gua penasaran
kenapa rumah ini gak dikunci. apa gak takut rumahnya disatroni maling ya.
Di dalem rumah itu gelap banget, gua lantas ngidupin
senter yang gua bawa. Seketika cahaya menyeruak ketika senter gua nyalain.
Ternyata ruangan di dalam itu seperti tidak berubah dari masa ke masa.
Perabotan-perabotan khas belanda masih tampak di beberapa tempat.
Lukisan-lukisan nya juga masih tergantung di dinding. Kenapa barang-barang ini
gak diangkut ketika mereka pindahan ya? Buat serem aja. Lukisan-lukisannya
seakan menatap gua tajam. Karena takut, gua ngalihin pandangan ke tempat lain.
Gak berani bales natap.
“ayo jelajahin tempat ini, lo harus masuk ke semua ruangan
di rumah ini. Tanpa terkecuali. satu jam lagi kita bertemu di sini. Trus kita
tidur di sini sampai pagi.” Kata abang gua setengah berbisik.
Anjrit. Seram banget tantangannya. Tapi udah kepalang
basah. Sekalian aja gua nyebur. Dengan pedenya gua ngejawab...
“oke, siapa takut. Siap-siap aja lo jadi pesuruh gua
selama seminggu”
Abang gua hanya menyeringai dan meninggalkan gua sendirian
dan berjalan menuju ke ruangan yang tampaknya sebuah kamar. Gua berjalan ke
arah sebaliknya. Menuju sebuah ruangan kecil. Ruangan itu tampak aneh bagi gua.
pintunya diukir dengan sangat indah. Khas eropa kontinental. Perlahan gua buka
pintunya, dan tiba-tiba....
Sebuah tangan menjulur menyentuh tangan gua. Tangan itu
sangat putih, dingin dan kaku. Dengan segera, saraf gua langsung bekerja. Arus
listrik mulai mengalir ke tulang belakang gua. bulu kuduk gua segera berdiri.
Gua tahan rasa takut gua, dan gua buka lebar pintu ruangan itu. Sesosok wajah
menyambut gua. lebih tepatnya tengkorak manusia. Tengkorak itu jatuh menimpa
gua.
“wuaaaaaaaaaaaaaa”
Gua menjerit sejadi-jadinya. Gua berlari gak karuan. Gua
nabrak-nabrak perabotan yang ada di sekeliling gua. tapi gua segera bangkit.
Karena gua gak mau kayak rumor. Yang terjatuh dan tak bisa bangkit lagi.
Akhirnya dia tenggelam dalam lautan luka dalam. Gua gak mau kayak gitu. Gua
sedang gak galau sekarang. Gua lagi ketakutan. Gua berlari menuju pintu masuk.
Ketika gua sudah mencapai pintu, tangan gua tiba-tiba ditahan dengan keras. Gua
menjerit makin keras.
Tokkkk.
“ini gua bego. Ngapain sih lo teriak-teriak gitu. Lo mau
kita disangka maling ya?.” Ternyata itu abang gua. kampret benar itu orang
emang. Kepala gua digetok pake senter yang dibawanya. Benjol nih kayaknya ntar.
“gua takut bang, gua mau pulang aja. Gua ngaku kalah deh”
pinta gua dengan memelas. Gua gemetaran, gua gak sanggup berdiri lagi. Lemas
banget rasanya.
“yaudah, kita balik. Rencana kita juga udah gagal karna
teriakan lo. Satpam pasti segera datang ke rumah ini. Ayo buruan.” Hardik abang
gua. Dia menyentak tangan gua untuk mengikutinya berlari.
Sesampainya di rumah, dia tiba-tiba ketawa dengan keras.
Sampai berguling-guling di lantai. Gua yang masih sibuk ngumpulin oksigen hanya
menatap dia dengan bingung.
“hahaha. Lo udah segede gini ternyata masih ngompol.
Hahahahaha. “
Penasaran, gua lihat ke arah celana gua. Dan benar saja.
Celana gua udah basah oleh air seni. Saking takutnya, gua gak sadar kalau gua
kencing di celana. Sialan. Dengan muka merah menahan malu. Gua ngacir ke kamar
mandi. Membersihkan seluruh tubuh gua. Dan segera berlari lagi ke kamar. Gua
berganti pakaian dan segera membaringkan diri di tempat tidur dan berusaha
melupakan kejadian memalukan hari ini. Samar-samar gua masih mendengar tawa
abang gua di lantai bawah. Tapi, ada yang aneh. Tawanya mulai berganti dengan
cekikikan perempuan. Terlalu capek memikirkannya, gua pun jatuh tertidur dengan
masih dibayangi cekikikan abang gua.
-tamat-
Sekian cerpen dari gua. gua sangat mengharapkan kritik dan
saran dari lo semua. Karna cerpen ini sangat banyak kekurangannya. Terimakasih.
Salam hangat dari gua.
wah dikerjain kali gan sama abangnya.. hehe
ReplyDelete