Wednesday, October 5, 2016

[CERPEN] Tujuan Hidup



“Pernah gak, sih kamu berpikir tentang kehidupan?”

Aku membuka mata malas-malasan. Pad sedang menatap langit bersalju dengan roman wajah sendu. Ini anak kerjaannya galau mulu. Kena virus remaja kekinian kali ya.

 “Nggak juga. Kenapa? Kamu mau sok berpikir seperti filsuf lagi?” Aku menguap lebar-lebar.

“Coba deh kamu pikirkan. Masa kita hidup gak ada tujuannya? Cuma duduk diam menanti ketidakjelasan. Benda mati aja ada tujuannya. Liat saja tai. Dia bisa menyuburkan tanaman. Masa kita gak ada tujuannya??”

“Terus kamu lebih suka jadi tai, gitu? Kebetulan aku lagi pengen boker, nih. Mau nampung, gak?”

“Kampret. Jauh-jauh sana. Jorok banget.” Pad menggeser posisi duduknya sambil menutup hidung.

“Apakah kalau kamu udah tau tujuan hidupmu, kamu bakal merasa lebih bahagia? Bagaimana kalau ternyata kamu tidak suka dengan tujuan hidupmu?" Aku mendadak terbawa suasana serius.

Pad mengambil sikap seperti mengambil sumpah. Dengan tegas dia berkata, “Aku berjanji akan menerima tujuan hidupku dengan seikhlas hati dan menjalaninya sepenuh hati.”

“Ya ya ya. Sebelum itu terjadi, cobalah keluar dulu dari tempat ini.”

 Pad tertunduk lesu. “Itulah masalahnya. Tapi, aku yakin suatu saat aku bakal keluar dari tempat ini. Saat itu aku akan mengetahui apa artinya aku diciptakan di dunia ini.”

“Kamu gak bakal menyesal?”

“Nggak bakalan! Malah aku akan bersyukur. Mungkin aku akan dapat wahyu setelah keluar dari tempat ini. Setelah itu aku bisa jadi nabi. Dan punya ribuan pengikut yang akan mengorbankan nyawa demi membelaku. Keren, kan?

“Keren, ndasmu!”

SREK...

Kami berdua menengadah. Langit tersingkap. Para malaikat turun sambil menyanyikan kidung yang membuat kami terharu tanpa sebab. Alunan nada dari kecapi dan harpa mengiringi kidung tersebut. Cahaya lembut masuk dan melelehkan salju di udara. Pad terpana dan memonyongkan bibirnya ke arahku.



“Lihat. Dewa akan membeberkan alasan dia mengirimku ke dunia ini. Aku bakal jadi duta surgawi atau menjadi nabi.

Sebuah tangan tiba-tiba terjulur ke arah Pad. Membawanya dan segera menutup langit kembali. Gelap gulita kembali menyergap. Sayup-sayup kudengar suara para dewa di sorga yang masih belum beranjak dari atas langit. 

“Mbak, Es krim Paddle Pop coklatnya satu ya. Berapa?”

“Tujuh ribu, Mbak. Gak sekalian pulsanya?”

“Gak usah, Mbak. Makasih”

“Ma. Adek mau es krim juga. Masa, kakak doang yang dapat?”

“Yaudah. Ambil sana. Cepetan ya!”

Belum habis kekagetanku. Langit kembali terbuka. Udara hangat menerpa masuk. Harpa dan kecapi malaikat kembali dimainkan dengan sendu. Kali ini tangan dewa meraihku dan menutup langit kembali.

Bergidik, aku melihat Pad telanjang bulat. Dijilati lidah dewa. Tak ada satupun jengkal tubuhnya yang luput dari sapuan air liur sang dewa. Untuk inikah kami diciptakan? Untuk memuaskan lidah-lidah para dewa?

“Bahagiakah kamu sekarang melihat tujuan hidupmu, Pad?”

Dia cuma terdiam sambil merem melek. Sialan, dia malah menikmatinya.



Aku merasakan bajuku ditanggalkan dan sebuah lidah menempel di badanku.


Dasar dewa-dewa mesum!

---

Beberapa hari yang lalu aku berkunjung ke blog milik Haw dan Yoga. Ternyata mereka udah memulai #memfiksikan kembali. Tema kemarin adalah tentang es krim. Awalnya sih cuma pengen baca-baca cerpen mereka aja tanpa ikutan bikin, karena waktunya udah lewat. Eh, malah kepikiran terus. Akhirnya bikin cerpen ini deh.

Gimana menurut kalian? Kasih kritik dan saran lewat kolom komentar, ya. Bagikan juga cerpen ini kalau kalian suka.

Salam Asal.

Sumber gambar: 

7 comments:

  1. Astaga untuk kedua kalinya...
    Astaga yang pertama, buat cerita fiksinya kay
    Astaga yang kedua, buat cerita ini :)

    Jadi, Pad itu Paddle Pop? Aku kira tadi si Pad itu, Pel...

    ReplyDelete
  2. Astaga untuk kedua kalinya...
    Astaga yang pertama, buat cerita fiksinya kay
    Astaga yang kedua, buat cerita ini :)

    Jadi, Pad itu Paddle Pop? Aku kira tadi si Pad itu, Pel...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, banyak banget ya astaganya. haha

      Pel? Kain Pel?

      Delete
  3. Aku udah terlanjur horn, ehm nggak terlanjur sih akan.
    E ternyata cuma eskrim paddle pap.
    Dan kenapa eskrim iri dengan benda mati lainnya (Baca : Tai)

    Dan kenapa juga ilustrasi gambarnya bikin saya berpikir yang bukan bukan ~

    ReplyDelete
    Replies
    1. gawat nih kalau horny mulu. Ntar Lembaga Sensor makin beringas.

      Karena iri hati itu salah satu dari tujuh dosa besar. haha

      Delete

Berkomentarlah sebelum berkomentar itu diharamkan