Monday, March 30, 2015

Kangen Ayah



Ahhhhh. Aku merenggangkan tangan dan menghirup napas dalam-dalam. Aku selalu menyukai tempat ini. Sejuk dan teduh. Dihiasi gundukan batu-batu yang diatur dalam formasi sedemikian rupa. Pernah terlintas dalam benakku, untuk menemui Pak Walikota dan mengusulkan kepadanya agar menjadikan tempat ini sebagai tempat wisata. Tapi, dia sepertinya tidak ada waktu untuk hal remeh seperti itu.

Angin bertiup sepoi. Memainkan rambutku. Menyentuh lembut daun-daun. Mengalunkan nada-nada riang. Ditingkahi dengan cericip burung. Bagaikan ada seorang konduktor ahli sedang memainkan komposisi nada.

“Hei, Ryan. Mengunjungi ayahmu?” tanya seorang ibu yang sedang membersihkan rumput.

Aku mengangguk dengan semangat. “Ya. Aku sudah tak sabar bertemu dengannya. Kami akan bermain seharian penuh. Seperti biasa.”

Ibu tersebut tersenyum. Tapi, manik matanya bergetar. Ada rona lain disitu. Selalu begitu.

Ibu itu menepuk kedua tangannya. Membersihkannya dari sisa tanah. Tersenyum kepadaku. Dan  berjalan keluar dengan agak tergesa-gesa.

13 Februari.

Ini adalah jadwal tetapku untuk mengunjungi ayah. Hari yang selalu kunanti-nantikan.
Aku ingat ketika mengunjungi ayah setahun yang lalu. Jalanan mendadak sepi. Tidak ada anak-anak kecil yang biasa bermain bola di halaman rumah. Di pasar, semua dagangan ditinggal begitu saja.

Tapi aku tidak peduli. Aku hanya menggelayut di lengan ayahku yang kekar, saling melempar canda dan tawa. Namun, pernah sekali aku bertanya tentang hal ini kepada ayah.
“Yah. Kenapa setiap aku mengunjungi ayah dan kita berjalan-jalan di kota, jalanan selalu kosong?”

Ayah memberi senyum bijak. “Ryan. Mungkin kamu tidak tau, betapa diseganinya ayah di kota ini. Mereka menghargai perjumpaan kita yang setahun sekali. Jadi, jalanan, pasar, dan pusat bermain sengaja dikosongkan untuk kita.”

Aku hanya mengangguk-angguk senang. Itu artinya aku bisa bebas bermain di Timezone. Setelah itu, aku tidak pernah bertanya lagi.

Fyuh. Sampai juga akhirnya. Entah kenapa mereka menempatkan ayah di tempat paling terpencil. Di ujung terjauh tempat yang indah ini.

Aku lalu duduk bersila. Menggumamkan beberapa kata. Tanah di depanku mulai bergetar. Awalnya perlahan, detik berikutnya seakan bumi sedang dicabut dari akar tata surya. Angin dengan cepat langsung bersepakat dengan hujan untuk membentuk badai. Memporak-porandakan tempat yang indah ini dalam sekejap. Petir menyambar-nyambar mengerikan. Memekakkan telinga.

Seutas tangan muncul dari bawah tanah. Bergerak liar menepis tanah yang menutupi jalannya. Aku menggumamkan beberapa kata. Ditambah dengan senandung lirih.
Wajah Ayah mulai terlihat dari dalam tanah. Dia tersenyum. Meski wajahnya sudah terkoyak disana-sini. Bahkan, ada cacing yang sedang menggeliat dengan malas di tulang pipinya. Dari sini, aku bahkan bisa melihat sisa-sisa ususnya. Menggelayut menyeramkan.

Perlahan-lahan, Ayah merangkak keluar dari lubang tersebut. Kemudian berdiri tegak dan membersihkan sisa debu di tubuhnya.

 “Hai, Anakku. Melakukan ritual biasa?” Dia membelai lembut kepalaku.

“Iya. Edo Tensei yang ayah ajarkan benar-benar bisa terus menyatukan kita.”


Tamat


Hai hai hai. #memfiksikan kali ini mengambil tema “Ayah”. Yah, karena aku gak tau harus mau buat apa lagi. Akhirnya bikin cerita gak jelas kayak ini. Semoga semua suka. Cerita ini dibuat dalam rentang waktu sekitar satu setengah jam.

Buat yang gak tau apa itu Edo Tensei. Itu semacam jurus membangkitkan orang mati di Naruto. Hehe. 

Gimana pendapat kalian tentang cerpennya? Kritik dan saran dong. Supaya aku bisa lebih baik lagi ke depannya.

Salam Asal






28 comments:

  1. Hanyut, dan ternyata jumpa twist :3 Edo Tensei -_-

    ReplyDelete
  2. Kuampret . . udah dibawa serius2 . . sampe merinding sendiri bacanya . . ee nggak taunya edo tensei . . !! behhhhh

    ReplyDelete
  3. Kenapa mesti diakhiri dengan Edo Tenseiiiiiii??? kan bisa pake dragon ball.

    ReplyDelete
  4. Gue baru apa itu Edo Tensei anjirlah. :o

    ReplyDelete
  5. TAE!!!! EDO TENSEI!!! BHAHAHAHAHAK. -_______-
    Aku mah bacanya udah ketakutan ajaaa tau! Kayak cerita horor! Sialaaaaaan! BETE. SUMPAH BETE ABIZ. PAKE Z. BIAR GREGET. -_____-

    ReplyDelete
    Replies
    1. horor darimana -_-.
      greget lo, udah kayak maddog

      Delete
  6. Ceritanya bagus, pas ending nya kaget gue kenapa ada edo tensei

    ReplyDelete
  7. hahaha, sial. udah sedih-sedih, tau-tau endingnya keluar jurus di naruto.
    kampret suer -__-

    ReplyDelete
  8. Gitu baca reaksi ibu-ibu tetangga di ceritanya, aku uda ngeh kalok bapaknya uda meninggal.. Tapi ngga nyangka idup lagi berkat Edo Tensei. Hihihi.. :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. siapa tau mau membangkitkan mantan juga. silakan pake edo tensei

      Delete
    2. Ogah. Biarkan ia terkubur bersama masa lalu.. :3

      Delete
  9. Yaelah gue juga padahal udah serius nanggepinnya. Dan baru tahu kalo edo tensein itu ngebangkitin orang mati. Kok serem ya .___.

    ReplyDelete
  10. Oh jadi edo tensei itu adanya di naruto... Kirain ilmu hitam khas Indonesia haha.
    Over all, diksinya bagus kok :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. belum nemu sih dukun indonesia yang make edo tensei. haha.
      sip. makasih ya

      Delete
  11. WAKAKAKAK edo tensei. Pasti itu anaknya suka nonton Naruto. -_____-

    Gue dari awal udah nebak kalo mati. Pas di pertengahan cerita, gue pikir si Ayah dihukum dikubur hidup-hidup karena disegani ( preman )

    Taunya begitu. Njir.

    Kereenn, Man. Bikin pembaca ngalir. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. bikin pembaca ngalir itu maksudnya gimana, ya? haha
      lo juga pasti suka nonton barbie, kan? ngaku lo...ngaku

      Delete
  12. ending ceritanya bikin merinding,,

    ReplyDelete
  13. waduh di awal aku kira ngelayat biasa ternyata salah banget haha

    ReplyDelete
  14. Edo Tensei itu..................... siapa? ._.

    ReplyDelete

Berkomentarlah sebelum berkomentar itu diharamkan