Sunday, September 7, 2014

[Cerpen] Makan Siang



Aku menangkap lirikan mata cewek itu ketika sedang memilih-milih novel detektif. Dia mencuri-curi pandang. Ketika aku balas menatapnya, dia mengalihkan pandangannya ke tumpukan buku.

Mata itu terus berputar di ingatanku. Sepertinya aku pernah melihatnya. Atau malah mengenalnya?

Cewek itu berada di depan rak novel detektif. Walaupun aku juga mencari novel, mataku tetap awas akan kehadirannya. Mataku lebih canggih dari radar manapun kalau urusan melacak cewek.

Wahh. Novel Sherlock Holmes yang baru. Keren nih. Sesaat perhatianku tertuju pada novel di hadapanku.

“Suka novel detektif juga ya?” Sebuah suara merdu menyentuh gendang telingaku.
Aku mendongak lalu menatap matanya. Lalu menatap ke sekeliling.

“Kamu bicara samaku?” Aku menunjuk diri sendiri.

Cewek di hadapanku ini cantik. Oke, cantik banget. Dengan rambut diikat gaya ekor kuda, senyum yang menyenangkan, ditambah penampilannya yang  agak tomboi. Dia bahkan bicara sambil mengunyah permen karet. Tingkat kecantikannya nambah 50%.

“Yaiyalah. Emang ada siapa lagi di depanku?”

Iya juga sih. Aku menggaruk kepalaku. Lalu tertawa gugup. Aku berpura-pura membaca bagian belakang novel.

“Eh kamu belum jawab pertanyaanku tadi. Suka novel detektif juga ya?”
“Iya. Suka banget sama novel detektif. Kamu juga?”
Dia mengangguk. “Kayaknya aku pernah melihatmu deh. Dimana ya?”

Nah apa kubilang. Aku pernah melihat cewek ini di suatu tempat.

“Mungkin di dalam mimpimu. Aku sebagai jodohmu. Hahaha.”

Keheningan tiba-tiba menyeruak. Dia menatapku tanpa ekspresi. Tawaku lenyap ditelan udara. Bahkan pengunjung lainnya membeku di tempat dan ikut menatapku. Rasanya seperti tenggorokanku kemasukan kecoa.

“Hahahahaha. Kamu lucu juga.” Tiba-tiba dia tertawa lepas.
“Ha...ha...ha..” Aku tertawa canggung.

Entah siapa yang aneh di antara kami.

“Kenalin. Fina.” Dia memperkenalkan diri di sela-sela tawanya. Gingsulnya menyembul seakan ingin berkenalan juga.
“Deri.” Aku menyambut tangannya.
“Emm. Mau ngobrol tentang detektif sambil makan siang gak?”

Tawaran dari cewek semanis ini rasanya sulit ditolak. Tapi, sebagai cowok, aku harus tetap melibatkan logika. Aku punya uang 300 ribu rupiah di kantung. Sisa belanja bulanan. Makan di mall biasanya 50 ribuan. Dan tentu saja aku harus membayar cewek ini. Hmmm. Mungkin kalau aku bisa memanfaatkan temen kosku sebagai lahan makanan, aku bisa bertahan hidup.

Kalkulasi selesai. “Boleh deh.”

Kami berdua pun berjalan menuju restoran sambil ngobrol santai. Dia ternyata sangat enak diajak ngobrol. Dia bisa tertawa oleh jokes garing yang kukatakan.

Sesampainya di restoran, mataku melotot ketika melihat daftar menu karena harganya lebih mahal dari perkiraanku. Bisa jebol nih dompetku.

Tapi, ucapan Fina menenangkanku.

“Emm. Aku lagi diet nih. Jadi aku mesan jus aja deh ya. Aku jarang makan berat kalau siang.”
Tanpa sadar, aku menghembuskan nafas lega.

“Kecuali kalau disini ada steak. Aku sudah lama tidak makan steak.”
Aku melihat daftar menu. Tak ada menu steak disana. Aku hendak menggeleng ketika....

“Oh. Kami mempunyai menu steak, Mbak. Hanya saja belum tertulis di menu. Karena ini baru saja digagas.” Pelayannya langsung menyambar dengan senyum yang dibuat-buat.
Aku menatap pelayan tersebut sambil menaikkan satu alis. Pelayan ini emang minta ditabok.

“Pesan steak sapi satu, jus..?”
“Jus jeruk aja.” Jawabnya
“Oke. Steak sapi satu. Jus jeruk satu. Aku.... aku nasi goreng aja pake air putih.”
“Oke mas. Ada pesanan lain?”
“Kentang goreng satu porsi deh, Mas. Makasih.” Fina memesan lagi. Tanpa malu-malu.

Aku terhenyak. Ini cewek katanya mau diet. Tapi mesen makanan banyak amat. Aku juga pengen mesan jus dan kentang goreng. Tapi, dompetku tidak bersahabat. Aku mendadak iri dengan makanannya.

“Kamu mesan nasi goreng siang-siang begini? Aku pernah baca di tabloid, katanya gak sehat kalau makan makanan yang digoreng pada siang hari. Nanti kamu tidak semangat menjalani hari.”

Aku tersenyum masam. “Aku sudah terbiasa dengan gorengan kok. Dan juga air putih. Lebih sehat.” Emang  kentang itu digoreng pake apa? pake solar? Aku ngedumel dalam hati.

Dia hanya mengangkat bahu. Lalu kami bercerita panjang lebar. Mulai dari novel detektif, Conan Doyle, orang botak yang duduk di depan kami. Kami berdua cukup nyambung, dan memiliki beberapa kegemaran yang sama. Seperti sama-sama gemar bernapas. Aku lewat hidung, dia lewat bokong.

Untuk sejenak, aku bisa melupakan masalah tagihan makanan.

Makanan kami pun datang. Dia makan dengan lahap, sedangkan aku hanya menyuap pelan. Nasi goreng yang kering ini terasa menyiksa tenggorokanku. Jus jeruknya terlihat sangat menggoda. Dengan es batu yang bergemerincing, setiap dia menggerakkan sedotan. Air liurku menetes-netes melihat dia makan dengan lahap.
Kutatap minumanku. Air putih. Biasa. Tanpa es. Tanpa warna. Menyedihkan.

“Sepertinya kamu biasa makan siang dengan menu yang banyak ya. Seharusnya kamu mencontoh aku. Aku hanya makan satu jenis makanan saja. Aku bisa mengajarimu untuk diet,” cerocosnya.

Kayaknya cewek ini gegar otak deh. Kapan aku makan banyak? Ini banyak dari mana? Nasinya doang yang banyak. Baru kali ini aku melihat orang diet tapi makan steak dan kentang goreng.

“Aku memang hanya makan satu macam,” kataku datar, sambil menusuk telur dadar.
“Ya. Aku juga hanya makan satu macam. Kau tahu, cewek itu memang suka diet. Untuk mempertahankan bentuk tubuhnya di depan orang yang dia sukai. Tidak ada cewek yang ingin terlihat jelek, bukan?”

Aku hanya mengangguk-angguk. Hasrat bercerita sudah menguap. Aku ingin menguji cewek ini.
“Kamu masih lapar?”

“Ah tidak.” Dia mendorong piring kosong ke depan. “Aku udah bilang tadi kan. Aku lagi diet. Aku hanya makan satu macam ketika makan siang. Kecuali disini ada sushi. Aku kangen makan sushi.”

Nah benar dugaanku. Perut cewek ini dari karet. Kayaknya dia pas kecil suka ngemil ban dalam. Aku bahkan hanya makan sushi sekali setahun. Dan itu adalah pemberian tetanggaku yang kebetulan keturunan Jepang. Kelihatannya aku akan makan kerupuk sampai akhir bulan.

Aku melambai ke arah pelayan. Aku sudah tidak kuat mas. Tolong aku...tolong.. singkirkan makhluk-halus-pemakan-apa-saja-yang-katanya-diet ini dari hadapanku
Sayangnya bukan itu yang terucap.

“Mas. Disini ada sushi?”

Aku sangat berharap dia akan menggelengkan kepalanya. Tapi senyum lebarnya memupus harapanku.

“Ada, Mas. Itu juga menu baru yang belum sempat ditampilkan di buku menu. Kami impor langsung dari Jepang.”

Kampret. Ini restoran apaan sih. Yang tidak tercantum di buku menu tiba-tiba muncul secara mendadak. Aku ingin menggodanya sebentar.

“Mas. Disini ada jodoh juga gak?”
“Maaf, Mas. Ini restoran, bukan biro jodoh,” katanya datar. Dia menatapku seakan aku ini makhluk menyedihkan. “Jones ya, Mas?”

Aku pengen jadiin dia sushi saat itu juga.

Sambil menahan kesal, aku memesan seporsi sushi.
“Kamu gak mesen juga?”
“Enggak. Aku gak biasa makan sushi,” elakku.

“Iyasih. Memang ada beberapa orang yang lidahnya gak sesuai. Mungkin juga selera makanmu hilang karena makan yang terlalu berminyak.”

Hooh. Aku lebih berselera terhadap kerupuk pake kecap.

Kami menunggu sushi dihidangkan. Kepanikan menyergapku. Bukan soal apakah aku bisa bertahan hidup sampai akhir bulan, tapi apakah aku sanggup membayar semua tagihan ini. Sangat memalukan jika aku meminjam uang darinya.

Apa aku lebih baik pura-pura ke toilet, terus kabur? Tapi apakah cewek ini juga punya uang untuk membayar tagihan? Satu-satunya cara adalah meninggalkan KTP ku disini. Dan berjanji menebusnya lain waktu. Duh, Gusti. Cobaan jenis apa ini.

Sushi datang. Tampak lezat. Dengan aromanya yang mengundang selera. Menggelitik hidungku. Fina menyantapnya dengan lahap. Dalam hitungan menit, sushi itu menguap. Sedangkan nasi gorengku masih tersisa setengah. Aku meneguk air putih untuk menghilangkan godaan.

Aku sudah tidak bersemangat untuk melanjutkan makan.
“Mau pesan eskrim?” tawarku.
“Hmm. Boleh.”

Aku udah gak peduli lagi. Persetan. Aku bisa minjam uang temenku nanti. Aku memesan dua gelas eskrim cokelat.

“Aku pernah baca di suatu majalah.” Katanya sambil menikmati eskrim. “Kalau kita mencoba makanan yang rasanya berbeda-beda, kita selalu ingin tambah lagi.”
Alisku naik. Aku mengulas senyum. “Ah ya, bener sekali. Percayalah, aku telah menyaksikannya. Kamu masih lapar?”

“Ah tidak. Aku udah kenyang. Aku sedang diet. Dan satu jenis makanan sudah cukup banyak untukku.”

“Aku percaya itu. Kamu malah terlihat kurus setelah selesai makan. Kayaknya aku emang harus belajar darimu.” Aku tidak bisa menahan senyum.

Eskrim sudah habis, dan kamipun melanjutkan perbincangan mengenai detektif. Tapi, Fina mulai terlihat gelisah. Dia berkali-kali melirik jam tangannya. Aku mengerti kode tersebut. Kupanggil pelayan dan meminta tagihan.

Tagihan datang dan ketika kubayar, uangku hanya tersisa lima ribu rupiah. Aku memberikannya kepada pelayan sebagai tip. Fina menatap uang tersebut, lalu menatapku, sambil tersenyum. Yah, aku memang terlalu cepat luluh dengan senyuman.
Ketika keluar restoran, aku menghirup udara. Udara yang siap besertaku untuk menjalani hari-hari tanpa uang sesen pun.

“Sebaiknya, lain kali kamu hanya makan satu jenis makanan saja. Kamu juga harus segera berdiet.”
“Ah. Jangan khawatir. Aku bahkan tidak akan makan apa-apa untuk malam ini.”
Dia tertawa. “Kamu lucu, Deri. Sangat lucu.”

Kami pun berpisah di depan mall. Lain kali aku harus berhati-hati dengan cewek cantik yang langsung mengajak makan siang.


*Tamat*


Cerpen ini terinspirasi dari cerpen terjemahan yang berjudul “MAKAN SIANG” karya William Somerset Maugham. Tema cerpennya cukup unik menurut gua, jadi gua pengen remake gitu. Semoga tidak mengecewakan kalian. Ini adalah pertama kali gua remake cerpen. Kritik dan saran ditunggu ya.
Salam Asal











33 comments:

  1. Deri-nya apes. Tapi pertanyaan mereka kayak kenal tuh belum kejawab. Atau saya yang melewatkan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh masalah pernah kenal itu?
      deri merasa kenal. dan Fina sok kenal. itu hanya taktik aja sih. haha

      Delete
  2. Lu emang jago nulis cerpen beginian Bro, hahaha. Bahasanya ga terlalu berat, enak diikutinnya. Bikin penasaran endingnya kayak gimana. Kayak 'Konspirasi Kopi' itu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah makasih bro. gua terus berusaha menulis juga.masih belum ada apa-apa ini mah.

      Delete
  3. Taktik si Fina ini perlu dicontoh. Kenalan trus ajakin makan siang. Hahaha

    Semoga saja senyumku bisa meluluhkan seperti Fina nantinya. Hahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. makan siang ditemani sang kekasi itu yang luar biasa

      Delete
    2. kalau berani, silakan aja sih kak Nur. boleh dicoba. siapin seperangkat alat penghilang malu ya

      Delete
  4. Ya ampun Fina bikin malu aja ih hahaha kalo aku temennya Fina, aku ngga mau ah ngakuin dia jadi temenku. Gilak, makannya kaya ngga inget kalo itu dibayarin hahaha. Semangat ya, Deri!

    ReplyDelete
  5. keren broh cerpennya, dan kayaknya lu hobi nyerpen. bagus broh lanjutkan. wah ternyata suka sherlock holmes juga.

    ReplyDelete
  6. modus baru makan gratis nih ternyata haha. keren man ditunggu cerpen selanjutnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah iya kak. sekalian aja kakak praktekkan. trus direview deh

      Delete
  7. lain kali makannya di warteg aja pilih paket hemat tapi tetep maknyuss :D
    selera bos tapi harga tetap anak kos :D
    cerpen yang bagus broo. pengen remake cerpen juga ah lain kali

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah bro. rada tengsin juga ngajak cewek pertama kali di warteg. haha
      silakan bro di remake. banyak cerpen yang bagus kok

      Delete
  8. keren!!!!! gue baru pertama kali mampir kesini (kayaknya). berhubung tulisannya bagus. gue follow deh. semangat nulis ya!!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. kayaknya sih lo pernah mampir. walaupun gak terlalu sering.
      sip, makasih follownya bro

      Delete
  9. Kayaknya bagus ya man buat dicontoh?
    Huahahaha

    ReplyDelete
  10. hahaha ngakak pas mesan2 menunya :D
    kasian si cowo nya. kirain endingnya gak cukup uangnya hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. ah ending seperti itu udah cukup mainstream. haha

      Delete
  11. Jago asiiik.Keren lah yaa:p

    Btw, kalau ini diterapin di kehidupan, gimana ya? Haha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini kok pada banyak yang mau ngikutin ya? hahahaha

      Delete
  12. kayaknya gue perlu belajar dari Fina bagaimana cara diet supaya tetap bisa makan enak, gratis pula.

    ReplyDelete
  13. wah, untung si Fina lagi diet, coba kalau nggak

    pesan moral cerpennya perlu di ingat baik-baik nih buat para cowok-cowok^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya. diet aja makannya gitu. apalagi kalau gak diet.

      Delete
  14. Hahaha bagus nih. Lama nggak main ke sini, sori ya, Man. \:D/
    Yang rada aneh cuman 'katanya mata Deri setara radar kalo lagi liat cewek' eeeh di bawahnya langsung teralihkan sama buku detektif. Tapi keren kok. Simpel ceritanya, dan ringan untuk dibaca. :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya udah lama bgt lo gak kesini. saking lamanya kera kembali berevolusi.
      nah itulah kerennya cowok. gampang teralihkan perhatiannya

      Delete
  15. duuh pulang" deri gondok :D
    oke setelah ini jangan mendekati bagian rak novel detektif -_-

    ReplyDelete
  16. Ini lucu, tapi karena banyak hal sudah dijelaskan oleh si sudut pandang orang pertama, imajinasi pembaca agak terbatasi. Keren sih tetep~ Lanjutkan! :D

    ReplyDelete
  17. pesan moral:
    seyummu menguras dompet ku

    ReplyDelete

Berkomentarlah sebelum berkomentar itu diharamkan