Kematian tidak pernah terjadi secara kebetulan.
Pernahkah kamu bertanya-tanya dalam hati bagaimana kematian bekerja?
Pernahkah tebersit dalam diammu, mengapa hal itu bisa terjadi?
Aku beritahukan satu rahasia besar kepadamu. Rahasia tentang cara kerja kematian. Maka, tegakkanlah dudukmu, simak baik-baik.
Kami. Ya, kami adalah kematian. Lebih tepatnya, kami adalah agen kematian. Menyusun skenario, mengeksekusi para korban, kemudian melaporkannya pada atasan.
Setelah menunaikan tugas, biasanya kami berkumpul di warung kopi, sambil menyulut rokok, terkadang menyuntikkan zat adiktif. Warung kopi itu dipayungi oleh pohon-pohon besar. Mempunyai ranting sebesar paha gajah, dengan batangnya yang kokoh. Bahkan, urat nadi pohon tersebut bertonjolan, menyeramkan. Kurasa 20 orang dewasa pun tak akan bisa memeluk pohon tersebut.
Hei. Bisik-bisik apa itu? Kau tidak percaya kalau disini ada warung kopi? Tidak percaya kalau kami disini juga menenggak minuman keras, menggunakan narkoba, dan juga merokok? Oh, ayolah. Mengapa kami tidak bisa menggunakan benda ciptaan kami sendiri?
Kalian, para manusia saja yang terlalu angkuh, mengklaim semuanya adalah hasil ciptaan kalian.
Begitu juga malam ini. Kami berkumpul disini, sambil berbagi cerita.
“Hari ini hari yang menyenangkan.” Master Ken memulai obrolan. Mengambil sebatang rokok lalu menyulutnya. Dia menaikkan satu kaki ke atas kursi, lalu mengisap rokok dalam-dalam. Dan asap pun membumbung ke langit-langit, membentuk tengkorak yang mengerikan.
“Tidak kusangka tugasku begitu mudah. Dengarlah...”
***
“Aahhh,aahhh, Mas. Terus.... ahhh. Enak mas.... teruss.. emhhh....”
Ami mendesah-desah kenikmatan. Di belakangnya, Roni sedang memacu tubuhnya untuk meraih puncak kenikmatan. Tubuh mereka berdua basah karena keringat.
Ami mendesah-desah kenikmatan. Di belakangnya, Roni sedang memacu tubuhnya untuk meraih puncak kenikmatan. Tubuh mereka berdua basah karena keringat.
Erangan kenikmatan mengisi setiap pori-pori udara di kamar itu. Sebenarnya hal yang wajar mereka bersetubuh, jika mereka adalah suami istri. Sayangnya, mereka berdua adalah pasangan selingkuh.
Roni sudah memiliki istri dan dua anak yang lucu. Dengan pipi mereka yang seperti bakpao, siap menghambur ke pelukan Roni sepulang kerja. Lalu, dengan hebohnya mereka berebut membawakan tas kerja Roni. Menggemaskan.
Kopi hangat buatan istri juga sudah tersedia di meja. Dan jika Roni sedang menyesap kopinya, tangan sang istri langsung memijit pundak Roni. Romantis.
Tapi, terkadang manusia memang tidak pandai bersyukur. Selalu ingin lebih dan tidak pernah puas.
Maka tiap akhir pekan, dia berasyik-masyuk dengan Ami, yang merupakan istri seorang tokoh agama.
Suami Ami terlalu sering bepergian untuk mengisi ceramah, berusaha mencegah umat dari kenikmatan duniawi. Sayangnya istrinya sendiri dimabuk asmara dengan lelaki lain. Ironi.
Begitu juga dengan hari ini. Mereka bercinta sampai dini hari. Peluh mengucur deras, membasahi tubuh telanjang mereka. Kemudian mereka terlelap, sambil berpelukan.
Bunyi alarm hp menyadarkan Roni dari tidurnya. Dia terkesiap, sejenak merasa bingung dimana dia berada. Dipandangnya jam dinding...
Gawat,aku terlambat pulang ke rumah, batinnya.
Dia terburu-buru memakai pakaiannya, mencium kening Ami, dan langsung bergegas pulang ke rumah dengan sepeda motornya.
Di otaknya masih terbayang pergulatan mesum mereka semalam. Kehebatan Ami di ranjanglah, yang sanggup membuatnya berpaling dari istrinya. Istrinya sudah terlalu tua, tidak pandai memainkan bermacam gaya. Apalagi onderdilnya sudah mulai karatan, terbatuk-batuk di tengah jalan, lalu mogok.
Roni terlalu asyik dengan pikirannya, sehingga dia terlambat menyadari kalau angkot di depannya berhenti mendadak.
Kaget, Roni langsung berbelok ke kanan, menghindari tabrakan dengan bokong angkot.
“TINNNNN...” Suara klakson truk memekakkan telinga. Truk yang tiba-tiba saja muncul dari arah yang berlawanan. Roni dan supir truk sama-sama terbelalak kaget.
Pikiran Roni dipenuhi adegan mesumnya dengan Ami, beralih ke istrinya yang selalu setia menunggu di teras, kedua anaknya yang suka bergelayut di pundaknya.
BRAKKK.
Truk menggilas sepeda motor Roni tanpa ampun dan menyeretnya. Roni berteriak ketika aspal dan ban truk menggigit-gigit kulitnya, mengiris dagingnya, meninggalkan jejak kemerahan di jalan. Darah berlomba-lomba membanjiri jalanan.Suaranya tercekat ketika akhirnya truk tersebut melindas tubuhnya sepenuhnya. Membelah badannya menjadi dua bagian.
***
Kami bertepuk tangan dengan riuh. Selalu menyenangkan menyaksikan arwah mereka melayang meninggalkan raga. Menarik arwah mereka dari tubuh bagai olahraga bagi kami.
“Skenarioku berjalan lancar. Hahaha. Angkot yang tiba-tiba menurunkan penumpang dan supir truk yang masih mengantuk.” Master Ken terbahak. “Kalian harusnya melihat ekspresi menakutkan di wajahnya ketika dia melihatku. Tapi semuanya sudah terlambat.”
“Manusia gampang dibutakan oleh nafsu.”
“Cerita yang hebat, Teman. Tapi aku punya pengalaman yang lebih seru.” Master Pra mengambil alih pembicaraan. Dia menyesap kopi hitamnya, yang katanya berasal dari ekstrak kotoran harimau.
Dia mendecakkan lidah sejenak, lalu bercerita....
***
Dani bukanlah orang yang suka mencurigai orang. Dia terkenal akan sifatnya yang baik dan juga suka menolong. Prasangka buruk mungkin tidak ada di dalam kamusnya.
Terlebih dia adalah seorang ulama terkemuka. Sering diundang untuk berbicara dalam berbagai forum keagamaan. Semua orang mengenal dia. Dia harus menjaga sikap dan lakunya.
Terlebih dia adalah seorang ulama terkemuka. Sering diundang untuk berbicara dalam berbagai forum keagamaan. Semua orang mengenal dia. Dia harus menjaga sikap dan lakunya.
Tapi, tidak untuk kali ini. Sudah beberapa hari ini dia curiga dengan kelakuan istrinya, Ami. Ami sekarang lebih suka memainkan hp, ketimbang ngobrol dengannya. Bahkan Ami sudah mulai berani menolak untuk melayaninya secara biologis. Mungkinkah istrinya sudah mulai terpengaruh dunia maya. Atau malah ada pengaruh yang lain?
Apa hebatnya sih benda mungil ini. Dani mengambil hp Ami yang tergeletak di meja rias. Ami sedang menyusui anak mereka di kamar sebelah.
Dani membuka hp tersebut, dan menemukan alasan mengapa sifat istrinya berubah.
Puluhan sms mesra dari seorang pria, memenuhi kotak masuk. Darah Dani menggelegak sampai ke ubun-ubun.
Jadi begini, cara dia membalas kebaikanku selama ini?
Dia meraih pisau yang entah mengapa bisa berada di atas meja rias. Tapi Dani tidak memedulikannya. Napasnya memburu, amarah begitu menguasai dirinya sekarang. Dibukanya pintu kamar dengan kasar.
Persetan dengan segala kesabaran.
Persetan dengan segala kesabaran.
Ami menoleh, menyungging sebuah senyum.
Dani melangkah pelan. Pisau diselipkan di belakang punggungnya.
“Ada apa, Mas? Mau ikutan nyusu juga?” Ami terkikik geli.
Anak mereka menatap Dani dengan lucu.
Anak mereka menatap Dani dengan lucu.
“Ah tidak. Aku hanya ingin melihatmu saja.” Untuk terakhir kalinya.
Dani mengangkat pisau tersebut. Kilatan ngeri sang istri terpantul di pisau tersebut. “Apa maksudmu, M-.”
Detik berikutnya, pisau tadi menancap di leher Ami. Lalu dengan gerakan cepat, Dani menggorok leher Ami. Darah memancar bagai mata air. Tumpah bagai air terjun di wajah bayi mereka. Mata Ami terbelalak, meracau untuk sesaat, gelembung-gelembung udara meletup di lehernya yang dibanjiri darah. Dia menggapai-gapai udara, kemudian menegang, dan akhirnya bisu.
Bayi mereka menangis, menjerit. Mengoek-oek berisik. Mengusik heningnya malam. Dia berenang dalam kubangan darah ibunya. Setetes dua tetes darah tertelan olehnya.
Dani menggendong bayinya. Mengusap kepalanya dengan lembut. Berusaha menenangkannya. “Cup...cup...sayang.”
Dani. Itu bukanlah anakmu. Lihatlah betapa berbedanya kau dan dia. Dia pasti anak dari selingkuhan istrimu.
Dani memungut pisau yang telah bersimbah darah tadi, memain-mainkannya di atas tubuh anaknya. Berpikir keras. Menentukan keputusan.
Bunuhh Dani. Bunuh!!
Tangan Dani bergetar. Tapi dia tidak bersalah.
Dia bukan anakmu. Bunuh sekarang!!
Dani berteriak sambil menghujamkan pisau menembus dada si bayi. Sekilas dia bisa melihat bayinya tersenyum dan hendak membelai wajahnya. Hening menyusupi udara. Darah bayinya terciprat ke wajah, leher dan bajunya.
Kamar itu lebih mirip rumah penjagalan hewan.
“Astaga.. A-apa yang telah aku lakukan?”
Dani memandangi tangannya yang bersimbah darah. Pisau terjatuh dari tangannya.
“TIDAKKK.....”
***
Tuan Pra menenggak minumannya. “Dua nyawa dalam satu malam. Itu benar-benar luar biasa. Hahaha.”
“Manusia memang benar-benar bodoh. Kalau sudah emosi, maka logika dan akal sehat tidak akan digunakan.”
“Nurani manusia memang begitu. Tidak mau mencari lebih lanjut kebenaran, yang penting melampiaskan amarah.”
Malam semakin larut. Masing-masing membanggakan hasil kerja mereka. Denting gelas, asap rokok, cerita, tawa, malam yang indah.
“Sekarang giliranku.” Nona Pat menggosok kedua tangannya dengan bersemangat. “Aku telah melalui penantian panjang untuk mewujudkan tragedi. Bayangkan, 20 tahun aku menanti dengan sabar, untuk melakukan skenario ini.”
“Aku menabur bibit dendam di hati seorang anak berusia tujuh tahun. Dendam akibat pelecehan seksual yang dialaminya. Bibit itu mulai tumbuh. Berkembang. Merambat ke setiap helaan napas kehidupannya. Dia membenci semua lelaki dewasa. Tapi aku telah memoles anak itu dengan topeng. Walau dalam dirinya dipenuhi dendam, tampak luarnya begitu bersahaja.”
“Orang-orang tidak akan menyangka, bahwa dia memiliki perangai yang begitu buruk. Manusia gampang dibutakan oleh penampilan.”
***
Tom hendak ke supermarket pada malam itu. Ketika tiba-tiba dia ditabrak oleh seorang bapak paruh baya. Bapak itu terengah-engah, bagai dikejar setan. Bajunya dipenuhi noda merah yang menguarkan aroma anyir. Badannya bergetar hebat, dengan air mata yang bercampur dengan keringat.
“Ada apa, Pak? Apa Bapak dikejar perampok?”
Bapak itu termangu sejenak. “Y-ya. Saya lagi dikejar oleh sekawanan geng motor. Tolong saya. Mereka akan membunuh saya.” Bapak itu memelas.
“Baiklah, Pak. Rumah saya tidak jauh dari sini. Mari saya tunjukkan. Bapak bisa bersembunyi disana sementara.” Tom memapah Bapak itu ke rumahnya.
“Mari, Pak. Silakan masuk. Anggap saja rumah sendiri. Maaf rumah saya kecil dan berantakan. Nama saya Tom.”
“D-Dani.”
Dani bengong menatap isi rumah tersebut. Rumah yang dikatakan kecil tersebut, mempunyai luas seperti lapangan sepakbola. sebuah tv layar lebar bergantung di dinding, bagai ditempel.Lemari kaca yang dipenuhi dengan kristal-kristal dalam segala bentuk. Karpet yang lembut seakan menelan kaki Dani.
Ah, orang kaya memang pandai merendah.
“Lebih baik bapak membersihkan badan dahulu. Di kamar mandi ada handuk bersih, saya akan mempersiapkan baju untuk bapak.”
“Terimakasih, Nak Tom. Kamu sungguh baik.”
Tom hanya menyungging senyum dan mempersilakan Dani untuk ke kamar mandi.
Di kamar mandi, Dani masih memikirkan perbuatan bodohnya. Seharusnya semua masih bisa dibicarakan baik-baik. Mengapa aku bisa begitu saja membunuh mereka. Aku harus melarikan secepatnya dari kota ini. Sebentar lagi aku akan menjadi buronan polisi.
Dani bergegas membersihkan badannya, menggosok semua darah yang melekat di tubuhnya. Sehabis mandi, dia mengenakan baju bersih yang telah disiapkan Tom.
“Mari pak. Silakan makan dulu.” Tom mempersilakan Dani dengan sopan untuk makan.
“Wah, saya jadi tidak enak ini. Nak Tom tidak perlu repot-repot seharusnya.”
“Tidak apa kok, Pak. Saya senang melakukannya.”
Di meja telah terhidang makanan yang mengundang selera. Nasi putih yang mengepul, ayam goreng yang menggoda, segelas jus apel, dan semangkuk bayam.
“Nak Tom tidak makan?”
“Terimakasih, Pak. Tapi saya sudah makan tadi.” Tom tetap tersenyum ramah.
Dani makan dengan lahap. Memakan banyak bayam. Mungkin aku bisa menjadi sekuat popeye dan mengalahkan polisi.
Meski dia merasakan bayam itu rasanya tidak seperti biasanya, tapi dia merasa tidak enak untuk protes. Sebagai penutup, Dani menenggak jus apel tersebut.
“Terimakasih Nak Tom. Atas segala kebaikannya.”
“Tidak usah sungkan pak. Saya senang menolong orang.”
Semenit kemudian, Dani mulai merasa pusing dan mual. Dia terjatuh di lantai sambil memegangi tenggorokan dan perutnya yang seperti dililit ular piton. Dia kejang-kejang, menendang apa saja disekitarnya. Gerakannya semakin liar, lalu perlahan melemah, tubuhnya mulai kaku, bola matanya naik ke atas. Buih keluar dari mulutnya.
Asam Oksalat bayam dan Sianida dari biji apel memang tidak pernah mengecewakan. Tom tersenyum dan membereskan semua kekacauan tersebut.
Kamu akan segera bergabung dengan yang lainnya.
Kamu akan segera bergabung dengan yang lainnya.
***
Nona Pat bertepuk tangan dengan riuh. “Akhirnya, misi 20 tahunku tuntas. Dia telah membunuh genap 666 orang.”
Mereka tertawa puas. Kemudian saling bersulang. Lalu melanjutkan cerita lagi.
Aku pelan-pelan mengundurkan diri. Mencari tempat yang sunyi, untuk menuliskan rahasia ini kepadamu. Ketahuilah, aku bisa disiksa jika ketahuan. Jadi, pastikan jangan bilang siapa-siapa tentang rahasia ini. Dan waspadalah akan sekelilingmu. Karena kematian akan menggunakan segala cara untuk merenggutmu.
Pelajarilah semua catatan kematian dan pembunuhan. Kematian selalu bergerak dalam pola yang sama. Tidak ada yang baru. Kau harus lebih peka. Camkan !
Kematian bisa mencabut nyawamu dengan cara kasar atau lembut. Tergantung pilihan yang kau buat ketika masih hidup.
***
“Hei Tuan Lang. Sekarang giliranmu bercerita.” Mereka berteriak memanggilku.
Aku menoleh dan melambaikan tangan ke arah mereka. “Baiklah.. Aku akan segera menuju kesana.”
Aku menatap kertas penugasan itu dengan pias. Maafkan aku teman. Aku memang membocorkan rahasia ini kepadamu. Karena aku tau kau tidak hidup cukup lama untuk memberitahu orang lain. Namamu tertulis jelas sebagai korbanku malam ini. Jadi, bersiaplah....
-TAMAT-
Kayaknya cerpen kali ini cukup “berat” buat gua. Entah kenapa bisa dapat ide untuk nulis cerita kayak gini. Gua butuh segala kritik dan saran dari lo mengenai penulisan cerpen ini. Silakan tuliskan di kotak komentar ya. Dahh
Keren. Banget.
ReplyDeleteMakin keren aja adek ganteng ini mengolah cerita. :')
Keep writing! <3
Mungkin suatu hari di tangan kak aci bakal ada buku novel atau kumpulan cerpenmu. <3
Tapi cerita Nona Pat kak aci kurang ngeh. Jadi si Tom itu waktu kecil pernah dilecehkan. Dia tumbuh besar dengan masalah kejiwaan dan jadi psikopat gitu ya?
Deleteaahh. terima kasih kakak sayang :*.
Deleteiya, si tom jadi bermasalah gitu deh kejiwaannya.
Sepertinyaaa gak ada kritik. Keren banget lah! Sarannya, tetap berkarya aja deh, khususnya nulis cerpen keren kayak gini. Serius. Keren.
ReplyDeletewalah. masa gak ada kritik mas.
Deletemakasih deh ya. hehe
Good. Kebawa sama ceritanya. Lanjuuuut..
ReplyDeletelanjut apanya kak? udah tamat ini
DeleteSUMPAH KEREN!! Gaya ceritanya asik, nggak terlalu panjang, tapi nggak terlalu pendek.. Keep writing mas!! ^^
ReplyDeletegak terlalu panjang? ini 8 halaman ms. word sih. haha. kirain bakalan banyak yang bosen dan skip bacanya.
Deletemakasih ya :)
Cadas bro, 'pesan' nya sampai dengan selamat di otak dan hati gue. mantaf kuadrat. Kalau kritik, aduh, apa ya, ni cerita dah keren bro. Gue larut sama ceritanya.
ReplyDeleteMungkin mmmm endingnya tu kayaknya rada ambigu, yang lain bercerita hal yang sudah terjadi. Sedangkan Tuan Lang -yang dipanggil untuk bercerita- akan menceritakan tentang skenario 'mematikan' si pembaca yang belum mati dan masih membaca.
wah cadas. kayak musik rock aja.
Deleteendingnya itu gini bro, kan tuan lang itu yang menceritakan rahasia kematian kepada yang baca ini cerita, nah dia bocorin karena emang yang baca bakalan mati ntar malem. bukan nyumpahin sih ini. haha
muateeeepp broh.. (y)
ReplyDeletebtw ada yang typho tuh broh, "terima kasih Nak Dani atas segala kebaikannya" bukannya harusnya "Nak Tom" ya? :D
ohiya, yang dicerita awal, kenapa mesti pake nama pacar guaa??? ToT #KamuJahat
wah iya. udah dibenerin bro. makasih ya.
Deletewah, gua gak tau kalau lo udah punya pacar. haha
KEREN!!!
ReplyDeleteBtw kayanya ada yang salah tulis deh di bagian "Terimakasih Nak Dani. Atas segala kebaikannya." Kan itu yang ngomong Dani ke Tom.
Endingnya twisting dan gak disangka-sangka banget. Diksinya juga oke banget. Keep writing man!
iya udah dibenerin kak. duh kok bisa salah ya.
Deletesip kak. makasih ya :)
keren brooo!! tapi kok endingnya agak kampret yaa? hahaha
ReplyDeletehaha. hati hati aja bro
DeleteAseeek... Mantap banget ceritanya.
ReplyDeletesipp. makasih bro
DeleteMacem baca cerita creepy pasta :')
ReplyDeletecreepy pasta ceritanya gimana emang?
Deletekeren..! cerita tentang shinigami =D
ReplyDeletesebenernya ceritanya gak terlalu panjang kan, karena telalu banyak space aja, enak dibaca ceritanya ngalir gitu
haha. iya sih. ntar kalau gak ada space, pada sakit mata semua yang baca.
DeleteSO COOL! Kalimat yang paling akhir cukup bikin bulu kuduk merinding ya, apalagi aku baca postingan ini di jam-jam 2 pagi gini. hahaha -__-"
ReplyDeleteKeep writing! Ganbatte! ^^
asal gak bulu ketek aja sih yang merinding. haha.
Deletemakasih makasih :)
waah keren broo, memakai banyak sudut pandang, pemilihan diksinya juga oke :D
ReplyDeletekompleks banget ceritanya deh
wih makasih bro :)
Deletemanteppp
ReplyDeletekeren abis bang
tapi sama sih termasuk cerpen "berat" bagi gue juga
:)))
iya. udah bisa dipake gedein otot saking beratnya
Deletewuih, bagus banget nih cerpen. Kenapa nggak dikumpulin aja cerpennya, trus dijadiin buku?
ReplyDeleteemang bisa ya cerpen satu orang pengarang dijadikan antologi cerpen gitu?
DeleteBagus bang. Sampe merinding bacanya.
ReplyDeletewah gua padahal gak niat bikin cerita horor loh
Deletekayaknya baru kali ini gue baca postingan blog sampe seseius ini. keren paraah.. ngga kepikiran kenapa lo bisa dapet ide kayak giniiii :D
ReplyDeleteduh. senang deh jadi yang pertama. haha.
Deletenah lo aja gak kepikiran. apalagi gua
Keren, Bang. Cerpennya makin hari makin bagus. Aku suka bagian bayam berasam oksalat dan biji apel yang bersianida. Kalo aku dipaksa ngritik, aku juga bingung. Aku suka plotnya, walaupun rasanya masih tetap sama; bingung setiap menemukan adegan seks di tulisan2 Bangjet ini. Di cerpen ini, di cerpen yang lama juga. Mungkin karena alur ceritanya udah mulai menegang, tak apalah hilangkan bagian Dani membatin soal popeye, ehehe. Bangjet banyak fans nya nihyeeee XD
ReplyDeleteduh. maaf telah meracuni otak kalian dengan adegan seksnya ya.
Deleteoh.. kalau udah mulai menegang itu lebih baik tetap diteruskan ya ketegangannya? sip sip deh.
fans apaan coba
Kereeen, bagus ceritanya, tapi.... Ngeri ah, kematian. :')
ReplyDelete