Kemaren, gua dapat tugas dari dosen gua.
tugasnya mencari tahu mengapa banyak orang yang malas ke TPS? Alasan harus
dikemukakan secara radikal. Gile bener bahasanya. Masuk kuliah, bahasa gua
makin tinggi aja. Akhirnya gua mikir-mikir, merenung lama di toilet, dan
akhirnya gua dapet juga alasannya :
menurut saya, penyebab orang sekarang malas
pergi ke TPS adalah karena perkembangan teknologi. Karena teknologi telah
menawarkan begitu banyak kemudahan kepada manusia dengan cara-cara yang sangat
instant. Sehingga manusia sekarang menjadi sangat
individualis. Mereka menginginkan cara yang instant. Apalagi dengan berkembangnya smartphone saat ini, semakin memudahkan manusia. Semuanya dapat terakses dengan sentuhan jari. Jadi, mereka menginginkan ada suatu aplikasi dalam smartphone mereka yang membuat mereka langsung dapat memilih pilihan mereka secara mobile dan online. Jadi mereka tidak perlu bersusah-payah untuk pergi ke TPS, cukup dengan satu sentuhan jari mereka dapat memilih “jagoan” mereka.
individualis. Mereka menginginkan cara yang instant. Apalagi dengan berkembangnya smartphone saat ini, semakin memudahkan manusia. Semuanya dapat terakses dengan sentuhan jari. Jadi, mereka menginginkan ada suatu aplikasi dalam smartphone mereka yang membuat mereka langsung dapat memilih pilihan mereka secara mobile dan online. Jadi mereka tidak perlu bersusah-payah untuk pergi ke TPS, cukup dengan satu sentuhan jari mereka dapat memilih “jagoan” mereka.
Rada gak nyambung sih jawaban gua. Tapi
dosennya nyuruh harus beda dari yang lain dan harus dipikirin secara radikal.
Pelajaran filsafat sih. Harus banyak merenung deh gua.
Tapi ya, menurut gua ada benernya juga sih.
Siapa sih sekarang yang gak punya HP. Smartphone aja udah menjamur di
mana-mana. Hp cina aja ada yang smartphone. Hidup lo aja berasa ada yang kurang
kalau gak megang hp, barang satu menit aja. Janggal aja gitu. Tangan lo gatal.
Seharusnya Menkominfo menyadari fenomena ini,
dan dibuat lah aplikasi untuk pemilu secara online. Biar gak perlu susah-susah
lagi ke TPS. Harus rela panas-panasan, ngantri, nunggu lagi. Padahal belum
tentu nanti, pemimpin yang udah kepilih bakalan
nepatin janji-janjinya. Banyak yang janji manis doang.
Trus ditanya lagi gini, mengapa pejabat banyak
yang korupsi.
Jawaban gua:
menurut saya, korupsi seakan sudah membudaya di
negara ini. Menjabat suatu posisi penting dirasa tidak pas, jika tidak
melakukan korupsi. Mulai dari pejabat tingkat desa, hingga tingkat paling atas,
semua berlomba-lomba melakukan korupsi. Moral nya sudah hilang.
Mereka tidak
malu lagi melakukan korupsi. Mereka seakan-akan bangga karena telah berhasil
mencuri uang dari negara. Namun ada juga, pejabat yang sudah kaya-raya, namun
tetap melakukan korupsi. Menurut saya, dia melakukan korupsi semata-mata untuk
mencari perhatian dari publik. Karena perhatian masyarakat hanya kepada gadget nya. Jadi dia berusaha agar memperoleh perhatian atau
pengakuan dengan cara korupsi.
Ternyata koruptor itu hanya caper kepada
masyarakat. Kurang perhatian dia. Masa kecil dia suram kali. Jadi dia ingin
memperoleh suatu pengakuan dari masyarakat atas eksistensinya. Hartanya
berlimpah ruah. Sampai dia cebok aja pake uang seratus ribu. Gile banget gak
tuh. Tapi dia tetep merasa kosong. Jadi dia putuskan untuk korupsi. Supaya
masyarakat jadi memperhatikan dia. Dia juga jadi sering wara-wiri di layar
kaca. Terkadang koruptor juga haus akan perhatian. Haus publisitas. Tapi dengan
cara yang bodoh.
Akhirnya kedua jawaban ini digabung dengan
pertanyaan, apakah hubungan kedua hal tersebut? Gua jawab :
menurut saya, hubungannnya adalah, karena
masyarakat lama kelamaan menjadi semakin individualis dan lebih memilih
bersosialisasi dengan gadget nya
daripada dengan sesama manusia. Hal ini pun berdampak pada para pejabat. Mereka
tidak lagi diperhatikan oleh masyarakat. Oleh karena itu setiap celah yang
dapat digunakan untuk memperoleh perhatian masyarakat sambil menambah ketebalan
dompet mereka. Lama kelamaan hal ini pun membudaya, dan berakar kuat. Seakan tidak
bisa lepas dari kehidupan pemerintah.
Yah, menurut gua ini juga karena lemahnya hukum
di negara ini. Bahkan ada juga usaha untuk memperlemah KPK. Apa-apaan ini. Udah
pengawasan hukum lemah, satu-satunya lembaga pemberantas korupsi malah
diperlemah. Ada-ada saja upayanya, mulai dari tidak menyetujui pembaruan
gedung, hingga mengurangi kewenangan KPK. KPK juga sangat kekurangang tenaga
penyidik. Mungkin lo tertarik bekerja di KPK. Silakan langsung melamar kerja
disana ya.
FYI, hasil pemilukada Sumut kemaren, lebih dari
50% warga memilih golput. Pada pacaran dengan smartphone nya sih ni. Hahaha.
Itu aja dari gua. kalau lo mau ngasi komentar
atau apa. Silakan berkomentar dengan sopan di kotak komentar. Salam dari gua
No comments:
Post a Comment
Berkomentarlah sebelum berkomentar itu diharamkan