Wednesday, November 21, 2012

Sepucuk Surat Untuk Nenek

Hai nek, bagaimana kabarmu di Surga? Apakah keadaan di Surga benar-benar seindah yang dibicarakan banyak orang? Engkau pasti bahagia berada di sana. Memuji dan memuliakan Tuhan, yang merupakan kegemaranmu.

Nek, disini aku begitu merindukanmu. Aku merindukan setiap peluk hangat darimu. Yang bisa menenangkan jiwa yang paling kacau sekalipun. Aku merindukan nasehat darimu. Aku merindukan usapan lembutmu di punggungku, ketika aku akan beranjak tidur.
Aku merindukan saat-saat ketika kita mengambil jatah pensiunmu berdua. Saling bercanda selagi menunggu giliranmu. 

Dan setelah itu kita akan membeli komik kesukaanku. Kebaikan hatimu benar-benar luar biasa nek. Itu adalah saat-saat paling membahagiakan dalam hidupku. Ingin kuputar waktu kembali, untuk menikmati kembali saat-saat itu. Memang benar kata orang, kita tidak akan tahu betapa berharganya seseorang, sebelum dia pergi meninggalkan kita. Tapi tak kusangka, engkau yang akan mengajarkan sakitnya kehilangan itu kepadaku.

Nek, aku ingin curhat kepadamu. Suatu hal yang jarang kulakukan kepadamu dulu. Nek, kuyakin engkau sedang mengawasiku dari atas sana. Engkau pasti tahu keadaanku disini. Nek, aku sedang tertekan batin disini. Aku capek menanggung beban psikologis di rumah ini. Aku merasa tidak dihargai di rumah ini, nek. Omelan tidak bosan-bosannya menghampiri telingaku.

Dulu, kukira berada di tempat ini adalah suatu keputusan yang bagus. Aku akan menggapai cita-citaku di sini. Tapi, segala dugaanku itu salah. Kata-kata negatif mematikan semangatku begitu berada di sini. Omelan dan cercaan menderaku. Aku menanggung beban psikologis di rumah ini. Setiap yang kulakukan selalu serba salah.

Aku masih ingat ketika kita mengirim 2 kotak sereal kesukaanku kepada abang dan kakak yg telah terlebih dahulu berada di sini. Aku merasa cemburu ketika itu. Tapi engkau dengan bijaknya berkata, “ Mereka belum tentu bisa mencicipi sereal ini sesering kamu mencicipinya”.

Kusangka itu semua tidak benar. Bukankah mereka berada di kota besar? Mereka pasti selalu mencicipi sereal itu kapan saja mereka mau. Namun, setelah mengalami nya sendiri. Barulah mataku terbuka dengan lebarnya. Tidak ada penghargaan yang diberikan atas tindakan bagus yang kulakukan disini. Benar-benar menyiksa jiwa tinggal disini. Kasih tidak kudapatkan dari mereka, seperti aku mendapatkannya darimu.

Nek, masihkah engkau berdoa untuk keberhasilan ku? Setiap doa yang kupanjatkan seakan tidak didengar oleh Tuhan. Berbagai kegagalan terus datang, membuatku putus asa dan mempertanyakan keberadaan Tuhan. Maukah engkau meminta kepada Tuhan untuk mengabulkan permintaanku nek?

Aku hanya ingin tetap kuliah di sini namun sambil ngekos. Aku tak tahan lagi berada lebih lama di rumah ini. Namun, aku juga tak ingin meninggalkan kuliahku. Aku benar-benar bingung nek. Engkau meninggalkanku terlalu cepat, nek. Aku masih membutuhkan seorang yang sangat bijaksana sepertimu. Engkau bahkan tak menyaksikanku ketika aku lulus dari smp dan sma. Meski kuyakini bahwa engkau tersenyum dari atas sana. Namun, kesedihanku tetap tak dapat kusembunyikan, nek.

Marahkah engkau bila aku menangis nek?
aku benar-benar merindukanmu. Aku juga sudah tak tahan lagi berada di rumah ini. Aku membutuhkan pelukan hangat darimu dan usapan lembut mu di puncak kepalaku.

Nek, sampai disini dulu curhatanku padamu. Di lain waktu aku akan curhat kepadamu lagi.

Kuharap nanti aku mendapatkan pendamping hidup yang secantik engkau dan memiliki hati yang mulia seperti dirimu.

No comments:

Post a Comment

Berkomentarlah sebelum berkomentar itu diharamkan