Nek, disini aku begitu merindukanmu. Aku merindukan setiap
peluk hangat darimu. Yang bisa menenangkan jiwa yang paling kacau sekalipun.
Aku merindukan nasehat darimu. Aku merindukan usapan lembutmu di punggungku,
ketika aku akan beranjak tidur.
Aku merindukan saat-saat ketika kita mengambil jatah pensiunmu
berdua. Saling bercanda selagi menunggu giliranmu.
Dan setelah itu kita akan
membeli komik kesukaanku. Kebaikan hatimu benar-benar luar biasa nek. Itu
adalah saat-saat paling membahagiakan dalam hidupku. Ingin kuputar waktu
kembali, untuk menikmati kembali saat-saat itu. Memang benar kata orang, kita
tidak akan tahu betapa berharganya seseorang, sebelum dia pergi meninggalkan
kita. Tapi tak kusangka, engkau yang akan mengajarkan sakitnya kehilangan itu
kepadaku.
Nek, aku ingin curhat kepadamu. Suatu hal yang jarang kulakukan
kepadamu dulu. Nek, kuyakin engkau sedang mengawasiku dari atas sana. Engkau
pasti tahu keadaanku disini. Nek, aku sedang tertekan batin disini. Aku capek
menanggung beban psikologis di rumah ini. Aku merasa tidak dihargai di rumah
ini, nek. Omelan tidak bosan-bosannya menghampiri telingaku.
Dulu, kukira berada di tempat ini adalah suatu keputusan yang
bagus. Aku akan menggapai cita-citaku di sini. Tapi, segala dugaanku itu salah.
Kata-kata negatif mematikan semangatku begitu berada di sini. Omelan dan
cercaan menderaku. Aku menanggung beban psikologis di rumah ini. Setiap yang
kulakukan selalu serba salah.
Aku masih ingat ketika kita mengirim 2 kotak sereal kesukaanku
kepada abang dan kakak yg telah terlebih dahulu berada di sini. Aku merasa
cemburu ketika itu. Tapi engkau dengan bijaknya berkata, “ Mereka belum tentu
bisa mencicipi sereal ini sesering kamu mencicipinya”.
Kusangka itu semua tidak benar. Bukankah mereka berada di kota
besar? Mereka pasti selalu mencicipi sereal itu kapan saja mereka mau. Namun,
setelah mengalami nya sendiri. Barulah mataku terbuka dengan lebarnya. Tidak
ada penghargaan yang diberikan atas tindakan bagus yang kulakukan disini.
Benar-benar menyiksa jiwa tinggal disini. Kasih tidak kudapatkan dari mereka,
seperti aku mendapatkannya darimu.
Nek, masihkah engkau berdoa untuk keberhasilan ku? Setiap doa
yang kupanjatkan seakan tidak didengar oleh Tuhan. Berbagai kegagalan terus
datang, membuatku putus asa dan mempertanyakan keberadaan Tuhan. Maukah engkau
meminta kepada Tuhan untuk mengabulkan permintaanku nek?
Aku hanya ingin tetap kuliah di sini namun sambil ngekos. Aku
tak tahan lagi berada lebih lama di rumah ini. Namun, aku juga tak ingin
meninggalkan kuliahku. Aku benar-benar bingung nek. Engkau meninggalkanku
terlalu cepat, nek. Aku masih membutuhkan seorang yang sangat bijaksana
sepertimu. Engkau bahkan tak menyaksikanku ketika aku lulus dari smp dan sma.
Meski kuyakini bahwa engkau tersenyum dari atas sana. Namun, kesedihanku tetap
tak dapat kusembunyikan, nek.
Marahkah engkau bila aku menangis nek?
aku benar-benar merindukanmu. Aku juga sudah tak tahan lagi berada di rumah ini. Aku membutuhkan pelukan hangat darimu dan usapan lembut mu di puncak kepalaku.
aku benar-benar merindukanmu. Aku juga sudah tak tahan lagi berada di rumah ini. Aku membutuhkan pelukan hangat darimu dan usapan lembut mu di puncak kepalaku.
Nek, sampai disini dulu curhatanku padamu. Di lain waktu aku
akan curhat kepadamu lagi.
Kuharap
nanti aku mendapatkan pendamping hidup yang secantik engkau dan memiliki hati
yang mulia seperti dirimu.
No comments:
Post a Comment
Berkomentarlah sebelum berkomentar itu diharamkan