Thursday, July 23, 2015

[Review Novel] Ayah

Siapa yang pernah ke pasar malam bareng ayah?


Judul Buku          : Ayah
Penulis                 : Andrea Hirata
Penerbit               : Bentang Pustaka
Tebal                    : 400 Halaman
Harga                   : Rp 81.500,00

"Ayah" adalah novel terbaru dari Andrea Hirata. Terbitnya novel ini udah kutunggu sejak tahun 2011. Waktu itu aku berkunjung ke website Andrea dan menemukan informasi kalau dia akan menulis sebuah buku yang berjudul “Ayah”. Kabarnya, dia menulis buku ini ketika sedang kuliah di Iowa. Akhirnya, baru terbit di pertengahan 2015. Hampir 4,5 tahun menunggu buku ini terbit. Lebih lama mana dari penantian kalian akan kekasih? Eakk.

Awalnya, aku mengira buku ini akan bercerita tentang Ikal dan Ayahnya, seperti dalam novel Edensor. Ternyata, nggak. Novel ini ditulis berdasarkan kisah Amiru, seorang sahabat yang dikenal Ikal ketika dia masih bekerja di kantor pos.

Rencananya, aku akan membaca buku ini satu bab perhari. Menikmatinya pelan-pelan. Memperlakukannya seperti kitab suci. Yah, ternyata itu hanya angan saja. Semakin dibaca malah semakin ketagihan dan tau-tau udah tamat. Dan ketika udah tamat membaca buku ini, aku tiba-tiba menggunakan bahasa Indonesia yang kaku, sesuai eyd dengan kalimat mendayu-dayu ala melayu. Aku kok mudah banget dipengaruhi  :’)

Novel diawali dengan Sabari yang sedang galau karena ditinggal pergi istrinya, Marlena. Kucingnya, Abu Meong, juga ikutan galau karena ditinggal pasangannya, Marleni. Kedua makhluk itu saling meratapi nasib. Bab selanjutnya bercerita tentang Amiru yang senang memperhatikan ayahnya, Amirza, berkutat dengan radio bututnya. Bagaimana ayahnya yang hanya tamatan SMP, berdasarkan logika ilmiahnya sendiri, berhasil membuat suara radio menjadi lebih jernih dengan bantuan kandang bebek.

Bab berikutnya bercerita tentang Markoni, anak orang kaya yang bengal. Baru kelas satu SMP sudah merokok, ketika STM makin gila, dan ketika disuruh kuliah D-II, bukannya membawa ijazah, dia malah membawa istri. Setelah ayahnya meninggal, hidup Markoni pun berantakan. Hingga suatu saat dia mendapat ilham ketika melihat anak-anak sekolah. Otak bisnisnya jalan, anak-anak sekolah pasti membutuhkan buku dan segala hal berbau percetakan. Maka tanpa membuang waktu dia segera memulai usaha percetakan. Percetakan batako. Jenius memang.

Bab-bab awal emang gak terlalu panjang. Cuma sekitar tiga atau empat halaman.
Tiga tokoh tadi, melalui lika-liku kehidupan, jalinan nasibnya akan saling bertemu. Semakin dibaca, maka kita akan semakin paham apa maksud Andrea dengan pembukaan novel seperti itu. Alur novel ini menggunakan alur campuran. Awalnya mundur, setelah di pertengahan barulah melaju seperti kereta api.

Menurutku sendiri, judul Ayah kurang tepat disandang novel ini. Karena novel ini kebanyakan bercerita tentang perjuangan Sabari dalam mendapatkan cinta Marlena. Cinta kepada lawan jenis lebih ditonjolkan ketimbang cinta kepada anak. Porsi cerita ayah dan anak tidak sampai setengah novel. Malah mungkin Cuma 1/3 isi novel. Selebihnya cinta ala-ala anak SMA. Tapi, bukan kayak ftv. Kisah cinta ini lebih memotivasi dan mengajarkan akan kesetiaan. Sekaligus kegilaan.

Dalam novel ini, kamu akan menemukan banyak sekali puisi. Aku gak tau, apakah ini puisi yang dibuat oleh Andrea atau murni karangan Sabari. Yang penting puisinya benar-benar bagus. Contohnya kayak gini :

Datangkan seribu serdadu untuk menembakku !
Bidikkan setiap senapan, tepat ke ulu hatiku !
Langit menjadi saksiku bahwa aku di sini, untuk mencintaimu !
Dan biarkan aku mati dalam keharuman cintamu...

Coba bacakan puisi itu ke gebetan. Behhh, bakal klepek-klepek dia kayak sempak diterbangkan angin. Puisi itu dibacakan Sabari ketika perpisahan SMA.
Ada lagi puisinya ketika baru masuk SMA

Cinta adalah mahkota puisi
Musim adalah giwang puisi
Hujan adalah kalung puisi
Bulan adalah gelang puisi
Cincin adalah perhiasan

Luar biasa. Benar-benar menakjubkan. Sehabis membaca novel ini, jiwa puitis kalian pasti langsung menggelegak.

Komedi khas Andrea masih tetap muncul. Dengan majas hiperbola, metafora dan ironi yang sangat memikat. Benar-benar karya sastra kelas tinggi. Contohnya kayak gini,

“Perempuan cantik memang suka plinplan, itu merupakan bagian dari kecantikan mereka. Aku sendiri punya pengalaman yang sama denganmu. Jadi, aku mengerti perasaanmu. Kita senasib.”
“Pengalaman dengan siapa, Kun?”
“Siapa lagi? Shasya!”
“Pengalaman bagaimana?”
“Ya, aku bingung karena Shasya selalu plinplan. Hari ini dia bilang tak suka padaku, esoknya bilang benci, esoknya lagi bilang muak. Sungguh tak punya pendirian. Yang benar yang mana?!”

Memang tak akan membuat kita tertawa terbahak-bahak. Tapi, akan memicu saraf-saraf di sekitar bibir untuk tertarik ke atas.

Dalam novel ini, Andrea kembali menegaskan kalau cinta emang bisa bikin orang lain bertingkah gila. Seperti di Novel Dwilogi Padang Bulan, ketika Ikal rela bersepeda puluhan kilometer demi melihat bubungan atap rumah A Ling. Begitu juga di novel ini, kegilaannya kayak gini nih..

Begitu juga jika bertanya. Kerap pertanyaan Sabari tak masuk akal, tak berhubungan dengan pelajaran, pokoknya bertanya. Semuanya agar didengar Lena. Waktu itu guru Fisika menjelaskan teori sifat bayangan pada cermin datar, cekung dan cembung serta segala hitungan runyam sudut-sudut pantul, yang membuat siswa tampak hilang dalam tempat dan waktu. 
Semakin dalam guru menjelaskan, semakin banyak murid yang bingung, termasuk Sabari, tetapi di tengah kebingungan itu dia menunjuk.
“Saya mau bertanya, Pak!” Lantang sekali suara Sabari.
“Silakan, Ri.”
“Apakah Bapak pernah menonton pelem Perempuan Berambut Api?!”
Dan terdengarlah auman yang dahsyat.
“Keluaaaaarr!!!”

Yah, cinta masa SMA emang bisa membuat dunia kita jungkir balik.
Oh ya, salah satu yang kurang kusukai dari buku ini adalah, pujian yang sangat banyak untuk novel Laskar Pelangi. Seakan-akan karya Andrea itu cuma Laskar Pelangi dan yang lain hanya pelengkap saja. Ini justru mengkerdilkan novel Ayah itu sendiri. Pujian untuk novel ini sedikit sekali dibandingkan puja-puji untuk Laskar Pelangi. 1 berbanding 100.

Endorsement ini ada 4 lembar loh.

Kalau gak salah, hal kayak gini juga terjadi di Dwilogi Padang Bulan. Dimana kata pengantarnya oleh seseorang yang aku lupa namanya. Dia menceritakan mengenai kepopuleran Laskar Pelangi di seluruh dunia. Ayo dong move on. Masa yang diingat dari Andrea cuma Laskar Pelangi doang? Laskar Pelangi udah gak perlu lagi puja-puji berlebihan. Laskar Pelangi udah jadi fenomena dalam dunia sastra Indonesia, bahkan dunia. Siapa sih yang gak tau Laskar Pelangi? Kalau gak tau novelnya, paling enggak, tau filmnya. Paling banter pernah dengar lagu “Laskar Pelangi” dari Nidji.

Seandainya puja-puji itu ditujukan untuk novel Ayah, pasti buku ini akan lebih berkelas.

Semoga ini jadi bahan masukan untuk Andrea. Buku-buku Andrea yang lain kan gak kalah bagus. Pasti deh didukung untuk diterbitkan ke dalam banyak bahasa kayak Laskar Pelangi. Novel ini kuberi rating 8/10. Dengan harga Rp 81.500, sungguh sangat layak ditebus di toko buku favorit kamu. Buruan beli.

Mungkin ada di antara kamu yang udah membaca buku ini, setuju gak dengan reviewku? Atau kamu punya pendapat lain? Yuk ceritain di kolom komentar. Jangan lupa juga untuk klik tombol share di bawah, supaya temen temen kamu di media sosial bisa tau.

Sekian artikel hari ini.

Salam Asal


32 comments:

  1. Belum baca nih. Tapi jadi tertarik setelah baca reviewnya hehehe.
    *siap-siap ke tokbuk*

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah keren banget langsung terpengaruh untuk membeli. hehe.

      Delete
  2. kayaknya waktu nulis masih kepengaruh bacaan yah.. Jd hiperbolik. Haha

    ReplyDelete
  3. Wah kayaknya berat yaahhh bacaan lu kali ini Man? Boleh dong disumbangin ke gue kalo udah selesai baca. Hahahahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. gak berat2 banget sih. hampir sama kayak novel tere liye

      Delete
  4. Sama kak, kalo abis baca novel suka kebawa-bawa gaya bahasanya, inget dulu pernah ngomong pakai bahasa baku ke temen gegara abis baca novel terjemahan, hahaha..
    Penasaran sama novel ini, nunggu ada kesempatankesempatan deh (kesempatan minjem :p)

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah. ada kawan juga. hahaha. kita harus bersatu supaya tidak gampang dipengaruhi
      yee. beli dong

      Delete
  5. wah super sekali bangarman, kata katanya beeeh.. meleleh,
    aku sih belom pernah baca full novel karyanya andrea hirata, belum.. minat. soalnya masih baru suka baca novel novel. hiks.. kayanya sih seru.

    ReplyDelete
    Replies
    1. lah kok malah gua yang super ya? kan review doang. yang bikin meleleh mah puisi dalam novel itu -_-
      sukanya baca novel apa emang?

      Delete
  6. Harganya lumayan ya, Man. Itu bisa dapet 2 novel kalo novel biasa. XD

    Uh, puisi. Jadi kangen #memfiksikan ini mah. Asli. Hwahahaha.
    Hmm, kalo komedinya ya bikin senyum aja. Bukan genre komedi. :)

    Manteplah review-nya. Pinjem dong! Laaahhh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya sih. tapi kualitasnya sesuai kok. hehe
      masa? wah baru tau gua. soalnya kadang kalo baca novel komedi kayak alitt, ernest, atau raditya dika, gua juga cuma senyum aja. gak sampai terbahak-bahak.

      yee malah minjem. numpang baca aja di gramedia sana. haha

      Delete
  7. Keren bang.. Sip,para jomblo jd mak tuing ada referensi gombalan yg bs bikin klepek2 nie..

    ReplyDelete
    Replies
    1. masih banyak puisi keren lain loh di dalam novel ini

      Delete
  8. Aku pernah ke pasar bareng ayah. Ke pasar sapi tapi, hehe.

    Bagus review-nya Man. Kapan-kapan kalo niat jual buku lagi, novel ini diikutin yaa..

    ReplyDelete
    Replies
    1. gua cuma ke pasar tradisional biasa.
      emm. jadi pengen jualan buku lagi deh gua

      Delete
  9. Oke ini, bikin penasaran ._. di twitter banyak yang bilang kalau novel ini emang bagus :' okeeeee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya. Beli aja. Lumayan bisa bikin kalimat bahasa indo jadi bener

      Delete
  10. kemarin sempat ke gramedia. Cuman hanya melihat . Mau beli lagi kere, maklum pas liburan.

    Aku jadi kepo sama novelnya. Bang kalo udh baca pinjam ya, kirim lewat jne hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gampang. Jgn lupa ongkir sama ongkos minjem buku ya

      Delete
  11. Setia banget nunggu sampe 4,5 tahun :D

    ReplyDelete
  12. Rada sesak napas liat harganya... Biasanya budget novelku 50-60ribuan. Paling mahal ya 70ribuan. Tapi beda sih ya kalo penulis ternama, kayak Tere Liye tuh, harga novelnya bikin meringis.

    Eh ini kok jadi bahas harga ya :v Lain kali deh baca novel ini, minjem dari temen yang punya huahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo buku andrea sama tere liye emang mahal sih. Tapi sesuai lah dgn kualitas

      Delete
  13. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  14. Karya andeea yg paling baru ini belum pernah denger sebelumnya

    ReplyDelete

Berkomentarlah sebelum berkomentar itu diharamkan