BRAK !
Ryan membanting pintu mobil. Lalu, menderu menuju
entah kemana. Sudah beberapa hari ini kami selalu bertengkar karena hal sepele.
Padahal, sebentar lagi kami akan melangsungkan pernikahan. Dia juga bertingkah
sangat aneh dan kelihatan gugup jika kutanya hendak kemana.
“Sayang. Hari ini, kita ke percetakan ya? Untuk
melihat model undangannya.” Ajakku dua hari yang lalu.
“Umm. Kamu bisa pergi sendiri, gak? Aku lagi ada
urusan nih. Aku percaya pilihanmu, kok.” Dia memegang tanganku dengan lembut,
lalu tersenyum. Maka tak ada gunanya lagi mendebat.
Aku pun pergi ke percetakan dengan rasa kesal.
Untunglah aku masih punya akal sehat untuk memilih model undangan yang bagus. Tadinya,
aku sempat berpikir untuk memilih model undangan untuk ulang tahun saja.
“Sayang. Kamu bisa gak nemenin aku ke penjahit jam
tiga nanti? Mau ngukur badan, nih.”
Ryan bergerak-gerak gelisah. “Jam tiga, ya? Aduh,
kayaknya aku gak bisa deh. Aku punya janji dengan klien.”
“Kamu gak bisa melulu. Kamu punya niat menikah gak,
sih? Aku capek tau ngurus semuanya sendirian. Yang menikah itu kan kita berdua.
Bukan cuma aku sendiri. Kamu selingkuh ya?” emosiku naik ke ubun-ubun.
“Eng-enggak, kok. Sayang, kamu jangan nuduh yang
macam-macam dong. Aku beneran ada urusan sama klien. Lain kali aku pasti
nemenin kamu, kok.”
“TERSERAH, DEH. Udah, turunin aja aku disini.”
Ancamku sambil membuka pintu mobil.
“Tapi, Sayang...”
“Tapi tapi apa? udah deh, cepet turunin aku disini,”
jeritku kesal.
“Yaudah, sih. Kamu tinggal turun aja. Kita kan udah
sampai daritadi.”
***
Hari ini, aku memutuskan untuk membuntuti Ryan.
Kalau dia ketangkap basah sedang berselingkuh, maka akan kucincang habis
tubuhnya. Hih. Selingkuhannya juga bakal kutembak pake rudal.
Aku telah membuntuti Ryan sejak dia mengantarku ke
kantor tadi. Sudah hampir tiga puluh menit. Aku mulai takut kalau dia memang
mau bertemu klien.
Mobil Ryan berhenti di sebuah rumah di pinggiran
kota. Rumah ini kecil, mungkin hanya berukuran 10x15 meter. Seorang anak
berlari-lari di halaman. Mengejar kucing. Ketika Ryan turun, anak tersebut
langsung menghambur ke pelukannya. Seorang bapak-bapak berumur, menyambutnya
dengan penuh sukacita. Di balik jendela, seorang gadis mengintip malu-malu.
Mungkinkah?
Mataku terasa panas. Tapi kucoba untuk mencari tahu
lebih lanjut. Sebuah plang terpasang di dinding. Tulisannya tidak terlalu
jelas. Mungkin pemberitahuan kalau rumah ini akan dijual.
Diam-diam aku memasuki rumah ini. Berjingkat-jingkat
bagai pencuri kelas teri. Di dekat pintu masuk, ada sebuah kamar. Pintunya
tidak ditutup sepenuhnya. Terdengar suara jeritan dan lenguhan dari dalam sana.
Jantungku berdegup tidak karuan. Kakiku gemetar. Banjir
air mata pun tak dapat kubendung lagi.
Teganya
dirimu, Ryan.
Kubuka pintu tersebut dengan sekali sentak.
Pemandangan di dalam sana mengejutkanku.
“RYAAAANNNNN”
Di dalam sana, Ryan sedang telanjang bulat, dan
bapak-bapak tadi memegangi daerah selangkangannya. Apa maksud dari semua ini?
“Nita? Apa yang kamu lakukan disini?” Buru-buru Ryan
mengambil handuk untuk menutupi daerah bawahnya.
Aku tak bisa berkata-kata. Tak kusangka kalau selama
ini Ryan...
“Sayang. Ini tidak seperti yang kamu duga. Aku bisa
jelasin, kok.”
Aku berlari keluar dengan penuh air mata. Semua pengorbanan selama ini. Semua
pengeluaran untuk pernikahan ini. Semuanya sia-sia. Sialan kau, Ryan.
Ryan mencengkeram lenganku di teras. “Nita ! Kamu
dengerin aku dulu.”
“Apalagi yang perlu dijelaskan, hah? Kamu masih
kurang puas menyakiti aku?”
“Ini tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku normal. Seratus
persen lelaki tulen.”
“Pemandangan di dalam sana berkata sebaliknya,
Ryan.”
Ryan bergerak-gerak gelisah. “Aku akan mengaku
sesuatu. Tapi kamu jangan marah.”
Aku cuma diam mematung.
“Oke. Hmm. Jadi, sebenarnya tempat ini adalah... uh,
bagaimana menjelaskannya ya.”
“JANGAN BERTELE-TELE, RYAN!”
“Oke..oke.. Sebenarnya tempat ini adalah...umm...
Tempat ini adalah tempat untuk... janji jangan marah atau tertawa... Tempat ini
adalah tempat untuk... Membesarkan alat vital.”
Butuh waktu bagiku untuk mencerna perkataannya.
“J-jadi..”
“Ya, sebenarnya aku sedang membesarkan alat vital.
Aku ingin menjadi lelaki yang bisa memberi kepuasan untukmu di ranjang.” Ryan
menggaruk-garuk kepalanya yang kuyakin tidak gatal.
Aku mengintip dari sela-sela handuk. Lalu mengerling
nakal.
“Well. Sepertinya
kita harus mencobanya nanti malam, Sayang.”
-Tamat-
Nah, bagaimana menurut kalian cerpen satu ini? Kuharap
twistnya terasa. Soalnya aku mulai merasa bodoh sekali dalam membuat cerpen
akhir-akhir ini. Ada yang pernah melakukan hal ini? Yuk cerita di kolom
komentar. Kritik dan saran sangat ditunggu.
Oh ya, jangan lupa juga share cerpen ini di media
sosial kamu. Tombol share ada di kiri bawah postingan.
Sekian untuk hari ini.
Salam Asal.
Mz, tolong twist nya diperparah lain kali. Makasih
ReplyDelete-sijal
cara perparahanya gimana nih? ajarin doong
DeleteAgak absurd. eh, gimana ? :)
ReplyDeleteJika ada waktu, silahkan berkunjung ke strainsofharmony.blogspot.com
Terima kasih :)
oke. sama sama
Deletetwist nya kerasa banget absurnya -_____-
ReplyDeletejadi........ dia ada di tempat pembesar alat vital......
sungguh tak tertebak. coba ceritanya dilanjutin, udah masuk kategori cerita dewasa nanti :))
dan kalau udah masuk kategori itu, google langsung nge banned gua. haha
DeleteKeren mas cerpennya, meski agak bingung di percakapannya
ReplyDeletepercakapan yang mana ya?
DeleteHaha. Hahahaha. Habis ngapain, Kak? Sampe dapet ide buat cerpen ini? :)))
ReplyDeleteTwistnya lumayan. Ayo bikin lagi cerpennya. Yang ini aja, dibikin part 2. :))
abis liatin iklan pembesar anu.
Deleteduh, ini aja udah bingung bikin endingnya. gimana mau disambung lagi? haha
Kenapa ujungnya malah ke mak erot . .??
ReplyDeleteSumpah absurd abis bang . . kasian yang namanya Ryan ikut tercemar . hahhaaa
ryan dari jombang?
DeleteBagus cerpennya (Y)
ReplyDeleteKok cobaknya nantik malem sih? Tunggu ijab qabul dulu doooongs! -_- *pembaca protes*
ReplyDeletenoh sana ngomong sama hape. bilang ke bang febri
DeleteWkwkwk.. Ku kan masih kesegel dengan rapi :P
DeleteKebelet kawin lo, man hahaha. Atau beneran udah kawin ? o_0
ReplyDeletekawin udah. nikah nih belum. haha.
Deletewaduh saya pikir ryan gak normal ternyata lagi ada di tempat pembesar anu ya :D
ReplyDeleteiya. padahal cukup make kaca pembesar aja ya kan mbak
DeleteHaha. Keren bang. Sumpah, gue kira si Ryan lelaki gay.
ReplyDeleteStory nya keren abis.
Kalo boleh, mampir di blog gue dong http://vebrisatriadi.blogspot.com
iya. sama. gua kira juga. jangan jangan kita...
Deletesip pasti mampir kok
Aku udah bisa nebak akhirnya mulai dari bagian yang ada bapak-bapak itu loh, bang. Twist-nya udah lumayan sih, cuma mungkin saran untuk kedepannya, delivery- nya lebih dimainin lagi, supaya aku bener-bener gak bisa nebak endingnya gimana. Hehehe
ReplyDeleteerrr. delivery itu apa ya mbak? semacam layanan pesan antar gitu? gak paham isitilah ginian :(
DeleteTAE. ARMAN. WAKAKAKA. Gue kira apaan. Taunya gedein si Ujang. XD
ReplyDeleteKeren-keren. Dapet banget twist-nya. :)
lo ada niat gedein juga gak, nih?
Deletebener-bener keren, twistnya terasa banget.
ReplyDeleteAki kira ryan baru akan disunat. :v soalnya pernah nonton sinetron yang batal kawin gegara belom disunat. Dan itu apa maksudnya mau nyoba woii... nikahannya aja belooommm... Kalo cerpen mah gak harus ngetwist, Man. Yang penting alurnya enak dan ada kejutannya. Ini udha memenuhi malah.
ReplyDelete[Haw, penikmat sinetron]
buset. segede gitu disunat. alot dong. haha
Deletetapi, menurut pengamatan gua sih, pembaca akan lebih inget dengan ending. dan ending yang twist akan membekas. hehe.
wduh bahaya nih......kalo sudah di coba belum waktunya. cerpen oh cerpen. :)
ReplyDeletewah bisa bahaya kalo batal nikah gara2 siudin kurang besar hahaha
ReplyDeleteyaa cukup lah twistnya