Saturday, January 31, 2015

[Cerpen] Cinta Tapi Beda


“Menurutmu, kita bisa bersatu nggak, sih?” Fiona menatap mataku.

Aku cuma tersenyum. Membelai lembut rambutnya.

“Kenapa enggak bisa?” tanyaku pelan.

Fiona yang sedang bersandar di bahuku, tiba-tiba menegakkan duduknya.

“Ya, kan kamu tahu sendiri masalah kita. Kita berbeda. Tepatnya, Tuhan kita yang berbeda,” gumam Fiona lemah. Dia lalu menunduk. Memandangi sepatunya.

Aku beringsut mendekatinya. Mengulurkan tangan untuk memeluknya.

Hei..Shhh..... Tenang aja sayang. Kita pasti bisa melewati ini kok.” Aku mengecup puncak kepalanya.

“Kamu janji? Kamu janji kita akan selalu bersama walaupun kita berbeda?”

“Iya.. Aku janji. Kamu jangan sedih lagi dong ya.” Aku tersenyum. “Liat tuh,  maskara kamu jadi luntur gini.”

Fiona memukul pundakku pelan. Pura-pura merajuk. Aku hanya terkekeh geli. Lalu memeluknya erat.

Aku akan melakukan sesuatu untuk memecahkan masalah ini

***

Aku memandang wajah Ardhi yang sedang tertidur di pangkuanku. Memainkan rambutnya yang ikal. Wajahnya begitu damai. Seandainya kami bisa selalu bersama. Orangtua Ardhi adalah seorang ulama terkenal. Jadi bisa dipastikan, dia diajari sangat keras mengenai agama. Sedangkan orangtuaku tidak kalah keras dalam mengajarkan agama Kristen.

Aku menghela napas. Entah kenapa aku selalu jatuh cinta dengan orang yang berbeda agama. Sebelum dengan Ardhi, aku pernah pacaran dengan Dion selama dua tahun. Kami terpaksa putus karena orangtuanya tidak mendukung kami. Butuh waktu sangat lama untuk menyembuhkan luka tersebut. Disaat aku terpuruk itulah Ardhi datang. Menawarkan canda, tawa, dan kehangatan.

Namun perbedaan kembali menjadi tembok. Aku selalu bingung, apakah agama memang diturunkan supaya cinta bisa dibatasi?

Aku menghela napas panjang. Urusan cinta bisa begini rumit ternyata. Beberapa hari lagi adalah perayaan anniversary kami yang pertama. Aku akan memberikan kado spesial untuknya.

***

“Happy anniversary, sayang.” Ardhi mengecup kening Fiona lembut. Fiona tersenyum dan memejamkan matanya. “Semoga kita selalu bisa bersama, jarang berantem dan punya anak banyak.” doa Ardhi.

“Fiona menangkupkan tangannya. “Amin sayang. Amin. Hehe. Tapi untuk punya banyak anak. Aku masih mikir-mikir.” Fiona memeletkan lidah.

“Iya deh iya.” Ardhi mengangkat tangan. Menyerah. “Oh ya. Aku punya hadiah loh buat kamu.” Ardhi merogoh celananya.

“Eitss. Emang kamu aja. Aku juga punya hadiah untuk kamu nih.” Fiona mengedipkan sebelah matanya. “Pasti kamu suka.”

“Jadi, siapa nih yang duluan ngasi hadiahnya?” tanya Fiona.

“Gimana kalau bersamaan aja. Kamu dan aku berbalik badan dan pada hitungan ketiga, kita sama-sama menyodorkan hadiah kita. Gimana?”

Fiona pura-pura berpikir keras. Ardhi mengecup pipinya. “Kelamaan kamu mikirnya. Hahaha. Buruan balik badan.”

Fiona terkekeh. Lalu membalikkan badannya.

 “Oke siap ya.” Ardhi memberi aba-aba. “1....2....3....”

Mereka serentak berbalik badan. Sambil mengacungkan kadonya.

Sebuah KTP.

“Lihat nih sayang. Aku udah ganti agama loh. Jadi kamu gak perlu takut lagi. Kita pasti selalu bersama kok.” Ardhi menunjukkan kolom agama di KTP nya. Kristen Protestan. “Tapi, kamu kok nyodorin KTP juga?” Ardhi garuk-garuk kepala.

“Jangan bilang kalau kamu...”

Tangan Fiona bergetar hebat. KTP nya terjatuh. Ardhi membungkuk memungut KTP tersebut.

Ia tidak sengaja memandang ke kolom agama.

Islam.

-The end


Pesan moralnya. Jangan terlalu suka memberi kejutan. Ntar malah kamu sendiri yang terkejut. Btw, udah lama gak buat cerpen yang endingnya ginian. Semoga semua suka. Kritik dan saran sangat dinanti. Oh ya, ada yang pernah ngalamin kisah kayak gini juga? Cerita dong di kolom komentar. hehe

Salam Asal


Lanjut Baca Terus >>>

Thursday, January 22, 2015

[KONSULTASAL] Dianggap Adik, Sakitnya Tuh, Disini.


Ya. Jumpa lagi denganku, si Konsultan Cinta yang udah terkenal dimana-mana. Di sesi KONSULTASAL kali ini, ada pasien yang curhat (lagi-lagi) masalah cinta. Tapi aku gak akan bosan kok dengan curhatan kalian. Enggak kayak pacarmu. Iya.. kamu.

Penasaran? Silakan kepoin curhatannya.

Hei penulis yg udah maksa buat aku curhat. Namaku Nisa. Langsung aja kali ya,hampir setahun yg lalu aku kenal sama seorang cowok. Sebut aja dia Zein. Awalnya sih perasaanku ke dia biasa aja, tapi makin lama kenal dan makin sering jumpa perasaan itu muncul. Kami sering bman udah kayak orang pacaran tapi gak pacaran . Kami juga kalo jumpa ya kayak orang pacaran, tapi kami masih belom ada status gitu sih. Ada sih yg buat aku yakin kalo dia punya perasaan yang sama kayak aku. Itu pas kami jumpa hanya berdua aja. Biasanya kalau jumpa selalu rame-rame. Disitu kami udah kayak beneran pacaran. Tapi masih dalam hal yang positif kok.
Nah dari situ perasaan aku mulai makin menjadi. Tapi,
aku coba buat minta penjelasan hubungan kami. Dan jawaban yang dia bilang enggak sesuai seperti aku inginkan. Dia bilang "kamu udah aku anggap kayak adek sendiri dan aku sayang sama kamu cuma sebagai adek". Sakit sih nerimanya. Nah aku cuma minta solusi gimana sih ngilangin perasaan itu sama dia dan kenapa bisa sesulit ini buat ngilanginnya? Jujur aja sampai saat ini perasaan itu masih ada.

Oke. Mari kita klarifikasikan satu hal. Aku gak pernah tuh maksa-maksa orang untuk ikut KONSULTASAL. Wuu. Ngarang aja nih Nisa. Mau menghancurkan kredibilitasku ya? Ohhh. Tidak bisa. Jangan menebar sensasi ya. Kecuali kamu bisa membuat sensasi yang ngalahin proses melahirkannya Ashanty.

Sebenarnya gejala-gejala kamu bakal kena PHP sih udah nampak dari awal. Cuma mungkin kamu udah terlarut  dalam suasana nikmat, sehingga terlena. Coba deh, kalian itu udah kayak orang pacaran, baik di bbm maupun pas jumpa langsung. Tapi dia belum juga berani nembak. Nah. Jelas kan. Jelas-jelas pelurunya abis.

Salah. Jelas-jelas dia emang gak pengen serius sama kamu. Chat sayang-sayangan, jumpaan pegangan tangan, elus-elusan, tapi hubungan tetap gak diresmikan. Seharusnya, dengan logika sederhana, kamu bisa tau ke arah mana hubungan jenis ini akan berlangsung. Dia cuma pengen bisa manggil sayang ke seseorang, pengen ada yang merhatiin, pengen ada yang nyebokin. Ya gitu-gitu deh.

Tapi, entah kenapa hal seperti ini luput dari pengamatanmu. Mungkin kamu udah terlalu dibutakan dengan cinta sesaat. Atau jangan-jangan kamu udah jomblo ratusan tahun ya? Makanya begitu ada yang memberikan kasih sayang, langsung diterima tanpa disaring gitu? Itu jomblo kok udah kayak lingkaran umur pohon ya?

Kamu juga bilang, kamu yakin kalau dia juga punya perasaan yang sama ke kamu, ketika kalian jumpa berdua. Yaelah, dimana-mana kalau cowok sama cewek lagi berduaan, pasti hormon oksitosinnya naik. Jadi merasa saling nyaman. Tidak heran kalau kamu merasa langsung klop sama dia. Nah, dianya belum tentu merasa seperti itukan.

Dan endingnya, seperti yang sudah kita duga. Kamu kena Kakak-adik Zone. Kayaknya aku pernah bahas brother zone juga sih. Gak salah memang kamu meminta penjelasan hubungan dari dia. Bener banget malah. Yang salah hanyalah kamu terlalu berharap sama dia. Ya setidaknya dia emang ngasih harapan sih. Harapan palsu.

Cara ngilangin perasaan itu, mungkin kamu bisa memulai dengan pelan-pelan melupakan dia. Gak mudah sih, tapi harus tetap dijalani. Atau kalau kamu mau langsung lupa, coba deh jedutkan kepala ke tembok atau ke lantai gitu. Siapa tau kamu amnesia. Di sinetron sih biasanya berhasil. Jadi, nanti kalau jumpa sama dia, kamu bisa jalan tanpa noleh, trus dia heran, trus dia nanya, trus malah dia yang suka sama kamu. Luar biasa sekali efek dari jedutkan kepala ini.

Ngilangin perasaan itu emang susah. Tapi yakin deh, waktu akan mengobati semuanya. Kamu pelan-pelan akan merasa terbiasa dengan fotonya, dengan aromanya, dengan hadirnya, dengan pacarnya. Lalu kamu akan mati rasa terhadap dia. Ya, memang sih dalam prosesnya, air mata akan dikuras. Ya, bukankah ini memang sudah konsekuensi cinta. Jadi, jalani aja perlahan ya.

Kalau kata anak meme sih,
“Tuhan mematahkan hatimu, untuk menyelamatkanmu dari cinta yang salah.”

Semoga itu juga terjadi di kehidupanmu ya Nisa. Amin dong.

Kamu-kamu juga kasih saran dong ke Nisa, gimana supaya dia cepat lupain mantan gebetannya. Atau kamu juga bisa cerita ke kita, kalau pernah ngalamin kejadian kayak gini juga.

Kamu juga bisa ikutan KONSULTASAL dengan cara kirim curhatan kamu via email ke azeegha@gmail.com. Pasti langsung ditanggapi. Kapan lagi kamu bisa konsultasi dengan konsultan cinta kondang secara gratis. Yuk buruan.

Sekian aja artikel hari ini. Semoga semua senang dan puas.


Salam asal
Lanjut Baca Terus >>>

Friday, January 16, 2015

Eksotisme Pantai Nias

Ini masih cerita tentang perjalanan ke pulau Nias. Kemarin kan aku udah cerita ketika jalan-jalan ke museum. Sekarang, aku akan bercerita tentang beberapa hal lagi yang menarik dari pulau Nias.

Di pulau Nias masih banyak pepohonan, didominasi sama pohon kelapa dan pinus. Jadi, udaranya masih segar banget. Polusi cahaya juga belum parah banget, bintang-gemintang masih bisa diamati dengan mata telanjang. Lautan bintang. Keren deh pokoknya. Asik banget kalau mau kemah. Kamu bisa liatin rasi bintang, siapa tau liat bintang jatuh, dan kamu bisa minta jodoh.

Tapi, aku sih lebih suka main-main ke pantai. Pantai disini masih bersih, belum kotor karena belum terlalu sering terjamah oleh manusia. Pasirnya putih, lautnya biru, transparan lagi. Sambil minum kelapa muda. Wah, asik banget deh. Kadang kamu boleh menumpang di perahu nelayan untuk ikut mereka mancing di laut.
Pantainya disini ada banyak. Cuma karena jaraknya lumayan jauh dari rumah, aku cuma jalan-jalan ke dua pantai aja.

Yang pertama aku jalan ke Pantai Charlita. Gini nih penampakannya kayak di foto. Pantai ini terletak di arah Nias Utara, kira-kira setengah jam kalau naik motor. Jalan menuju pantainya udah bagus kok, tapi hati-hati ya jangan ngebut. Soalnya di beberapa ruas jalan, di samping jalan itu yaaa laut. Kalau kamu jatuh ke bawah, siap-siap aja deh jumpa sama Mr. Krab.

agak mendung


Selain itu, semuanya asik. Udara masih segar. Menikmati pemandangan adalah hal yang wajib kamu lakukan. Melihat rumah penduduk yang sebagian masih terbuat dari kayu, mengamati aktivitas mereka, dan masih banyak lagi.

Oh ya, jangan khawatir tersesat. Ada plang jalan kok yang menunjukkan Pantai Charlita ada di sebelah mana. Biasanya, di sebelahnya ada gerombolan kerbau yang akan menyambut kamu. Mereka emang sering merumput di sekitar situ. Tapi kamu gak usah deh naik ke punggung kerbau sambil nyanyi, “aku adalah anak gembala.... Selalu riang serta gembira.....”

Nggak usah segitu noraknya deh.

Main-main di pantai ini asik. Ada pondok-pondok juga. Cocok untuk kamu yang bawa pasangan. Kalau lapar, tenang aja, ada kantin yang menyediakan berbagai jenis hidangan laut atau hidangan biasa. Pantainya luaass banget, kamu bisa main sepakbola sepuasnya deh, tanpa takut kaki akan terluka oleh sesuatu. Pasirnya lembut kok.

tuh. luas kan.

Sehabis capek main bola, tinggal nyebur aja deh ke laut. Ciprat-cipratan. Kejar-kejaran. Peluk-pelukan. Ya gitu deh. Aktivitas orang pacaran. Jomblo mah liatin aja dari tepi pantai -_-.

yang bawa pacar udah gua usir.


Pantai yang kedua adalah Pantai Baloho. Gak yakin juga sih ini nama pantainya bener apa kagak. Anggap aja bener deh. Pantai ini terletak di Nias Selatan, dimana pantai di Nias Selatan itu ombaknya cenderung gede. Perjalanan menuju pantai ini memakan waktu sekitar dua setengah jam. Tapi kamu gak bakalan bosan kok, pemandangan indah sudah siap untuk memanjakan mata.

Kadang kamu dapat pemandangan dari atas gunung, kadang dapat pemandangan dari tepi pantai. Kamu bisa menyaksikan sendiri gimana kerennya pantai Nias Selatan dengan ombaknya yang menggoda para surfer. Nias Selatan emang udah jadi spot surfing yang dikenal dunia. Tapi, kamu harus tetap hati-hati, soalnya ada beberapa ruas jalan yang rusak. Daripada perjalanan kamu terganggu, lebih baik santai aja bawa kendaraannya.

Nah, kalau udah sampe di pantai, semua kepenatan perjalanan akan terbayar lunas. Pemandangan tenang nan agung dari pantai akan menyambut kamu. Birunya laut benar-benar terasa. Beniiinng banget. Pacar kamu kalah deh beningnya. Aroma laut yang memabukkan, semilir angin yang memainkan rambut, deburan ombak kejar-mengejar. Bisa buat kamu sejenak melupakan masalah di hidup. Silakan nikmati sensasinya.


Keponakan. Entah kenapa awannya gitu


sama keponakan

Oh ya, pantainya belum terlalu padat oleh manusia kok. Jadi kamu bisa puas-puas menikmati pantai tanpa takut harus nyenggol orang. Di sekitar pantai, ada pohon kelapa yang tumbuhnya agak miring. Boleh deh kamu coba-coba naik. Tapi hati-hati ya, kelihatannya emang mudah. Tapi percayalah, itu susah banget. Aku udah membuktikannya.



susah men

Jomblo mah gini aja gayanya  :')

Satu lagi. Berkunjung ke Nias Selatan gak akan lengkap kalau gak pergi ke Desa Bawamataluo. Dalam bahasa Indonesia, artinya adalah Desa Matahari Terbit. Desa ini letaknya tinggi banget. Sekitar (xxx meter dari permukaan laut). Untuk mencapai desa ini kamu harus naik tangga yang lumayan bikin ngos-ngosan. Tapi kalau udah sampai di atas.... taraaaa. Pemandangan indah akan menyambut.



Patung Naga. Penjaga di tangga bawah


Kamu bisa melihat pantai di sebelah sana, rumah penduduk di sebelah situ. Sensasinya kayak mendarat di puncak dunia. Di desa adat ini, rumah penduduknya masih berupa rumah adat, yang menggunakan tiang penyangga yang diameternya luar biasa gede, dan dibangun tanpa menggunakan satu buah paku. Entah bagaimana mereka dulu membangunnya, aku juga heran. Kayu itu  disusun seperti puzzle yang saling merekatkan. Dan karya arsitektur itu masih bertahan hingga kini. Keren.

Kamera gak memadai.


Disini jugalah tempat dilaksanakannya lompat batu yang melegenda. Kalau kamu mau menyaksikan lompat batunya, kamu harus bayar para pelompatnya sekitar 300 ribu untuk satu kali lompatan. Yah, harga mahal emang setara dengan resikonya. Kalau kamu mau nyoba silakan. Asal selangkangan kamu dilapisi pake berlian dulu.


Ayo ayo siapa berani?

Kehidupan masyarakat di sana emang masih tradisional. Dan jangan coba-coba bersikap tidak sopan ya. Jagalah sopan santun, supaya kamu bisa pulang dengan kepala yang masih menyambung di badan. Ohya, masyarakat Nias kuno dulu gemar banget memotong kepala orang. So, be careful. Hahaha.

Gini nih kampung adatnya


Kerajinan tangan merupakan salah satu mata pencaharian disini. Kamu bisa beli deh gelang-gelang unik khas Nias. Atau membeli ukiran-ukiran berseni tinggi. Kan keren kalau dipajang di rumah atau dijadikan oleh-oleh.

Nah. Gitu deh perjalananku ketika liburan di Nias. Silakan deh kamu juga eksplor Nias. Untuk memuaskan jiwa petualang. Tapi bawa guide ya, biar kamu gak nyasar.

Masih banyak lagi potensi pariwisata yang bisa dikembangkan dari pulau Nias. Seandainya pemerintah daerah mau mempekerjakan blogger kayak aku di bidang pariwisata, pasti udah banyak deh pemasukan untuk daerah. Semoga ada yang bekerja di bidang pemerintahan di Nias yang membaca ini. 

Oleh oleh senja dari Nias.


Sekian artikel kali ini. Sampai jumpa di artikel berikutnya. Daah.

Salam Asal.



Lanjut Baca Terus >>>

Sunday, January 11, 2015

Day at The Museum

Ini sebenarnya sambungan cerita ketika di nias. Nah, setelah ditawari untuk jadi menantu oleh ibu-ibu di sekitar situ, dan setelah dengan susah payah aku tolak juga (yaiyalah. Wong dijodohin sama anaknya yang masih 5 tahun. Dikirain aku Emon), aku lalu jalan-jalan ke tempat wisata di dekat situ.

Agak lama sih baru terealisasi jalan-jalannya. Soalnya Nias kalau lagi musim hujan, hujannya awet banget. Kayak hubungan kamu sama selingkuhanmu. Dalam seminggu, paling cuma dua hari cerah, selebihnya ujan. Di dalam dua hari itupun, cerahnya paling cuma beberapa jam doang. Jadi kalau kamu mau mengunjungi nias, saat paling tepat adalah bulan tujuh atau bulan delapan. Kenapa? Karena disana lagi musim durian. Dan durian disana enaknya udah level 20. Murah lagi. Surga deh.

Eh, ini kok ngomongin durian? *skip*




Tempat pertama yang kukunjungi adalah museum. Nah, pas aku datang, museumnya sepiii banget. Takutnya museum malah jadi tempat mesum. Soalnya di pojokan ada aja yang sembunyi-sembunyi pacaran. Huh. Jomblo mah gak aman kemana-mana.
Masuk ke museum harus bayar karcis. Gak mahal kok, cuma lima ribu rupiah untuk masuk dan lima ribu lagi untuk melihat koleksi benda antik di dalamnya.

Di dekat museum ini juga ada asrama Katolik khusus Putra, jadi yang cewek hati-hati aja kalau lewat ya. Bakal banyak yang menjelma jadi burung beo soalnya. Jago nyiul.

Rumah adat Nias

Di museum itu semua kebudayaan Nias ada. Mulai dari rumah adat, pakaian perang, sarkofagus (peti mati), alat memasak, benda megalitikum dan masih banyak lagi. Oh ya, disana juga dilarang memotret. Namun, karena rasa penasaran, aku dengan bijaksana melanggar aturan tersebut.

Patung ini diluar, bukan di dalam museum. Jadi boleh dipotret.

Aku memotret di ruangan ketiga, itu tempat peti mati bangsawan serta pakaian perang ditampilkan. Pertama kali motret, gambarnya kabur. Oke.. mungkin kesalahan teknis. Aku nyoba foto lagi, kali ini makin kabur dan udara dingin berhembus masuk. Nah, disini bulu ketek biasanya udah mulai berguguran. Takut men. Pantas aja dilarang, pengaruh mistisnya masih kuat banget ternyata di benda yang ada disini. Jadi kalau kamu gak pengen kesurupan dengan gaya kodok, gak usah deh difotoin benda-benda disitu.

Nah museum ini juga merangkap sebagai kebun binatang. Ada beberapa binatang yang “dipamerkan” disitu. Kayak buaya, rajawali, babon (yang ngejek dengan pantat bahenolnya), monyet (kayak kamu), rusa, dan masih banyak lagi. Kan jarang-jarang bisa liat binatang sebahenol babon. Biasanya liatin Nicki Minaj doang.

Oh ya, pas aku datang ke museum, ada satu pasangan yang kerjanya asik foto-foto mulu pake tongsis. Dan kayaknya aku selalu jumpa mereka dimana-mana. Buset dah. Sengaja banget manas-manasin ya. Bawaannya tuh pengen jorokin mereka ke kandang buaya.

Di pinggiran museum ini adalah pantai. Jadi kalau udah capek jalan-jalan, bisa nyantai deh di pantai. Sambil liat anak-anak berenang, atau yang lagi nyari kepiting, atau liat pasangan yang asik foto pake tongsis. YAELAH. MEREKA LAGI. *golok mana golok*.

Ini nih pinggir pantainya


Capek jalan-jalan, aku nyantai bentar di kantin sekitar situ. Memesan indomi dan secangkir teh. Hujan turun rintik-rintik, tak berapa lama menjadi deras. Ah...sudahlah. kayaknya bakal lama nih kejebak hujan di sini. Iseng aku melihat sekeliling, di pojokan ada pasangan yang lagi asik foto pake tongsis.

Ya Tuhan. Kuatkanlah hamba.

Nah itu aja dulu cerita jalan-jalan ketika di Nias. Masih ada kok yang lainnya. Tunggu aja ya. Daaahh.

Salam asal.


Lanjut Baca Terus >>>

Tuesday, January 6, 2015

[Cerpen] Cinta ragu-ragu

Sumber Gambar

Memang selalu begini keadaannya ketika guru tidak masuk kelas. Kertas-kertas kecil digulung, lalu dilemparkan ke kepala teman. Yang terkena akan mengumpat kecil, lalu membalas. Ada juga yang saling kejar-kejaran, meliuk-liuk di antara bangku. Bising. Teriakan dan sorakan menulikan telinga.

Tapi aku tidak menaruh perhatian pada semua itu. Aku sekarang sedang asyik menatap Deni, yang juga sedang asyik membaca buku. Jantungku kebat-kebit tak karuan. “Hampiri saja dia.” Hatiku berkata. “Jangan. Kamu hanya akan mempermalukan dirimu sendiri. Kamu kan cewek.” Otakku berkata lain.

Aku gelisah. Dudukku menjadi tidak tenang. Bagai cacing kepanasan. Kutelungkupkan kepala di meja. Galau. “Sekarang atau tidak sama sekali.” Hatiku memberi semangat. Aku memantapkan langkah menuju meja Deni.

“Den, kamu bisa bantuin aku ngerjain soal fisika ini, gak? Bingung banget nih cara ngerjainnya.” Aku berusaha tersenyum. Mengendalikan degup jantung.
Deni mendongakkan kepalanya. Melihat buku fisika di tanganku, lalu menatapku tajam. Lututku mulai goyah. Tuhan bantu aku.

“Oh. Soal yang kemarin itu? Aku juga kurang ngerti tuh. Mungkin kamu bisa tanya Febri. Dia kan jago banget Fisika. Maaf ya.” Deni tersenyum tipis. Harapanku untuk bisa ngobrol berdua dengannya pupus sudah.

“Oh. Oke. Gapapa kok.” Aku melangkah cepat ke tempat dudukku. Menelungkupkan kepala di meja sambil mengutuki diri sendiri.

***

Aku membolak-balik buku “Sejuta cara untuk memperoleh pacar” tanpa semangat. Buku ini omong kosong. Semua sudah kupraktekkan, tapi tidak ada yang berhasil. Aku menoleh sekilas ke belakang. Tiga bangku dari tempatku. Vania. Cewek pujaan semua cowok di angkatanku. Dia juga cewek yang paling sulit ditaklukkan. Vania hari ini sangat cantik. Yaaa, dia memang selalu cantik sih. Sial, dia menoleh ke arahku. Aku gelagapan memalingkan pandangan.

Beranikanlah dirimu. Ajaklah dia ngobrol. Sampai kapan sih kamu mau jadi pengagum rahasia terus?” jerit hatiku kesal.

“Tapi aku takut. Dia pasti tidak tertarik untuk ngobrol denganku. Aku terlalu membosankan untuknya.”

Kau bahkan belum mencoba.”

“Karna aku tau sia-sia saja untuk mencoba.”

Pengecut.”

Aku hanya manyun. Dikalahkan oleh hati sendiri itu rasanya gak enak. Aku menoleh lagi ke belakang. Vania sedang menelungkupkan kepalanya di meja.
“Baiklah. Aku akan kesana dan ngobrol dengannya. Kalau gagal, kau harus tanggung jawab,” ancamku pada hati. Aku menarik napas panjang.

“Den, kamu bisa bantuin aku ngerjain soal fisika ini, gak? Bingung banget nih cara ngerjainnya.”

Aku tergagap. Vania tiba-tiba sudah berdiri dengan anggun di hadapanku. Vania meminta bantuanku? Mimpi apa aku semalam? Dan senyumnya itu. Astaga aku kehilangan kata-kata. Buyar.

“Oh. Soal yang kemarin itu? Aku juga kurang ngerti tuh. Mungkin kamu bisa tanya Febri. Dia kan jago banget Fisika. Maaf ya.”
Hah? Kenapa malah kalimat itu yang keluar? Soal  itu bahkan lebih mudah dari 1+1.
“Oh. Oke. Gapapa kok.” Vania tersenyum lalu melangkah pergi.

Aku hanya termangu menatap punggung gadis pujaanku. Aku telah menyia-nyiakan kesempatan. Arghhh tolol, rasanya aku ingin membenturkan kepala di tembok.

***

Sebentar lagi akan ada promnite. Aku beberapa kali mengatur skenario agar bisa berjumpa dengan Deni. Aku “tidak sengaja” berjumpa dengannya ketika pulang sekolah. Atau “tidak sengaja” berpapasan di kantin. Banyak “tidak sengaja” yang kuciptakan hanya untuk menanyakan tentang promnite.

“Den. Kamu nanti datang ke promnite gak?” tanyaku ketika “tidak sengaja” bertemu di kantin.
“Belum tau. Liat nanti deh. Kalau kamu?”
“Belum tau juga. Belum ada yang ngajak sih. Hehe.” Aku berusaha memberikan senyum paling manis.
“Haha. Nanti bakalan ada juga yang ngajak kok.”
“Hmm. Iyadeh.”

Aku ingin menjitak kepala Deni. Tidakkah dia tau arti dari kode tersebut? Apakah semua cowok sebodoh ini dalam menanggapi kode dari cewek? Ataukah dia memang tidak menaruh perhatian padaku? Apakah cintaku bertepuk sebelah tangan?

“Van. Kamu belum ada yang ngajak ya? Dengan aku aja ya perginya.”

Aldo tiba-tiba menyela. Sambil menaik-naikkan alisnya. Dih playboy kampungan. Aku menggigit bibir bawahku. Ragu. Ohh Deni, coba kamu yang mengajak dengan cara seperti ini. Pasti aku akan langsung mengiyakan. Dan seharusnya juga kau menyela permintaan Aldo dan berkata ‘Vania akan pergi denganku.’ Aku menatapnya penuh harap, namun dia hanya terseyum.

Aku menghela napas. “Baiklah, Aldo. Aku akan pergi denganmu.”
Aldo tersenyum lebar. “Dandan yang cantik ya. Nanti malam jam 7 aku jemput.” Aku hanya tersenyum masam.

***

Sebentar lagi akan ada promnite. Aku beberapa kali mengatur skenario agar bisa berjumpa dengan Vania. Aku “tidak sengaja” berjumpa dengannya ketika pulang sekolah. Atau “tidak sengaja” berpapasan di kantin. Banyak “tidak sengaja” yang kuciptakan hanya untuk menanyakan tentang promnite.

Seperti ketika “tidak sengaja” bertemu dengannya di kantin hari ini. Aku melangkahkan kaki pelan ke arahnya. Dia sedang menyeruput es jeruk kesukaannya. Kadang aku berangan-angan ingin menjadi sedotannya.

Aku baru akan membuka mulut, ketika....

“Den. Kamu nanti datang ke promnite gak?
Ditembak seperti itu, aku langsung terpaku. Ya Tuhan, ciptaanmu indah sekali. Lihatlah rambutnya yang digerai, ditiup angin dengan lembut. Bagai model iklan sampo. Bibirnya yang merah alami. Aroma parfumnya yang menggoda. Dan dia baru saja bertanya kepadaku tentang promnite. Aku akan menjawab dengan benar kali ini.

“Belum tau. Liat nanti deh. Kalau kamu?”

Sial. Kenapa bibirku nggak sinkron dengan otak? Atau emang otakku yang kacau? Argh. Aku mengacaukannya lagi kali ini. Otakku benar-benar blank jika berhadapan dengan dia.

“Belum tau juga. Belum ada yang ngajak sih. Hehe.”

Nah. Kesempatan datang lagi. Dia pasti lagi memberikan kode untukku. Kubujuk bibirku agar mau mengatakan ‘Kamu mau gak pergi denganku?’. Ya ampun, dia tersenyum manis sekali. Ayolah, apa susahnya mengatakan hal tersebut. ‘Kamu mau gak pergi denganku?’

“Haha. Nanti bakalan ada juga yang ngajak kok.”
Senyum itu benar-benar beracun. Aku tidak bisa berpikir jernih jika selalu disuguhi senyum seperti itu.

“Hmm. Iyadeh.”
Tubuhku lunglai. Hilang sudah kesempatanku. Bodoh..bodoh...bodoh..

“Van. Kamu belum ada yang ngajak ya? Dengan aku aja ya perginya.”
Aldo tiba-tiba menyela. Seandainya aku bisa sejantan itu meminta Vania untuk pergi denganku. Aku hanya menatap hampa ke arah mereka. Mereka pasti jadi pasangan yang serasi sekali. Lihatlah, Vania kelihatannya bahagia sekali diajak oleh si tampan satu ini. Dia tidak berhenti tersenyum.

“Baiklah, Aldo. Aku akan pergi denganmu.”

Aldo tersenyum lebar. “Dandan yang cantik ya. Nanti malam jam 7 aku jemput.”
Duniaku seakan mau runtuh.

***

Aku mematut diri di depan cermin. Aku tidak akan tampil maksimal hari ini. Seandainya saja Deni yang mengajak. Pasti aku akan habis-habisan. Si bodoh satu itu memang kelewatan. Dan sekarang aku malah pergi dengan Aldo, playboy cap kaki lima.

Ketika Aldo datang, aku harus bersusah payah mengalihkan pembicaraan agar orangtuaku tidak menggodaku terus.

“Akhirnya Vania laku juga. Kamu jaga dia baik-baik ya Nak Aldo. Jangan pulang terlalu malam.”
“Sip deh. Om. Serahkan saja sama saya.” Aldo merangkul pundakku. “Yuk... kita pergi. Mari Om..Tante.”
“Iya. Hati-hati di jalan ya.”

Coba Deni yang ngajak aku. Pasti akan kukenalkan dia dengan senang hati kepada Papa dan Mama. Tipeku bukan cecunguk seperti Aldo. Dia malah dengan seenaknya mengaku-ngaku sebagai pacarku.

Di promnite, kami malah dikerubungi. Dipuji-puji sebagai pasangan yang serasi. Aku hanya tersenyum. Malas membantah. Dan Aldo tak henti-hentinya merangkul pundakku. Sekali waktu dia malah mencoba mencium pipiku. Tasku dengan senang hati mendarat di bibirnya.

Kuedarkan pandangan ke sekeliling. Mencari Deni. Nah, itu dia disana. Sedang mengambil sirup. Apakah dia tidak bisa berdandan lebih rapi? Keadaannya benar-benar awut-awutan. Aku ingin menyapanya sebentar.

“Hey Van. Kirain kamu gak bakalan bisa ditaklukkin. Eh ternyata takluk juga sama Aldo.” Rini menyenggol lenganku. Aku mengabaikannya. Aku lebih asyik mencuri pandang ke arah Deni. Dia malah tidak melihat ke arahku sedikitpun. Dia sedang asik ngobrol dengan Rio.

“Do. Jangan sampai nyakitin Vania ya. Dia itu kembang sekolah kita. Kalau dia sampe nangis, ancur kau nanti,” canda Gino.

“Tenang aja bro. Dia bakalan kujaga hingga ke pelaminan. Iya kan, Van?”
Aku mengangguk pasrah. Semoga acara promnite ini cepat usai.

***

Aku mengacak-ngacak rambutku. Frustasi. Seharusnya malam ini adalah malam yang bahagia. Seharusnya malam ini aku berkenalan dengan orangtua Vania. Berkata bahwa aku akan menjaga anak mereka. Tapi, nyatanya aku malah berakhir disini.
Kuambil kemeja lecek di salah satu gantungan baju. Tak ada gunanya rapi dan tampil maksimal. Toh Vania tidak akan memperhatikan. Dia pasti sedang asyik bercanda dengan Aldo. Darahku mendidih memikirkan hal ini.

Di promnite, mereka bagaikan raja dan ratu pesta. Tampil tampan dan cantik. Menawan. Menyulut api cemburu di hatiku. Seandainya aku lebih berani, pasti aku yang menggandeng tangannya sekarang. Seandainya bibirku bisa diajak bekerja sama, pasti aku yang merangkul pundaknya dengan hangat.

Ribuan seandainya berputar-putar di benakku.Kuambil secangkir minuman. Berusaha mendinginkan hati.

“Eh.. Den. Lihat tuh Vania dan Aldo. Serasi banget ya. Gak nyangka, Vania bakal jatuh ke tangan Aldo yang terkenal playboy.” Rio mencolek lenganku.
“Iya.. aku juga gak nyangka. Tapi kayaknya sih Vania happy banget. Dia aja gak berhenti senyum daritadi.”
“Harusnya kau juga kayak gitu tuh. Bawa gandengan. Mau sampai kapan jomblo? Hahaha. Beraniin diri nembak cewek lah.”

Rio mengusik masalah hatiku yang paling dalam.
“Nanti aja deh urusan pacaran. Gak minat. Mau konsen belajar aja.” Aku cengengesan.
Rio hanya mengangkat bahu.

Musnah sudah harapanku untuk menjadi pacar Vania. Tampaknya rasa cinta ini memang harus kukubur dalam-dalam. Aku tidak pantas disampingnya. Aldo memang lebih layak. Cintaku benar-benar bertepuk sebelah tangan. Setidaknya aku masih bisa menikmati senyumnya, walau bukan untukku. 

Kutarik napas panjang. Kuharap promnite ini cepat usai

***

Brukk. Buku berjatuhan.
Deni membungkuk. Membantu mengumpulkan buku yang berceceran. Dia memang berjalan sambil melamun tadi.

“Maaf ya. Aku yang salah. Gak lihat-lihat tadi.”
“Iya gapapa kok. Aku juga salah,” kata perempuan tersebut sambil memunguti buku.
“Eh, ternyata kamu, Den. Kirain siapa. Hai. “Vania tersenyum manis.”
Deni salah tingkah. Dia terbatuk-batuk kecil.

“Eh hai Van. Mau kemana nih?” Deni sebenarnya tau Vania selalu membaca buku di kantin ketika istirahat. Vania juga selalu tau kalau Deni mau ke perpustakaan ketika istirahat.
“Perpustakaan. Kamu?
Sama. “Mau ke kantin nih. Laper.”
“Okedeh. Daahh.”

Deni melambai. Kesempatan itu hilang lagi.

TAMAT


Nah. Pesan moral dari cerpen ini adalah, beranilah mengungkapkan cinta. Karena kamu tidak tau sedekat apakah jodohmu. Mungkin saja hanya sedekat tarikan napas. Oh ya, cerpen ini terinspirasi dari buku kumpulan cerpen Tere Liye yang berjudul “Berjuta Rasanya.”

Kritik dan saran untuk cerpen ini sangat diharapkan. Kalau kamu pernah mengalami kisah seperti ini juga, yuk share di kotak komentar. Akhir kata, aku cuma mau bilang... when you love someone, just be brave to say.

Salam Asal





Lanjut Baca Terus >>>