sumber |
Akan tiba saatnya, kamu memanggil wanita yang selama
ini menyusuimu dengan panggilan “Mama” dan memanggil pria yang selama ini hanya
menggendongmu dengan raut wajah keras, tapi memiliki tatapan teduh, dengan
panggilan “Papa”
Akan tiba saatnya, kamu belajar untuk berjalan,
meski sering terjatuh. Tapi kamu tahu kedua orangtuamu siap menjagamu, siap
menopang setiap langkah kecilmu.
Akan tiba saatnya, kamu mulai bersekolah, dan
memperhatikan kerutan semakin bertambah di wajah orangtuamu. Putih mulai mewarnai rambut legam mereka. Mereka
sibuk memikirkan biaya pendidikanmu, kebutuhanmu, dan keinginanmu.
Akan tiba saatnya, kamu merasa orangtuamu tidak lagi
menyayangimu. Mereka hanya memberikan materi, tanpa kasih sayang. Padahal
mereka sedang menyayangimu sepenuhnya.
Akan tiba saatnya, kamu mulai memberontak terhadap
mereka. Mengabaikan nasihat mereka. Membiarkan mereka cemas berjam-jam karena
menanti kabar darimu.
Akan tiba saatnya, kamu lebih suka berkumpul dengan
teman-temanmu, memperluas pergaulanmu, dan waktumu untuk berkumpul dengan
orangtuamu berkurang drastis.
Akan tiba saatnya, kamu jatuh cinta dengan orang
yang menarik di matamu. Lalu kamu bersedia melakukan hal-hal konyol agar dia
terkesan. Dan orangtuamu diam-diam membicarakan tingkahmu di dalam kamar,
sambil mengulum senyum.
Akan tiba saatnya, kamu mengalami patah hati. Kecewa
dengan dia yang kamu anggap terbaik, ternyata rela mencampakkanmu. Lalu
orangtuamu, dengan penuh kasih akan menyemangati buah hatinya, Kamu.
Akan tiba saatnya, kamu meninggalkan mereka untuk sementara.
Entah karena sekolah atau bekerja di kota lain. Dan orangtuamu hanya bisa
bersujud kepada Yang Kuasa, berdoa agar engkau baik-baik saja disana. Sementara
mereka sendiri dirajam rindu.
Akan tiba saatnya, kamu menikah. Lalu mempunyai
anak-anak yang lucu. Menyaksikan anakmu tumbuh dan berkembang, seperti dirimu
ketika kecil. Dan orangtuamu pun dengan siap siaga bersedia menjaga
cucu-cucunya kalau kamu sedang sibuk. Setidaknya, mereka bisa mengisi waktu tua
mereka dengan kegiatan.
Akan tiba saatnya, mereka mulai jatuh sakit, tapi
tetap merasa kuat. Kamu pun akan berusaha sekuat tenaga, mengupayakan apa saja
demi kesembuhan mereka.
Akan tiba saatnya, semua posisi dibalik. Sekarang
kamulah yang menyuapi mereka. Kamulah yang menjaga mereka ketika berjalan.
Kamulah yang membersihkan kotoran mereka. Lakukanlah segalanya dengan senang
hati.
Akan tiba saatnya, mereka yang kamu cintai akan
direnggut darimu. Ketika mereka akhirnya kembali ke hadapan Sang Khalik. Kamu
akan menyadari bahwa tidak ada yang abadi dunia ini.
Akan tiba saatnya, kamu hanya menatap pusara mereka.
Berbagi ceritamu, sambil mengenang masa-masa kecilmu. Lalu, satu dua tetes air
mata menyeruak keluar tanpa bisa dibendung. Kamu menangis. Menangis karena
merasa belum bisa membahagiakan mereka. Padahal melihatmu bertumbuh dan menjadi
anak yang luar biasa adalah kebahagiaan tiada tara bagi mereka.
Dan akan tiba saatnya. Ketika kamu juga dipanggil
oleh Dia. Ketika kamu juga dimasukkan ke tanah. Karena dari debu tanahlah kamu
diciptakan. Dan dari debu tanahlah juga kamu akan kembali. Semoga ketika itu
terjadi, tidak ada rasa penyesalan di hatimu.
Semua ada masanya. Jangan sampai merasa menyesal
karena telah melewatkan masa-masa terbaik di dalam hidupmu. Lakukan yang
terbaik di dalam kehidupanmu, dan di atas semuanya, lakukanlah yang terbaik
untuk kedua orangtuamu.
Ciumlah mereka sekarang, sebelum kamu cuma bisa mencium
batu nisan mereka.
Peluklah mereka sekarang, sebelum kamu cuma bisa
memeluk gundukan tanah merah yang menaungi tubuh mereka. Kasih orangtua tetap
sepanjang masa
Kalau kamu menganggap artikel ini bermanfaat, silakan bagikan agar yang lain tau. Atau kamu punya cerita tentang orangtuamu? Silakan berbagi di kotak komentar ya.
Salam Asal
Jadi kangen orang tua yang jauh di sana... hiks...
ReplyDeletesering-sering komunikasi aja bro
Delete*lalu akupun memeluk mamak dan amang* sedih aku bacanya bang mengingat aku belum bisa banggakan mereka
ReplyDeletewah. bagus deh kalau efeknya langsung gitu :)
DeleteKeinget orang rumah bang :-)
ReplyDeletelangsung dihubungi dong :)
Deletezega ih... gak sukak aku, km bikin aq terharu *tisu mana tisuuuu*
ReplyDeleteih, kakak kok malah jd gak suka sama aku?
Deletenih *sodorin tisu*
Ahh, gue lemah.. :((
ReplyDeletelemah kenapa ?
DeleteWuiiihhhhhh,,,
ReplyDeleteApa kabar man? Kapan kumpul lagi? Hari blohher nanti kumpul yuk
hari bloggernya kapan kak?
DeleteKesel ih sama Arman bikin gue nangis aja di kantor gara-gara baca ini. Pengen cepet-cepet pulang kan jadinya ketemu sama bokap nyokap gue :(
ReplyDeleteyah, malah kesel lagi nih sama aku.
Deletepulangnya mau meluk apa minta uang jajan, kak?
hehe
dan kini harus mulai bergerak untuk berubah karena akan tiba saatnya (y)
ReplyDeletemari kita gerak
DeleteAyah mana ih mana...... :(
ReplyDeleteIh lo mah, kak. Buat orang lain jadi sedih.
dimanaaa. harus kucari?
Deletesedihnya kan positif
Keren pengolahan katanya. Meskipun sederhana dan topiknya udah mainstream, aku sampe terharu bacanya
ReplyDeleteah, aku masih newbie ini kok bro :)
Deletehiks... masih di saat yang tengah". siap" ke saat" selanjutnya... :'(
ReplyDeletesemoga perjalananan ke saat selanjutnya semakin lebih baik ya :)
DeleteMamah bangun mah :'(
ReplyDeleteduh. jadi sedih baca ini :(
Deletekak tanggung jawab, sekarang gue berlinangan air mata ini dikantor :'(
ReplyDeleteyahh. kok gua yang tanggung jawab. tanggung jawabnya, pake bahu gua aja ya
DeleteTiba juga saatnya gua ngasih komentar..
ReplyDeleteKapan ya bisa meluk mereka.. padahal tiap hari ketemu. Kayak nggak ada moment yang pas, gitu..